31

238 26 0
                                    

H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G

Renata menggosok gosokkan kedua tangan nya, sesekali ia menatap ke depan pintu tempat Asgar di tangani.

Jantung nya masih saja berdetak dengan cepat, kaki nya ia gerakkan dengan gelisah, pertanda jika memang wanita itu tidak tenang.

Pintu terbuka, seorang dokter keluar dengan keadaan yang sulit di jelaskan. Renata menghampiri dokter itu dengan cepat, matanya menatap manik dokter itu penuh tanya.

“Mari keruangan saya Bu” ucap dokter itu

Renata menatap beberapa bodyguard nya, mengisyaratkan jika mereka diminta berjaga di depan ruangan Asgar saat ini.

Sesampainya diruangan, keduanya duduk dengan Renata yang duduk dengan tak tenangnya. Tangannya ia remas dengan gelisah, ia menatap dokter di depannya dengan risau.

“Jadi anak saya gimana dokter?” tanya Renata, suaranya terdengar takut dan gelisah

Dokter itu melepas kacamata nya tangan nya ia satukan, maniknya menatap mata Seorang ibu dari pasien yang ia tangani tadi.

“Anak Ibu mengidap penyakit Kanker Otak”

Jantung Renata berhenti sejenak, badannya melemas, kenyataan ini benar benar tidak pernah ia sangka sebelumnya. Putra nya yang selama ini ia perlakukan dengan buruk, kasar, dan ia tinggalkan dalam keadaan yang buruk seperti ini

Bulir bulir air mata itu kembali menetes tanpa seizinnya, tangan nya gemetar, ia takut dan khawatir, sangat.

“Dokter, apa anak saya bisa sembuh? Saya mohon Dokter.... saya mohon sembuhkan anak saya.... saya mohon...” suara itu terdengar sangat lirih, Dokter itu menunduk tak kuasa. Ia tau betul apa yang Ibu dari pasien nya ini rasakan saat ini, tapi ia tak bisa berbuat banyak

“Saya akan melakukan yang terbaik semampu saya Bu, tapi seperti sebagaimana Ibu tau. Penyakit ini bukan penyakit sembarangan, terlebih  anak Ibu sudah berada di stadium akhir. Kami pastinya akan berusaha semampu kami, selebihnya kami serahkan kepada Tuhan”

“Terlebih pada dukungan keluarga” Renata terdiam, sepertinya ia tau apa yang membuat Asgar seperti. Tidak adanya dukungan keluarga, terlebih berada di lingkungan keluarga yang keras dan kasar semenjak kecil membuatnya mungkin merasa pasrah pada keadaan yang tidak pernah berubah

_________________________________________

Renata menggenggam tangan Asgar dengan erat, setiap elusan pada tangan itu berisi ucapan doa yang tidak terhenti. Matanya menatap wajah putra nya yang terlihat lesu dan pucat, air mata nya sedari tadi tidak berhenti menetes dari kedua matanya.

Entah apa yang harus ia katakan pada mendiang Ibunda Asgar, banyak kesalahan yang sudah ia perbuat pada anak ini.

“Maafin Mama sayang....” hanya itu yang dapat dan bisa ia katakan untuk saat ini, selebihnya, ia akan mencoba untuk menjadi ibu dan pelindung yang baik untuk putra nya

Jari itu bergerak dengan perlahan, mata indah itu mulai membuka matanya dengan perlahan, Renata dengan cepat berdiri lalu memencet salah satu tombol yang ada disana. Tangan nya mengelus wajah putra nya dengan sangat lembut

“Ini Mama Nak...” ucapnya begitu lirih

“Yezhaa....”

“Ayezha.....”

Renata terdiam, nama itu seperti tidak asing untuknya. Ah, ia baru ingat jika nama itu adalah nama dari kekasih putra nya. Renata tersenyum sedih, ia tidak menyangka jika Ayezha memiliki pengaruh sejauh ini terhadap putra nya.

ASGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang