Part 10 - Demon

61 14 0
                                    

Arabela mulai merasa gelisah saat melihat jarum jam yang telah mendekati angka 12 dini hari. Ia ingin sekali mengabaikan ucapan Damien tadi pagi dan pergi tidur. Tetapi rasa ingin tahunya lebih besar, hingga mampu menuntunnya untuk keluar dari kamar.

Perlahan ia mulai melangkahkan kakinya pergi menuju balkon. Karena terlalu takut, ia berjalan dengan kedua mata yang terus menatap ke bawah. Arabela terus berjalan menunduk hingga tiba di area balkon, bersama lilin yang berada di tangan kanannya

Usai memastikan bahwa dirinya telah berada di balkon, perasaan tegang mulai menyeruak masuk hingga ke tulang. Membuatnya sedikit kesulitan bernapas dan mulai menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya. Hal itu ia lakukan beberapa kali hingga merasa tenang.

“Baiklah, aku harus siap!” ucapnya menenangkan diri.

Setelah merasa siap, bersamaan dengan nafasnya yang telah kembali stabil, Arabela memutuskan untuk mulai mendongakkan kepalanya perlahan.

“Satu.. dua..”

Tepat sebelum ia menghadap ke depan, seluruh tubuhnya merasakan ada sesuatu yang aneh. Ia justru merasakan aura dingin yang tiba-tiba datang tepat di depannya. Tidak hanya aura dingin, ia juga mulai merasakan cahaya yang sangat terang mulai mendekatinya. Arabela sempat ragu. Tetapi ia tidak mungkin terus menunduk, sementara rasa ingin tahunya telah bergerak maju mendahuluinya.

Arabela pun kembali melanjutkan hitungannya. 

"Tiga."

Saat itulah, ia melihat sesosok mahluk yang tidak asing berada tepat di hadapannya. Sosok itu sepenuhnya sangat mirip dengan manusia, hanya saja terdapat dua sayap hitam di punggungnya. Satu sayap berada di sisi kanan dan satunya berada di kirinya.

“..Seperti yang ada di buku" gumamnya.

Arabela terpaku dengan apa yang ia lihat saat ini. Rasa takut yang tadi sempat meghilang kini kembali menyelimuti, ketika ia melihat pedang yang mahluk itu genggam. Pedang itu sangat serasi dengan jubahnya. Ukurannya tidaklah besar namun juga tidak kecil. Terlihat sangat tajam dan kokoh dengan kilauan warna biru yang samar-samar terlihat. Warna yang sama dengan bola mata Damien.

Kedua kaki Arabela membuka. Bahkan seluruh tubuhnya membeku. Kedua matanya kini terbelalak saat melihat sosok itu yang mendekat ke arahnya. Ia ingin memejamkan kedua matanya namun tak bisa. Seakan terhipnotis oleh sosok asing di hadapannya.

“T-tolong..”

Arabela bermaksud ingin mencari pertolongan, tetapi suaranya tercekat saat melihat sosok itu dari dekat. Kini ia dapat melihat wajah mahluk itu begitu jelas. Mahluk dingin bermata merah dengan sayapnya yang hitam, ternyata adalah sesosok pria yang ia kenal.

“Damien.. “ panggilnya sangat lirih

Mereka pun hanya terdiam satu sama lain. Arabela menatap pria yang ada di hadapannya dengan penuh rasa ingin tahu. Banyak sekali pertanyaan yang ada di kepalanya saat ini. Sementara pria itu hanya mentapanya kosong. Sebuah tatapan yang mampu membuat orang lupa bahwa yang ada di hadapannya adalah Damien.

“Apa kau sekarang akan membunuhku?” ucap Arabela sembari meraih wajah Damien.

“Untuk apa.”

“Bukankah Demon biasanya memakan, manusia..“ tanya Arabela dengan hati-hati.

Kedua tangannya menangkup wajah Damien. Memeriksa dengan detail wajah pria yang ada di hadapannya. Saat itulah Arabela menyadari sorot cahaya di mata Damien perlahan memudar, tidak lagi bewarna merah darah seperti yang ia lihat biasanya.

“Aku tidak tahu apa yang saat ini ada di kepala kecilmu itu. Tapi hal yang kau bayangkan itu tidak akan terjadi” balas Damien kesal sembari berniat pergi dari sana.

Arabela Descendants [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang