-Jangan khawatir. Aku hanya pergi sebentar-Pesan yang ditinggalkan Arabela kini telah sampai di genggaman Damien. Awalnya pesan tersebut ditemukan oleh salah satu pelayan yang ditugaskan untuk melayani Arabela sehari-hari. Saat mengetahuinya, pelayan tersebut segera melaporkan kabar hilangnya nona Arabela dan pesan yang ditinggalkan, kepada tuan Damien.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk kabar hilangnya nona Arabela dapat terdengar di telinga seluruh penghuni kastil.
"Kemana dia pergi."
Siapapun yang berada di sana pasti mengerti bahwa Damien saat ini sangat marah. Tetapi bukan marah hingga muncul hasrat ingin membunuh. Ia terlihat marah, tetapi diselimuti oleh perasaan cemas.
Namun tetap saja jika melihat tuan mereka seperti itu, membuat seluruh pelayan kastil nemilih untuk menutup mulut rapat-rapat. Mereka takut jika kalimat yang keluar dari mulutnya justru berubah menjadi bumerang.
"Kapan kau menemukan pesan ini" tanya Damien ke salah satu pelayan tersebut.
Pelayan tersebut adalah pelayan khusus yang ditugaskan oleh Damien untuk selalu berada di sisi Arabela.
"T-tadi siang, tuan. Tepat sebelum jam makan siang tiba."
"Kenapa kau baru datang ke kamarnya saat siang."
"I-itu karena semalam, um..nona Arabela meminta saya untuk membangunkannya di siang hari.. " balasnya dengan gelagapan.
Bukan hanya pelayan itu saja, namun seluruh orang yang berada di ruangan itu juga semakin ketakutan. Terutama ketika terlihat ekspresi tuannya yang nampak semakin marah. Tuannya sejak tadi terus mengepalkan tangannya hingga urat nadi miliknya bahkan dapat terlihat dari jauh.
Ketika para pelayan di ruangan tersebut menjerit ketakutan dalam benak mereka, tiba-iba terdengar suara langkah kaki yang sedang berlari mendekat. Suara langkah kaki itu adalah milik Lucy. Ia begitu terburu-buru, membuat jubah dan rambutnya nampak acak-acakan.
"Tuan!" teriaknya.
Semua yang ada di ruangan itu pun menoleh ke sumber suara.
"Tuan..hah.. hah.. saya sepertinya..hah..tahu di mana nona.. pergi.." ucap Lucy dengan nafasnya yang terengah-engah.
"katakan" ucap Damien tanpa memberi kesempatan Lucy untuk mengatur nafasnya.
Lucy mencoba mengatur nafasanya sebisa mungkin agar ucapannya dapat tersampaikan dengan jelas.
"Kemarin nona mengajak saya untuk pergi ke Kerajaan Urora.. bersamaan dengan waktu belanja bahan makanan. Namun saya menolaknya.. Saya sempat meminta nona untuk melupakan niatannya itu. Tapi ternyata.. maafkan saya tuan. Seharusnya saya lebih mengerti dengan maksud nona."
Mengetahui Arabela yang pergi keluar tanpa ksatria satupun saja sudah cukup membuat Damien marah. Apalagi saat ini ia mendengar ucapan Lucy bahwa perempuan itu menuju ke Kerajaan Urora. Ia sangat tahu jika perjalanan ke sana sangatlah berbahaya dan melawan para manusia bersenjata.
"Cari" ucap Damien dengan nada marahnya.
"Temukan Arabela secepat mungkin.Tanpa ada luka sedikitpu" lanjutnya.
Bahkan Jerad yang merupakan asisten pribadi dan yang paling dekat dengan tuannya pun kini merasa khawatir. Ia mengkhawatirkan nona Arabela dan juga mengkhawatirkan keadaan kastil jika tuannya nanti akan marah dan lepas kendali.
"Tuan, di pesan yang ditinggalkan, nona Arabela berkata akan segera kembali. Bukankah lebih baik jika-"
"Jerad. Aku tidak suka mengulang ucapanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabela Descendants [COMPLETE]
Fantasy"Bagaimana aku bisa kembali... hidup." Arabela terbangun di sebuah hamparan rumput seorang diri, hanya ditemani sorotan cahaya matahari yang menyilaukan tubuhnya. Suara derap langkah kaki mengerikan yang bergerak ke arahnya, menjadi satu-satunya ha...