Sepanjang perjalanan menuju ke kamarku, kami hanya terdiam. Tak ada yang memulai pembicaraan seperti yang biasasanya Lucy lakukan. Wajahnya terlihat murung. Sempat ku berpikir bahwa tidak mungkin ia terlihat sesedih ini jika hanya karena dianggap telah memgganggu waktu ku dengan Damien. Pasti ada hal lain yang sedang ia pikirkan.
Setibanya di dalam kamar, Lucy ku minta untuk duduk di sofa dekat dengan jendela. Menungguku yang tengah merapikan rambut di depan cermin rias.
"Nona.."
"Iya, ada apa Lucy?" balasku usai meletakkan pin rambut ke dalam laci.
Saat itulah, aku melihat Lucy yang mulai meneteskan air mata.
"Lucy, ada apa.."
Aku berjalan menghampirinya.
"Apa kau terluka?" tanyaku.
Ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Lalu kenapa kau menangis?"
Mungkinkah ada yang membully Lucy di kastil. Jika ada, akan aku beri hukuman hingga dia berharap untuk mati saja.
"Nona, apakah kau akan meninggalkan kami.." tanya Lucy dengan sedikit terisak.
Sekarang aku mengerti kenapa ia menangis. Lucy pasti sudah mendengar ucapan Damien.
"Jangan hiraukan ucapan Damien, ia hanya mengatakan omong kosong."
"Sungguh?"
"Yap. Lebih baik kau bersiap karena aku akan mengganggumu setiap hari dengan cerita-cerita sejarah itu, Lucy."
"Tanyakan semuanya padaku, nona. Aku akan menceritakan apapun yang ingin anda ketahui. Tapi berjanjilah jangan pernah tinggalkan kami.."
Air mata kembali jatuh di pipi Lucy. Ia sangat tulus kepadaku. Mana mungkin aku akan meninggalkannya begitu saja. Kalaupun aku harus pergi, aku pasti akan mengucapkan selamat tinggal ribuan kali padanya.
"Baiklah, aku berjanji."
Mendengar jawabanku membuat Lucy memelukku erat.
"Euk-Lucy, kau sangat erat.."
"Astaga, maafkan saya nona!"
"Haha, tak apa-apa."
"Maafkan saya nona. Meskipun pelukan saya tidak sekuat milik tuan Damien, tetapi pasti tetap terasa tak nyaman untuk anda.."
"L-lucy.."
"Saya juga minta maaf nona atas kejadian tadi di perpustakan!"
"Um, Lucy. Soal itu.."
Aku akan sangat bersyukur jika Lucy melupakan kejadian tadi. Apakah dia tidak tahu, kalau aku sudah sangat merasa malu.
"Bagaimana bisa saya mengganggu nona dan tuan yang akan, hwaaaa.."
"He-hentikan.."
"Saya ceroboh sekali, pasti Jerad dan August akan mengomeliku,"
"Tenanglah, tidak akan ada yang mengomel-"
"Tentu saja ada!"
Sepertinya dia tidak ada niatan untuk menghentikan ucapannya. Salah. Sepertinya dia tidak menganggapku ada di sini.
"Bagaimana bisa, aku merusak kesempatan langka tuan Damien dengan nona yang akan segera-hmmp!"
Tidak ada cara lain. Aku segera mendekap tubuh Lucy agar ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Nona?"
"Tak akan kulepaskan kalau kau belum juga tenang. Bagaimana, apa kau masih mau berisik di kamarku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabela Descendants [COMPLETE]
Fantasy"Bagaimana aku bisa kembali... hidup." Arabela terbangun di sebuah hamparan rumput seorang diri, hanya ditemani sorotan cahaya matahari yang menyilaukan tubuhnya. Suara derap langkah kaki mengerikan yang bergerak ke arahnya, menjadi satu-satunya ha...