"Nona Arabela, tamu anda telah tiba."
"Mereka ada di mana, Mery?"
"Saat ini mereka berada di ruang tunggu untuk tamu."
"Baiklah. Ayo kita kesana."
Seperti yang telah tertulis di dalam surat, keesokan harinya mereka benar-benar datang. Archmage datang bersama seorang lelaki yang terlihat masih muda.
Aku segera menghampiri mereka agar bisa membicarakan hal penting sebelum Noir datang. Namun siapa sangka jika Noir telah berada di sana lebih dulu. Ia duduk tepat di sofa sebelah sir Volton dengan. Raut wajahnya terlihat lebih santai dari yang terakhir kali ku lihat. Sementara sir Volton, aku tidak menyangka jika kini ia berada di hadapanku. Bukan dalam wujud cahaya ataupun dalam mimpi, melainkan dalam wujud asli seorang Mage yang ternyata seperti manusia pada umumnya.
"Maaf sudah menungguku. Selamat datang, sir Volton" sapaku.
"Terimakasih sudah menyempatkan waktu anda untuk menemui kami, nona Arabela."
Aku duduk di sofa yang sama dengan Noir, tepat di sebelah sofa Archmage.
"Jadi, apa maksud tujuan anda menemuiku, sir Volton?"
Tanpa basa-basi, aku segera menanyakan tujuannya. Aku melakukannya karena sedari tadi Noir terus mengawasi kami. Tatapannya seakan menyuruhku untuk cepat mengakhiri pertemuan hari ini dengan sir Volton. Apalagi di saat ia melihat ada pria muda di sebelah sir Volton. Ia berulangkali melihat ke arahnya.
"Akhirnya saya dapat bertemu dengan anda, nona."
Kenapa dia berkata seperti itu.
"Aku tidak pernah melarangmu untuk bertemu denganku, bukan" ucapku dengan sedikit memberikan kode mata kepada sir Volton.
Semoga ia mengerti maksudku.
"Terimakasih kepada raja Noir karena telah mengizinkanku untuk bertemu denganmu dalam wujud asliku."
Ternyata sir Volton tidak mengerti kodeku. Sudahlah. Tamat sudah riwayatku. Lihatlah wajah kesal pria itu. Maafkan aku Noir, akan aku jelaskan semuanya padamu nanti.
"Kenapa kau tidak pernah mau menemuiku sebelumnya?"
"Maafkan saya, nona. Bukan maksud saya untuk tidak mau menemui anda."
"Kesehatan Archmage terus menurun semenjak melakukan perjalanannya" ucap salah satu pria yang sedari tadi berdiri di sisi sir Volton
"...Siapa kau?"
Tadinya aku mengira bahwa dia adalah pria yang tidak tahu sopan santun. Karena dari cara ia memotong pembicaranku dengan sir Volton, jelas memperlihatkan sifatnya. Tapi tidak ku sangka jika ia saat ini membungkukkan tubuhnya dan meminta maaf padaku.
"Maafkan atas kelancangan saya, nona. Saya Girec. Salah satu Mage dari Kerajaan Sihir."
"Dia putraku, nona. Nantinya dia yang akan menggantikanku" ucap sir Volton yang dibalas dengan tatapan kesal putranya.
Girec sepertinya kesal dengan ucapan ayahnya, seakan memberitahu bahwa umurnya tidak lama lagi.
Tunggu dulu, kalau dia putra dari Archmage, bukankah dia harusnya memiliki umur yang hampir sama dengan Damien, Elves dan Noir. Pantas saja jika Noir terus menatapnya.
"Um.. sir Girec, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Anda cukup memanggil saya Girec, nona."
"..Baiklah, Girec. Apa yang kau maksud tadi, dengan perjalanan dari sir Volton. Memangnya perjalanan kemana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabela Descendants [COMPLETE]
Fantasy"Bagaimana aku bisa kembali... hidup." Arabela terbangun di sebuah hamparan rumput seorang diri, hanya ditemani sorotan cahaya matahari yang menyilaukan tubuhnya. Suara derap langkah kaki mengerikan yang bergerak ke arahnya, menjadi satu-satunya ha...