Part 11 - Keranjang Cokelat

64 11 0
                                    

"Fokuslah!"

Suara Damien yang sedang memarahi August dapat terdengar oleh ksatria lainnya dari pinggir taman. Ia kesal karena August kehilangan fokusnya di tengah-tengah latihan mereka.

Klang!

Klang!

Sring!

"ku bilang, fokus!" ucap Damien.

Damien bingung dengan perubahan August beberapa menit yang lalu. Tadi pagi mereka masih berlatih dengan serius, tetapi tiba-tiba saja August seperti menghilang dari area latihan. Ia hanya mengayunkan pedangnya untuk menepis, bukan menyerang balik tuannya.

"Maafkan saya-"

Kalimat August terhenti begitu saja oleh pedang milik Damien. Tuannya membuat pedang milik August terlempar jauh dan membuat pria itu tersungkurnya setelahnya.

Bruk!

Melihat ksatria berbakatnya terjatuh hanya karena sebuah serangan biasa, Damien pun mulai merasa curiga dan semakin kesal dibuatnya.

Jleb!

Ia sengaja menancapkan pedangnya ke tanah sebagai bentuk pelampiasan kekesalannya.

"Ada apa denganmu" tanya Damien kesal.

Sementara ksatria yang saat ini sedang ditatap tajam oleh tuannya, ia justru menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Maafkan saya tuan, sepertinya karena semalam saya kurang tidur, haha."

August sengaja menjawab pertanyaan tuannya dengan tawa yang sengaja ia tampilkan. Tetapi ia juga sengaja sempat melirik ke arah ujung taman untuk melihat seseorang yang tadi berada di sana. Tetapi perempuan yang tadi ia lihat ternyata sudah menghilang.

Seakan menyadari tatapan August, Damien ikut menoleh ke arah ujung taman, lalu bertanya "Ada apa di sana."

"Tidak ada apa-apa, tuan."

Meski tidak begitu terlihat, tetapi Damien mengetahui ada yang aneh dengan ksatrianya. Namun ia tidak menghiraukannya. Damien justru mencabut pedang yang tadi ia tancapkan di tanah, lalu mengarahkannya ke hadapan August.

"Ha. Sudahlah, ayo lanjutkan."

Mendengar perintah dari tuannya, August pun seger membetulkan posisinya dan meraih pedang miliknya yang terlempar cukup jauh.

"Baik!"

Latihan yang sempat terjeda pun kembali berlanjut. Kali ini fokus mereka sepenuhnya hanya tertuju pada latihan, hingga membuat mereka tidak menyadari kehadiran Jerad dan kedua gadis itu.

Arabela dan Lucy sebenarnya telah tiba di taman. Kehadiran mereka awalnya masih belum diketahui siapapun, karena keduanya tengah bersembunyi.

"Lucy, apa kau yakin?" bisik Arabela

"Sangat yakin!"

"Bagaiamana jika kita justru mengganggu mereka."

"Tidak mungkin nona~ kita kan hanya mengantarkan makanan dan minuman ini" ucap Lucy santai sembari mengedipkan salah satu matanya.

Mereka berdua saat ini berdiri tidak jauh dari area latihan di taman. Bersembunyi di balik salah satu pohon yang cukup besar untuk menutupi tubuh kedua gadis itu.

"Ini, nona saja yang memberikan ini" kata Lucy sembari memberikan Arabela keranjang makanannya.

"Eh, bukankah kau yang tadinya akan memberikan ini?"

"Tidak, nona. Anda saja yang memberikan ini kepada tuan~"

"T-tunggu dulu, Lucy kau-"

Kedua gadis itu terlalu sibuk melemparkan tugas mengenai keranjang cokelat, hingga lupa jika ada yang datang menghampiri mereka.

Arabela Descendants [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang