14| Water melon Sugar✅

9.3K 355 5
                                    

Budayakan vote and coment guys!!

Please banget, butuh vote dari kalian.

°°°

Adira pulang kantor bersama Dion dengan gembira. Senyum begitu lebar karena sangat tidak sabar ditraktir oleh Dion.

Adira pun mengecek ponsel, mungkinkah Dion mengirimnya sebuah pesan mengenai restoran yang akan mereka kunjungi hari ini. Namun, Adira harus menahan rasa ketidaksabarannya karena Dion sama sekali tidak mengiriminya pesan.

Merapikan jas baju yang sedikit kerut, Adira pun melangkah keluar dari ruangan. Begitu keluar, dirinya tersenyum lega karena berpapasan dengan Dion. Pria itu pun tersenyum tak enak karena sudah membuat Adira yang sebagai seniornya di kantor menunggu lama.

"Maaf, Mbak. Harus nunggu lama tadi masih ngurusin kerjaan sama si boss. Taulah yah, si boss lagi Mood swing akhir-akhir ini."ujar Dion sembari merenggutkan wajah membuat Adira merasa iba.

"Lo pasti capek deh, yaudah lah kalau gitu, di cancel aja. Kapan-kapan masih bisa kali kita makan-makan."ujar Adira pelan yang mendapat gelengan cepat dari Dion.

"Nggak bisa, Mbak. Udah buat janji hari ini, lagian gue nggak capek-capek amat kok. Ini udah kerjaan gue disetiap hari."ujar Dion membuat Adira mengangguk pelan.

"Iya juga sih, berarti .... otw restoran?"tanya Adira membuat Dion mengangguk setuju.

Melihat itu, Adira pun antusias. Gadis itu pun mengambil ikat rambut dan mulai mengikat rambutnya ala ekor kuda, tetapi sebelum itu Adira meminta bantuan Dion untuk memegang tas kantor untuk dipegang sementara.

Setelah selesai dengan ikat rambut, Adira hendak mengambil tas yang berada ditangan Dion malah sebuah tangan lebih dulu menarik tangan Adira sehingga tersentak kaget.

Adira menaham segala kedongkolan begitu menatap pelaku yamg malah tak merasa bersalah.

"Kamu mau ke mana?"tanya Liamdro dengan tajam. Adira pun menepis tangan pria tersebut, lalu mendekat pada Dion.

Melihat itu, Liamdro semakin kesal. "Kamu! Saya sudah perintahkan kamu untuk tidak muncul dihadapan saya! Kamu tuli atau bagaimana sih!"ujar Liamdro ketus membuat Dion terdiam kebingungan.

"Maaf, Sir. Salah saya di mana? Sedari siang saya sudah berusaha menghindar deh."ujar Dion membuat Liamdro semakin kesal. Liamdro pun menarik Adira menuju mobil.

"Sir ngapain sih, aku mau pulang! Kenapa bawah aku ke sini!"teriak Adira berontak pada pria di depannya. Liamdro tak peduli. Pria itu justru memgeratkan genggaman pada lengan.

Liamdro pun mendengus kesal."Pulang kata kamu? Terus jalan sama Dion itu ngapain? Pulang seharusnya kamu pulang ke rumah dengan mobil kamu, tidak sama Dion!"kata Liamdro penuh emosi. Adira menatapnya aneh dengan kening berkerut.

"Terserah aku dong! Aku mau pulang sama siapa aja. Sir ... Mau aku pulang sama Dion kek, pulang sama cowok kek, terserah aku lah! Kok repot!"sewot Adira membuat Liamdro mendengus kesal lalu melepas genggaman.

"Jangan pernah kamu pulang sama orang lain selain aku!"ujar Liamdro tegas tanpa bantahan, lalu kembali menarik Adira menuju mobilnya.

"Loh, Sir! Lepasin dong! Liamdro Jeams!" teriak Adira penuh emosi. Gadis itu begitu jengkel karena tarikan dari sang boss membuat dirinya yang memakai teplet bertumit harus berlari. Padahal teplet bertumitnya ini begitu sempit dan tentu saja luka lecet dibeberapa ruas kaki Adira.

"Stop! Laptop aku di Dion! Please lepasin aku dong ... Dion bantuin dong! Aku kesakitan!" ujar Adira saat dirinya sudah duduk di bangku penumpang mobil sang boss.

Mendengar itu, Liamdro mendengus kesal mendengar nama sekretarisnya terus disebut Adira membuat sesuatu di dalam diri Liamdro berteriak ingin meluap.

"Bisa untuk tidak menyebut nama pria itu! Aku muak mendengarnya."ujar Liamdro membuat Adira mendongak dan menatapnya aneh.

"Sir, kenapa sih. Itu suami aku!"ujar Adira frustrasi membuat Liamdro tertawa mengejek.

"Jangan menipu. Muka kamu tidak cocok saat menipu. Ingat, saya pria pertama yang tidur denganmu!"ujar Liamdro tajam membuat Adira mendengus sebal.

"Boss kok sewot amat sih sama urusan karyawan. Gila bener gue lama-lama hidup sama ni cowok! Ih, pait-pait!"gumam Adira merasa merinding ketika membayangkannya.

"Kaki kamu kenapa?"tanya Liamdro sembari melepas teplet Adira dengan pelan. Adira melenguh kesakitan.

"Aduh, pelan-pelan. Perih. Ngapain di buka!"kesal Adira. Mood Adira jadi rusak bertemu pria ini.

"Maaf ... Aku nggak tahu kalau kamu bakal kesakitan." ujar Liamdro dengan penuh sesal. "Kita singgah di apotik terdekat, beliin salep."lanjut Liamdro lagi yang dibalas Adira dengan decakan.

"Terserah. Tolak juga bakal dipaksa. "kata Adira pelan. Liamdro pun mengendarai mobil.

"Kamu mau tidak ajarin saya bahasa kamu."ujar Liamdro membuat Adira menoleh dan menatapnya dengan kening berkerut. "Maksud bapak?"tanya Adira menahan tawa.

"Saya bukan bapak kamu! Panggil saya Liamdro saja."ujar Liamdro kesal. Adira hanya menghela napas berat.

"Maksud aku, ajarin aku bahasa yang sering kamu pake sama temen -temen kamu. Aku kurang mengerti soalnya."ujar Liamdro sembari memutar kemudi, lalu memberi rating belok kiri di mana letak apotek.

"Ah, itu rupanya. Okelah. Nanti saja, kalau aku ada waktu. Soalnya hectic banget"ujar Adira sekenanya membuat Liamdro yang hendak melepas seat belt menatap kesal.

"Kamu sibuk apa? Sibuk ketemuan sama Dion?"tanya Liamdro dengan ketus membuat Adira menjauhkan tubuh dari Liamdro.

"Dia kenapa sih, sebut Dion dari tadi. Padahal tadi pas ada Dion, katanya nggak suka lihat wajah Dion."gumam Adira membuat Liamdro menatapnya sangsi.

"Kamu ngeselin!"ujarnya sembari menyentil jidat Adira pelan, lalu turun dari mobil dengan senyum jahil. Adira menatapnya aneh.

"Itu cowok bule kenapa sih? Aneh banget ..."gumam Adira sembari menatap aneh pada punggung Liamdro yang berlari kecil masuk ke apotik.

Ponsel Adira bergetar. Ada puluhan pesan beruntun yang di kirim Dion padanya mengenai traktiran. Menghela napas berat, lalu mengatakan pada Dion bahwa traktiran dibatalkan dan soal tas kantor beserta laptop akan diambil di rumah Dion nanti sore.

Adira pun mengantongi kembali ponsel, lalu menoleh pada pintu mobil yang terbuka. Liamdro memberikan sekotak salep padanya. Adira lantas melongo.

"Sir ... I-ini salep sebanyak ini buat apa? Kaki aku perih bisanya pake 1 salep aja udah cukup. Malah ini kebanyakan."ujar Adira tak habis pikir.

"No problem. Simpan saja, siapa tahu kamu butuh lagi."ujar Liamdro sekenanya, lalu melajukan sepeda mobil.

"Soal tawaran aku, gimana? Udah harus di tanda tangan kan?"tanya Liamdro dengan santai membuat Adira menatap binggung.

"Tanda tangan? Maksudnya?" tanya Adira kebingungan. Liamdro pun tersenyum miring. "Tanda tangan kontrak kerja sama. Kita nikah kontrak kalau kamu lupa."ujar Liamdro membuat Adira seketika tersedak salivanya sendiri.

"What! Nggak mau! Aku nggak terima! Dan aku nggak akan tanda tangani surat kontrak itu!"ujarnya tajam.

"Turunin saya di sini aja kalau begitu!" ketus Adira kesal yang mendapati Liamdro yang memejamkan mata menahan emosi.

"Oke. Aku tidak akan bahas hari ini, tapi besok aku akan tanyakan lagi."ujar Liamdro tak ingin mengalah membuat Adira memutar bola mata jengah.




To be continued!

OH MY FAT! END (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang