49| Bulimia

2.1K 89 2
                                    

Happy Reading!!

Lanjutan part 48 di Karyakarsa guys

***

Adira melangkah menuju toilet dengan terburu-buru. Sehabis makan siang bersama Dion, Adira menahan untuk buang air kecil. Lantas ketika jam istirahat usai, Adira pun menuju toilet.

Menghela napas lega, begitu kantung kemihnya kosong. Adira hendak keluar bilik toilet, tetapi urung begitu mendengar suara hentakan hak tinggi memenuhi toilet dengan langkah terburu-buru. Adira pun memasang telinga hendak mendengar drama apa lagi yang terjadi nanti.

Namun, setelah menunggu Adira tak mendengar percakapan apapun. Wanita itu membuka kunci bilik dan menarik pintu. Suara muntahan membuat tubuhnya menegang.

Adira keluar dan mencuci tangan pada wastafel sembari melirik bilik toilet yang berada di barisan paling ujung yang terdengar muntahan. Adira menarik tissue lantas setelahnya merapikan rambut serta memoleskan pelembab bibir agar tidak terlihat pucat.

Adira masih terdiam menatap pantulan wajahnya yang terkejut sembari terus mendengar seseorang memuntahkan makanan. Adira pun menghela napas, lalu melamgkah ragu menuju bilik ujung.

Suara muntahan semakin mendekat seiring langkah Adira. Begitu sampai, Adira melihat pintu toilet tak sepenuhnya tertutup. Adira dapat melihat seorang wanita sedang memasukkan tangan pada tenggorokan dan kembali muntah. Adira membeku di tempat melihat itu.

Bulimia.

Adira membulatkan mata sembari menatap pada punggung wanita yang begitu familiar. Adira memundurkan tubuh dengan langkah terburu-buru takut ketahuan orang tersebut.

"Anjir ..."gumamnya sembari meraup wajah frustrasi. Adira meneruskan langkah menuju divisinya dengan pikiran masih tertuju pada wanita di toilet tadi.

"Takut banget ..."ujar Adira ketakutan. Bahkan kini, kedua tangannya kedinginan. Adira tak tahu harus berkata apa lagi terhadap situasi yang baru dilihatnya.

Begitu Adira sampai di depan divisinya, wanita itu menghentikan langkah sembari mengatur raut wajah serta pernapasannya yang tidak teratur. Adira masih dilanda keterkejutan.

Setelahnya meneruskan langkah menuju meja. Sebelum menduduki kursinya, Adira melirik meja di ujung tembok. Meja yang masih kosong di tempati rekan kerjanya.

"Adira. Lo lihat Astrid nggak? Tadi katanya di toilet. Lo dari toilet kan?" tanya Sindy dengan tatapan bertanya membuat Adira yang tengah melamun gelagapan.

"Hah? Ah, itu ... Nggak kok. T-tadi gue abis dipanggil Dion. "Ujar Adira mengalihkan tatapan dan berpura-pura menyibukkan dirinya dengan komputer dihadapan.

"Aneh ... Padahal dia ke toilet udah hampir setengah jam. Gue panggil aja kali."gumam Sindy sembari melirik jam tangan. Mendengar itu, Adira kembali menoleh dengan raut panik.

"Jangan! I-itu maksud ku tidak usah. Mungkin dia sedang BAB kan? Santai saja. Apa soal laporan keuangan yang bulan lalu yah? Sini, gue lihat dulu."ujar Adira sembari beranjak dan mengambil begitu saja kertas di meja Sindy dengan asal.

Melihat itu, sindy menatapnya aneh. "Lo kenapa sih, itu gue yang tangani! Nggak usah! Enak aja, gue yang kerja lo tinggal revisi dikit doang!"ujar Sindy dengan kesal sembari merebut kembali laporan dari tangan Adira. Dalam diam, Adira menghela napas lega.

OH MY FAT! END (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang