50| Official Serumah

2.5K 72 4
                                    


Happy Reading guys!!

Jangan lupa kunjungi Karyakarsa juga, yah.

Keintiman Liamdro dan Adira lebih banyak di Karyakarsa. Link di bio aku guys, makasih yah.

***

Sekeluarga mengantar Adira menuju pagar rumah. Sang mama agak berat melepaskan sang anak yang ingin tinggal sendiri. Riana berat sekali, tapi begitu Adira mengatakan ingin tinggal sendiri dan mandiri justru menjadi satu hal yang membuat Riana merasa terharu. Sang putri sudah dewasa.

"Nona, ingat ... Makan harus sehat, kurangin ngemil. Nanti Mama kabarin setiap Sabtu supaya bisa belanja bareng. Kirimin mama alamat rumah baru kamu, yah."ujar Riana sembari menatap teduh sang putri.

Adira yang tengah memeluk sang papa kini mengangguk pelan. Adira mendongak dan menatap sang papa yang kini mengelus puncak kepalanya dengan sayang. Papa Adira memang tidak banyak bicara, tapi ketahuilah diam-diam di lubuk hati, pria setengah abad itu merasa sedih.

"Papa jangan lupa minum vitamin yah, supaya kuat terus nggak cape pas abis nyetirin pesawat."ujar Adira dengan lembut membuat sang papa mengangguk pelan.

"Iya. Kamu juga jangan lupa rumah, mentang-mentang rumah udah sendirian nggak ke sini, papa jutekin kamu."ujar sang papa sembari mengerling jahil membuat Adira mendengus kesal.

"Siap, Bos. Itu mah, nggak akan ketinggalan tauk. Habisnya jauh sih, rumah papa sama mama dari kantor. Tapi nanti kan pas belanja sama mama, aku ke sini juga, Pa. "Ujar Adira membuat sang papa tersenyum lega.

"Terus gimana sama aku, kak?"tanya sang adik mengalihkan tatapan Adira. Gevan menatapnya sedih.

Adira melepas pelukan sang papa dan menghampiri Gevan, "Kakak nggak jauh kok pindahnya, kan masih di jakarta keles. Kakak banyakin deh main sama kamu kalau berkunjung ke sini."usul Adira meminta pengertian dari sang Adik. Gevan terdiam sebentar.

"Kan aku sekolah, kak. Belum lagi sama bimbingan sore, terus bimbel, jadi waktunya malam baru bisa, eh, nggak deng, aku kumpul sama teman-teman malam."ujar Gevan membuat Adira memutar bola mata jengah.

"Yaudah, nggak usah aja."ujar Adira kesal membuat Gevan mengeleng pelan. "Batal, kak. Kapan-kapan gitu aku ajak kakak kumpul sama teman-teman aja deh. Biar nanti bisa ditraktir, kakak."ujar Gevan membuat Adira mendengus malas.

"Traktir Mulu kamu. Muka duitan."ujar Adira sembari menatap sinis sang adik. Gevan hanya memeletkan lidah dengan puas melihat sang kakak kesal. Riana hanya menggeleng kepala sembari menoleh pada sang suami yang sibuk dengan ponselnya.

"Pa ... Udah mau berangkat lagi? Jadwalnya sore bukan sih, ini masih siang bolong loh."ujar Riana berbisik membuat sang papa menoleh dan mengeleng pelan.

"Iya, sebentar sore. Masih bisalah lihat Dira pindahan."ujar sang papa kalem. Riana menghela napas lega.

"Pa ... Aku berangkat yah. Nanti keburu jam istirahat habis, sejam lagi mau masuk kantor. Tadi juga izin nggak lama."ujar Adira sembari melirik ponsel membuat kedua pasang paruh baya itu mengangguk pelan.

Koper Adira di geret sang papa sedang sang putri digandeng sang mama menuju mobilnya.

"Nanti kita video call. Mama mau lihat rumahmu. Lengkap nggak."ujar sang mama menasihati membuat Adira mengiakan. Wanita itu memasuki mobilnya dan pintu pun ditutup sang mama.

Tak lama, sang papa kembali menghampiri begitu koper Adira sudah dipindahkan ke belakang bagasi mobil.

"Hati-hati Nona. Jangan buru-buru, jangan ceroboh. Ingat kamu lagi berkendara."ujar sang papa dengan memberi berkat pada kening Adira dengan tanda salib. Setelahnya mengecup kening sang putri sayang.

"Dadah semua ... "Pamit Adira sembari mengerakkan stiran mobil dengan lihai disusul badan mobil yang kini bergerak menjauhi kedua orang tuanya serta Gevan.

"Hufff rindu mereka ... Bebas dari Omelan Mama, tapi ... hufff harus menghadapi kemesumam pria bule genit!"gumam Adira dengan tangan di ketuk mengikuti irama musik yang samar-samar dari radio.

Du tengah perjalan, ponsel Adira bergetar. Untungnya sedari tadi sudah Adira pasangkan bluetooth hingga mudah tersambung dengan radio, jika tidak Adira harus mencari ponselnya.

"Hm, kenapa."kata Adira begitu panggilan terhubung. Pria diseberang berdecak mendengarnya.

"Udah di mana?"

"Di mana-mana hatiku senang."jawab Adira sekenannya, lalu mengulum senyum geli. Di seberang pria itu mengerem kesal.

"Yang bener. Aku di jalan mau jemput kamu."ujar pria itu hampir membuat Adira mengerem mendadak mobilnya.

"Gila. Putar balik. Aku udah di tengah jalan. "Ujar Adira kesal. Melirik pada radio dan panggilan masih terhubung, tetapi tak mendengar suara pria itu.

"Liam ... Liam putar balik."ujar Adira lagi sembari menambah kecepatan mobilnya agar sampai cepat di perumahan yang dituju. Diseberang terdengar suara ribut, lalu setelahnya suara helaan napas Liam.

"Kan baru aja mau on the way. Kamu sekarang di mana? Aku langsung ke rumah atau tunggu kamu dulu?"tanya Liam membuat Adira berdecak kesal.

"Langsung pulang rumah. Aku udah di tengah jalan. "Ujar Adira dan setelahnya menutup panggilan begitu saja. Adira malas merespon kekhawatiran Liamdro yang berlebihan. Pria itu akhir-akhir ini agak aneh.

Beberapa hari lalu, saat pulang makan ke rumah keduanya, di tengah jalan menuju pulang jalanan macet parah diduga karena kecelakaan besar-besaran. Liamdro panik melihat seorang wanita yang berlumuran darah tengah digopong banyak orang menuju mobil ambulance dan setelah masuk mobil, Adira diceramahi pria itu hingga Adira pening.

"Lihat, aku nggak suka kalau kamu bawa mobil sendirian. Aku takut kamu terjadi seperti wanita itu. Aku saja tidak ingin membayangkan ketika wanita itu berada di posisi kamu."ujar Liamdro saat itu dengan tampang khawatirnya sembari mengelus kepala Adira lembut.

"Yaudah jangan dibayangin. Lagipula itu kan kesialan dari masing-masing orang, Liam. Jangan parnoan deh!"ujar Adira saat itu mulai kesal begitu melihat Liamdro terus berkepikiran soal kecelakaan yang terjadi di perjalanan pulang.

"Tidak! Itu karena tidak hati-hati berkendara, mengantuk, bisa jadi dia sakit atau bisa saja dia sengaja ketika sedang putus asa. Who knows!"ujar Liam kekeh membuat Adira menghela napas berat dan diam saja. Sudah lelah meladeni kekhawatiran Liamdro yang tak berdasar.

"Kamu aku antar jemput mulai sekarang!"ujar Liamdro tak mau dibantah. Adira menatapnya protes.

"Liam ... Kamu tahu, aku benci diatur. Aku bisa jaga diri aku, aku bisa berhati-hati!"tajam Adira berhasil membungkam Liamdro.

"Setidaknya aku mengawasimu. Aku akan menjemputmu meski kamu berkendara sendirian, aku akan mengikutimu dari belakang."ujar Liam lirih mengakhiri perdebatan sengit diantara mereka. Adira mengalihkan wajah pada kaca jendela sembari menghembuskan napas berat.

"Terserah."ujar Adira lirih. Wanita itu memejamkan mata dan terlelap dengan kepala disandarkan pada jendela.

To be continued!

Hello guysss!! Apa kabar guys!

Karena akhir-akhir ini aku terserang penyakit penulis, jadi sibuk baca-baca aja dulu biar kembali lagi dan nggak mandek.

Btw, jangan lupa kunjungi Karyakarsa aku guys, ada update terbaru di sana:)

Terima kasih banyak sudah menunggu❤️

OH MY FAT! END (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang