Hello guys!! Aku kembali!
HAPPY READING!
•••
Liamdro meradang. Pria itu kini tak dapat menahan rasa gejolak dalam dada. Rasanya sangat ingin bertemu setiap hari untuk melihat wajah wanitanya. Namun, menjengkelkan Adira malah mencueki dia lagi dengan alibi pekerjaan yang numpuk. Tapi saat melihat media sosial Dion yang menampakkan wajah Adira di sana mood Liamdro seketika turun drastis. Tidak bisa dibiarkan. Liamdro harus turun tangan.
Pria itu menoleh pada pintu ruangan dan kembali mendengus begitu melihat wajah cerah Dion. Ingin sekali Liamdro memberikan gebukan pada bibir yang tersenyum lebar pada Adira.
"Maaf, Sir. Saya telat." ujarnya dengan ringisan sembari mengelus kaki yang bertabrakan dengan pintu ruangan Liamdro akibat terburu-buru.
"Hem." ujar Liamdro dengan malas. Pria itu mendatarkan wajah. Sangat malas meladeni Dion. Liamdro masih kesal pada pria itu.
"Kau di situ saja. Tidak usah mendekat. Tubuhmu bau!" ujar Liamdro sembari mengibas sekitaran wajah. Pun Dion mengendus tubuhnya menyakinkan ucapan sang boss. Tapi nihil. Aroma parfum yang dibeli Adira malah memasuki hidungnya.
"Nggak kok Sir ... saya nggak bau. Mungkin parfum saya kali yah, padahal wangi loh, pilihan Mbak Adira. " gumam Dion berhasil menghentikan gerakkan tangan Liamdro pada keyboard komputer.
"Ulangi ucapanmu!" ujar Liamdro berusaha menahan kekesalan. Pria itu bahkan melepas kacamata sembari menatap tajam Dion.
Dion meneguk saliva kasar sembari bergerak gelisah di tempat. "Yang mana, Sir?" tanyanya dengan kebingungan. Liamdro menghela napas sabar sembari berdiri dari posisi duduk lalu menghampiri Dion yang berdiri tegap di depan pintu ruangannya.
"Ulangi saja." ujar Liamdro sembari meninju telapak tangannya sendiri. Dion meneguk saliva kasar. Apes sudah hidupnya.
"Saya nggak bau, Sir. Mungkin parfum saya kali yah, padahal wangi loh ... pilihan Mbak Adira." ujar Dion lancar mengulangi perkataan sebelumnya. Liamdro menjentikkan jarinya sembari tersenyum paksa.
"Harus saya apakan kamu?" tanya Liamdro dengan wajah mengeras sembari menarik kerah baju Dion dengan kesal. Dion terkejut dan menggeleng cepat.
" Eh, ada apa Sir!" pekik Adira mengambil langkah cepat menghampiri kedua pria di depannya. Sontak Liamdro melepas begitu saja cengkraman pada kerak seragam Dion, lalu berdehem pelan sembari melangkah pelan menuju jendela besar di dekat kursinya. Liamdro salah tingkah.
Adira menghampiri Dion sembari memeriksa keadaan Dion dan menghela napas lega saat tak melihat lebam pada wajah Dion. Wajahnya bersih seperti sebelumnya.
"Mbak ... ngapain ke sini sih? Nanti dimarahi boss lagi. Ayo keluar Mbak, ke ruangan Mbak aja." ujar Dion berbisik sembari menatap punggug Liamdro dengan panik. Adira mendengus malas sembari memutar arah tatapannya pada punggung Liamdro.
"Sir, kenapa sama Dion? Kasihan Dion dong, dia capek... dia bukan robot. Tubuhnya juga butuh makan dan istirahat wajar kan kalau dia telat!" Kata Adira dengan penuh amarah membuat Dion seketika membulatkan mata sembari menghampiri Adira agar tak melakukan hal lebih jauh lagi.
"Ya Tuhan ... mati gue! Mbak jangan Mbak!" ujar Dion panik. Adira tak mendengarkan, wanita itu malah menjadi-jadi.
Dion berlari menuju pintu dan menengok ke arah koridor yang sepi dan menghela napas lega karenannya. Setidaknya aksi Adira tak ada yang melihatnya. Pria itu kembali masuk dan menutup pintu dengan pelan, lalu menepuk kedua tanganya seakan mengusir debu yang mengotori kedua tangannya. Dan ketika pria itu menoleh pada Adira yang entah mengapa tak bersuara lagi.
"Mbak... Astaga!" ujar Dion terkejut. Pria itu bahkan mengucek mata tak percaya. Pasalnya dirinya melihat adegan kurang senonoh. Pak bossnya tengah berciuman dengan Adira. Dion mengerjapkan mata meyakinkan apa yang dilihatnya adalah kebenaran.
"Mbak ... S-sir." ujar Dion gagap. Pasalnya sudah beberapa menit keduanya masih saja sibuk dengan dunia mereka. Dion meringis dan menggaruk kepalanya pelan. Hendak menngatakan sesuatu, tapi melihat tangan Liamdro yang mengusirnya pertanda kedua pasangan itu membutuhkan waktu berdua.
Dion keluar begitu saja dari ruangan sang boss dengan wajah merah. Pria itu masih tak percaya akan apa yang baru saja disaksikan. Tunggu saja Adira. Dion akan menginterogasinya.
"Astaga mata gue ... pantesan si boss marah banget tadi pas gue nyebut si Mbak! Astaga, si Mbak sih, nggak jujur ... padahal udah ada pawang. Udah gitu pawangnya boss sendiri lagi." ujar Dion sembari melangkah menuju ruangan khusus sekretaris. Pria itu hendak membereskan tugasnya dan sedikit mengosongkan beberapa jam ke depan. Entah apa yang dilakukan boss dan mbaknya di dalam sana, Dion berdoa semoga saja tidak mendengarkan suara yang aneh dan menimbulkan tanda tanya dari karyawan kantor.
"Nggak nyangka gue, tipe cowok si Mbak bule hehehe." ujar Dion sembari tertawa lucu. Pria itu senang sekali, akhirnya Mbak kesayangannya sudah memiliki pacar.
"Yuhu bau-bau traktir nih." ujarnya sembari berseru senang.
***
Adira sendiri kini tengah duduk dipangkuan Liamdro dengan Liamdro kembali sibuk pada pekerjaanya. Sesekali pria itu mengecup bibir atau bahkan puncak kepala Adira membuat Adira merasa penuh oleh rasa cinta.
"Boleh aku keluar? Pekerjaanku menumpuk." ujar Adira dengan gumaman saja. Tapi matanya masih terpejam sembari bersandar pada dada bidang Liamdro. Mendengarnya, Liamdro berdecak malas dan mengeratkan pelukan pada pinggang Adira dengan erat. Liamdro sudah dijinakkan.
"Biarkan begini saja. Sudah lima hari kamu mencueki ku. Bisa kan lebih lama lagi di sini, seperti ini. Dion pun pasti mengerti." ujar Liamdro santai. Adira membulatkan mata terkejut. Adira melupakan satu hal itu.
"D-dion melihat? A-aku harus bagaimana! Astaga! Pria brengsek! K-kamu sih, tidak bisa menahan apa! Astaga aku tidak bisa bohong pada Dion." ujar Adira dengan panik. Liamdro mengendikkan wajah tak peduli.
"Pria brengsek ini yang membuatmu keenakan. Jujur saja, melihat dirimu aku tidak bisa menahannya. Aku lebih suka berada bersamamu." ujar Liamdro dengan senyum miring. Adira sendiri hanya memasang wajah cuek, tapi jantungnya tak sinkron. Berdetak dengan sangat cepat.
" Ngomong-ngomong soal Dion. Biar saja dia tahu, takutnya dia lebih seenak jidat mengajak milikku ke tempat lain tanpa mengajak pemiliknya!" ujar Liamdro sembari mengecup bibir Adira yang sangat candu untuknya. Adira memukul daa bidang Liamdro. Sungguh salah tingkah.
"Jangan baper ... ini hanya sementara Dira, ingat ini hanya hubungan kontrak!" gumamnya hampir sebuah bisikan. Bahkan Liamdro pun tak dapat mendengarnya.
"Aku bukan milikmu. Aku tetap miliku sendiri. Ingat kita hanya hubungan kontrak."ujar Adira berhasil menyurutkan senyum Liamdro yang tadinya sangat lebar. Liamdro mencengkram pinggang Adira dengan erat membuat Adira meringis pelan.
" Kamu milikku. Bukan milik orang lain!" ujar Liamdro dengan datar sembari kembali mempertemukan bibirnya dengan bibir Adira penuh penuntutan.
TO BE CONTINUED
Lanjutan bakal aku update lewat Karyakarsa guys.
Pantengin terus:}
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY FAT! END (REVISI)
RomancePertemuan pertama dengan sang boss baru, Liamdro jeams yang datang berkunjung ke kantor cabang membuat perubahan signifikan pada diri Adira.