05| Kejadian Buruk✅

9.2K 440 1
                                    

-Kejadian Buruk

ADIRA COMEBACK!!

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT GUYS!

****

Adira memasuki lobi perusahaan dengan tubuh kembali menegang. Dirinya mencoba menimalisir laju jantung. Pasalnya pakaian yang dikenakannya sangat berbeda dari sebelumnya, dirinya yang biasanya  mengenakan pakaian yang simpel dan sederhana mengganti dengan baju mewah yang branded. Adira tidak ingin menjadi bahan pembicaraan.

Sedikit kekhawatiran dalam diri Adira karena pakaian mahal yang dikenakan adalah dari salah satu brand ternama membuat teman-teman akan curiga tentang kehidupannya. Adira tidak terlalu mengekspos kehidupannya, dirinya tidak suka jika para teman-teman di tempat kerjanya mengetahui bahwa Adira  merupakan salah satu orang berada. Adira tidak ingin dirinya dimanfaatkan.

"Aish, ini kumpulnya di Aula kan? Yaudah lah masih 30 menit lagi acaranya dimulai.  Toilet dulu kali yah." gumam Adira sembari merapikan baju  yang kusut karena dirinya remas tadi, lalu setelahnya melangkah menuju toilet untuk merapikan pakain untuk kesekian kalinya.

Lobi perusahaan ramai dengan karyawan menggunakan pakaian bervariasi dengan mode yang terkenal. Adira jadi bersyukur mengenakan pakaian yang dipilih Gevan ini. Beberapa menatapnya penuh penilaian membuat Adira menatap dirinya sendiri. Apa ada yang salah dengan pakaian yang dikenakannya? Ah, Adira merasa semakin tidak percaya diri sekarang. Pilihan ke toilet adalah pilihan bagus untuk menenangkan diri.

Melangkah cepat menuju toilet, lalu masuk ke dalam bilik kosong. Adira menutup toilet dan duduk di sana. Menghela napas sembari membuka tas kecil dari salah satu brand ternama yang di jinjingnya tadi dan mengambil cermin kecil yang sengaja dirinya simpan.  Adira berkaca sebentar sembari melihat riasan simplenya.

"Udah pas kok, terus kenapa ditatap kayak nggak suka gitu  yah? Perasaan make up udah pas, ah, atau karena pakaian aku yang ketat? Apa perutku membuncit?" gumamnya pelan sembari memegang perutnya yang  mana tidak terlihat buncit. Adira mengenakan korset pembakar lemak perut sehingga perutnya tidak terlihat.

Baru saja berdiri hendak keluar dari bilik toilet, Adira mendengar pintu masuk dibuka disusul dengan suara yang dalam pembicaraannya menyebut namanya.  Seketika Adira kembali duduk dan mendengar cibiran mereka.

"Eh, lo tau Adira nggak?" ujar gadis berbadan langsing sembari memakai kembali pemerah bibir pada bibirnya yang masih terdapat lipstik merah merona.

"Yang mana sih?" Celetuk teman satunya, wanita bertubuh langsing itu berdecak malas.

"Adira hany punya satu nama di kantor. Masa lo nggak tau sih, yang itu lah... Di divisi Personalia. Yang satu divisi sama Astrid." ujar gadis langsing itu sembari menyimpan lipstiknya pada tas.

"Oooh, Adira itu. Yang badannya gede kan? Ish, kirain Adira siapa, padahal si gembrot toh, ckckck, dia kenapa harus masuk di divisi personalia sih, padahal divisi personalia terkenal yang cantik-cantik, body keren. Banyak tuh cowok dari divisi lain caper ama mereka. "ujar wanita  satunya lagi sembari mencuci tangan pada wastafel sembari menatap wajah temanya pada cermin.

"Udahlah, masa bodo amat itu ... Lo tahu, dia kemaren ngatain perasaan pada pak Abraham. Lo tahu kan, gimana cakepnya pak Abra, terus dia dengan pede nyatain perasaan. Kebayang nggak sih, malu-maluin satu divisi." Ujar wanita  itu membuat Adira terdiam menatap kosong pada pintu toilet. Seketika hati Adira seperti teremas-remas. Adira baru kali ini mendengar dirinya dibicarakan dibelakang.

Tidak masalah dirinya dibicarakan, asal tak sampai ditelinganya. Tapi kalau sudah begini, dirinya tak bisa tinggal diam. Menatap jam tangan dan menghembus napas berat. Ternyata dirinya memakan waktu sepuluh  menit lebih di dalam bilik toilet.

Dengan keberanian yang entah dari mana, Adira keluar dari dalam bilik toilet membuat kedua gadis yang tengah mencibir dan mencaci makinya menoleh dan seketika terdiam saat Adira menatap keduanya. Adira menatap malas, lalu melanjutkan langkah menuju wastafel yang kosong. Adira mencuci tangan sembari menatap pada kaca besar dihadapannya. Kedua wanita itu saling melirik satu sama lain, Adira tebak mereka sedang merasa bersalah. Basi.

"Kalian udah lama di sini? Nggak ke Aula?" tanya Adira sembari mencuci tanganya. Kedua wanita itu tak menjawab. Masih diam saking terkejutnya.

"Oh iya, 20 menit lagi acara mulai, keknya bossnya udah dateng," kata Adira lagi sembari menutup keran, lalu melangkah mendekati wanita yang bersandar di tembok dengan tatapan mata masih menatap dirinya.

Adira mengambil tissue tepat di samping wanita bertubuh langsing itu dengan senyum miringnya.

"kok pada diam, kenapa nggak lanjut ngomong, padahal orangnya udah di depan kalian loh, ckckck." kata Adira lagi lalu membuang tissue yang sudah dipakainya pada tong sampah.

"Oh, iya. Kenalin  gue Adira Amanta, dari divisi personalia, well, gue gadis gendut segede gaban, si gembrot kayak yang lo bilang tadi." ujarnya perkenalkan diri sembari menunjuk wanita bertubuh langsing dengan dagunya. Wanita itu melirik temanya seakan berbicara dengan tatapan.

"Loh, kok sunyi sih, padahal tadi toilet ribut banget pas kalian berdua masuk, nggak kira-kira, Aula aja kala sama suara lo berdua. Sekarang pada diam." cibir Adira lagi dengan tajam.

"Membosankan, gue udah bosan denger cibiran yang sama. Gue mau ke Aula dulu, divisi gue udah pada absen lagi, bye ... Tapi tunggu dulu, gue saranin, lipstik tebal dibibir lo, nggak akan mengubah muka lo, tetap aja burik."katanya sembari menatap tajam Wanita bertubuh langsing itu. Ananda namanya. Adira tak peduli lagi, emosi sudah memenuhi dirinya.

"Dan lo,  cermin besar udah di depan mata... Sadar diri, lihat baik-baik, kekurangan lo banyak, well, kita pernah bertemu ... Dokter Riana, lo operasi hidung kan," kata Adira final membuat Sevanya seketika menelan saliva kasar. Dirinya tak mampu menoleh pada sahabat di sampingnya. Tubuhnya menegang membuat Adira tersenyum penuh kemenangan.

Adira pun menepuk pelan pundak kedua wanita tersebut, lalu melangkah keluar dari toilet dengan langkah ringan. Dirinya sedikit lega  sudah meluapkan emosinya, tetapi untuk menghilangkan perkataan kedua wanita  di toilet tadi sangat susah.

Baru saja menoleh, Adira tak sengaja menubruk  sesuatu yang keras membuat dirinya memundurkan sedikit tubuhnya. Menunduk dan menatap pria yang kini terjengkang di lantai dengan tak elit membuat dirinya meringis.  Dirinya menabrak seorang pria.

Melangkah mendekati pria yang masih meringis, Adira pun menengadahkan tanganya di udara hendak menolong pria itu. Pria itu mendongak, lalu menerima tangan Adira dan seketika berdiri dengan tegap.

Berdehem sebentar sembari merapikan jas mahalnya. Aura pria itu seketika membuat Adira ikut terintimidasi. Pria itu terlihat tidak memiliki ekspresi. Adira lantas mengerutkan dahi binggung.

"Sorry, apa anda terluka?" kata Adira membuka suara, pria itu menunduk  karena tubuhnya yang proposional dan memiliki tinggi sekitar seratus delapan puluh lima, sedang Adira sendiri memiliki tinggi badan seratus lima puluh.

"Tidak, saya tidak terluka." ujarnya dengan aksen inggrisnya membuat  Adira yakin bahwa pria ini dari luar negeri.

"Are you tourist?" kata Adira dengan bahasa inggris. Pria itu menatap Adira lekat.

"Saya bisa bahasa indonesia, Miss. Jadi anda tenang. Hanya aksen saya yang masih kental." ujarnya membuat Adira seketika menghela napas lega.

"Hem, maaf saya menabrak anda. Apa anda salah satu pekerja baru di perusahan ini?" tanya Adira kepalang penasaran. Pasalnya baru kali ini Adira melihat pria ini.

"Iya, hem, saya permis i... Saya memiliki acara penting, tinggal berapa menit lagi, apa kamu tahu, di mana letak toilet pria, sedari tadi saya mencari, tetapi tidak ketemu." ujarnya dengan nada sedikit kesal membuat Adira mengangguk mengerti.

"Ah, di seberang sana, Mr. Anda bisa belok kiri dari arah sini, dan menemukan papan bergambar toilet di tembok nanti." ujar  Adira menunjuk lorong itu, lalu menatapa pria yang ternyata masih menatapnya lekat.

Adira seketika kikuk. Memegang erat tali tasnya.

"Di sana rupanya, terima kasih." ujar Pria tersebut lalu pergi meninggalkan Adira yang mengangguk kepala.

"You are welcome, Mr." balas Adira sembari melanjutkan langkahnya menuju Aula.

To be continue!

OH MY FAT! END (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang