PERHATIAN!!
ADA BEBERAPA KATA-KATA VULGAR!!
***
Adira memasuki ruangannya dengan bibir menyesap kopi yang baru saja di belinya. Sangat segar karena Adira memesan ice coffe. Begitu dirinya duduk, percakapan yang kurang jelas di pendengarannya kini semakin jelas.
"Iya, tadi pas gue di panggil sama Bu Lala dari Divisi sebelah buat bantuin bawa makanan si boss, lo tahu nggak kue kaget banget. Ternyata perkiraan kita selama ini salah. Si boss emang udah punya pacar." Ujar Devita sembari mendekat pada Astrid dan Cindy.
"Benarkah? Huaa padahal gue mau mepet sama si boss. Yah keduluan sama ceweknya. Pasti ceweknya canti parah, terus mantap. Ya nggak?" Ujar Cindy dengan antusias pada wajah Devita. Wanita itu mengendikan bahu tak tahu.
"Gue nggak tahu. Lihat mukanya aja belom. Soalnya gue tahu si boss punya pacar aja dari wallpaper hpnya. Angel foto pun si ceweknya di foto dari samping. Terus fotonya kayak gue kenal tempatnya. Di Labuan bajo sepertinya."ujar Devita memejamkan mata mengingat apa yang dilihatnya tadi saat berada di ruangan sang boss.
Sontak mendengar itu, Adira tersedak kopinya. Adira terbatuk-batuk hingga membuat ketiga gadis itu menoleh padanya sebentar, lalu kembali melanjutkan acara menggosip mereka mengenai boss mereka, Liamdro jeams.
"Labuan Bajo? Aduh, enak banget jadi si cewek. Hidup bergelimang harta. Mau ke situ, jadi. Aduh, enak banget." Ujar Cindy dengan kedua tangan meraup wajah. Melihat itu Astrid memutar bola mata jengah.
"Terus pacar lo yang kemarin dulu sempat ngasih uang jajan untuk lo 30 juta itu kemana?" tanya Astrid jengah. Mendengarnya Devita syok sembari menoleh pada Cindy yang memamerkan senyum murahannya.
"Udah gue putusin. Ternyata gue selingkuhan dia yang ke sekian kali. Malu banget, pas di mall lagi makan siang di labrak sama tunangan dia."ujar Cindy santai sembari merapikan alisnya dengan tangan sembari berkaca.
"Anjing! Lo di kasih uang jajan 30 juta? Apakabar gue yang jomblo."ujar Devita dengan meratapi kejombloannya. Astrid mendengus malas.
"Adira. Lo kan asal NTT. Lo tinggal di Labuan Bajo kan, pasti pernahlah ketemu sama si boss kan waktu liburan."ujar Astrid membuat Adira yang sedang membersihkan bajunya yang kena tumpahan kopi terhenti. Wanita itu mendongak dan menggeleng tak tahu.
"Bajo Luas. Nggak mungkin bisa ketemu sama si boss. Lagian rumah gue jauh sama hotel mewah, rumah gue Deket sama dermaga." Jawab Adira apa adanya. Padahal dalam hati, sudah merutuki dirinya yang berbohong.
"Lo sih, lo kira Labuan Bajo itu ada di provinsi? Labuan Bajo aja beda pulau sama kota Kupang. Labuan Bajo itu di pulau Flores. Masa lo nggak tahu sih, ketahuan sih, belum pernah ke sana. Cielah, kalah sama gue yang jomblo. Lo pacar ama seorang manager perusahan masa pas liburan nggak jalan-jalan sih."celetuk Devita membuat Astrid pucat pasti. Gadis itu terdiam di tempatnya.
Cindy meliriknya sebentar dengan wajah puas. Astrid kembali tersenyum pongah dan menatap pada mata Devita. "Sebentar lagi kok, kita emang udah rencana dari lama. Cuman dibatalkan terus karena pekerjaan pacar gue. Kita nggak ke Labuan Bajo, tapi Kita bakal ke Bali."ujar Astrid membuat Devita mengangguk mengerti.
"Eh, benerkan yang pulau padar itu di Labuan Bajo?" Tanya Devita pada Adira yang terdiam sedari tadi dengan pikirannya. Adira mengangguk dengan tergagap.
"Di lihat-lihat dari samping, kok wajah Adira kayak familiar yah. "gumam Devita membuat semua yang berada di sana menatapnya heran. Ruangan yang sepi membuat gumaman Devita terdengar jelas.
Adira seketika mati kutu. Dengan cepat Adira mengelus rambutnya dan membawanya ke depan. Gerakan tidak nyaman Adira saat ditatap memicing oleh Devita.
"Ah, nggak mungkin hanya perasaan gue aja kali. Tapi kok persis yah. Nggak mungkinlah, banyak kok yang punya body kayak Adira."ujar Devita sembari mengamati bentuk tubuh Adira dengan lekat.
Cindy dan Astrid sontak ikut menatap aneh dengan ucapan Devita.
"Hello, nggak mungkin. Lagipula Adira udah punya cowok. Tadi pagi pas di lift di telpon tuh sama cowok dia."ujar Astrid dengan wajah bahagianya begitu melihat wajah pucat pasti Adira.
"Beneran?" tanya Cindy antusias. Menatap sekilas pada Astrid lalu kembali pada Adira.
"Kapan-kapan ajak hangout dong cowok lo. Gue kepo sama cowok idaman lo."ujar Sindy dengan tawa penuh garingnya membuat Adira menahan diri untuk tidak menarik bibir merah merona Cindy yang merusak mata.
Devita menatap Adira dengan antusias. "Aduh, enak banget kalian semua udah punya pawang. Tinggal gue yang belum."setelah mengatakan itu, Devita kembali pada kursinya dengan langkah lemah.
"Gue sih, belum yah. Punya gue banyak soalnya udah beristri semua, terus gue selingkuhan. Tapi porotin uangnya lebih penting sih. Meskipun wa gue sepi, setidaknya rekening gue rame, hehehe." Ujar Cindy membanggakan dirinya sendiri membuat Devita mengelelengkan kepala tak mengerti pada wanita itu.
"Gue nggak mau hidup gue jadi piala bergilir. Gue cuman mau hidup gue untuk satu pria. Pria yang tepat!"ujar Devita berhasil menyindir Cindy yang kini menatapnya sinis. Adira dalam hati menyetujui ucapan Devita.
"Kolot banget hidup lo. Monoton banget. Sekali-kali kek bahagiain diri. Cari pria berduit, porotin uangnya terus lepas deh. Gitu cara kerjanya. Realistis aja, Cantik juga butuh biaya say."ujar Cindy lagi membuat Devita hampir serangan jantung. Wanita itu mengambil headset lalu memakainya agar tak mendengar ucapan Cindy yang terlalu diluar nalarnya sebagai perempuan baik-baik.
Melihat itu cindy mendengus, lantas kembali menoleh pada Adira yang menatapnya dalam diam.
Sindy mendekatkan kursinya pada kursi Adira di sampingnya.
"Lo udah kasih apa aja ke cowok lo?" ujar Cindy sembari menopang dagu menatap wajah Adira yang kini menegang kaku. Adira menelan Saliva kasar berusaha menghalau rasa paniknya.
"Kasih apa aja maksudnya? Gue nggak kasih apa-apa. Palingan kalau jalan-jalan aku traktir kopi atau ice cream, atau dia yang traktir aku makan."jawab Adira apa adanya. Jujur saja Adira tak sepenuhnya bercerita. Tidak mungkin bukan, Adira menceritakan tentang dirinya sudah memberikan kesuciannya untuk sang pria. Bisa mati ditempat dirinya.
"Aduh, lo sama aja deh sama Devita. Lihat si Astrid. Udah check -in hotel berkali-kali, dibeliin banyak barang. Lo polos banget kalau pacaran."ujar Cindy dengan santainya membuat Astrid mendorong kursinya dan mendekati Cindy di sampingnya sembari mendorong bahunya pelan dengan telunjuknya.
"Ember banget. Gue nggak suka yah mulut ember. Ini rahasia kita lo. Tapi karena itu Adira, nggak papa sih lo cerita. Sekalian aja lo cerita kalau cowok gue mau ngajakin gue bulan madu ke Bali."balas Astrid sembari kembali mendorong kursi menuju meja kerjanya. Adira sontak hampir muntah mendengarnya. Sungguh, ternyata dirinya sama saja dengan kedua gadis di depannya. Sama-sama murahan.
"Kalau pacaran itu sekali-kali ngasih yang berharga buat dia. Biar cowok lo nggak beralih ke cewek lain. Secara kalau soal pakaian sih, lo kolot. "Ujar Cindy tak berperasaan. Adira menghela napas dan mendorong bahu Cindy hingga kembali ke tempatnya semula.
"Gue nggak butuh, tapi thanks udah ngasih tahu yah. "Ujar Adira lemah, setelahnya wanita itu menatap lekat pada layar monitor di hadapannya dengan pikiran melanglang buana. Cindy yang sibuk terhadap berkas ditangannya sejenak menoleh dan tersenyum sinis.
To Be continued!
Lanjutan yang lebih hottt di Karyakarsa ya guyssss....Silakan akses Karyakarsa guys, aku udah update untuk lanjutan part ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY FAT! END (REVISI)
RomancePertemuan pertama dengan sang boss baru, Liamdro jeams yang datang berkunjung ke kantor cabang membuat perubahan signifikan pada diri Adira.