tiga....

3.5K 216 1
                                    

Langit sudah berganti menjadi gelap, cahaya bintang dan bulan pun sudah terlihat saling beradu. Bahkan jam sudah menunjukan pukul 10.0 malam, akan tetapi Ashel dan Kathrina masih terlihat bertukar cerita via telepon  sejak satu jam lalu. Meski seharian ini mereka telah menghabiskan waktu bersama, masih ada saja topik yang menjadi bahan cerita mereka. Dan topik dalam cerita kali ini tidak jauh dari makan sushi bersama Zee and the geng yang sedikit membuat Ashel kesal, karena tidak bisa melancarkan aksinya mendekati Zee, sebab Zee hanya terfokus pada Fiony dan obrolannya dengan Aldo.

Keadaan berbanding terbalik dengan Marsha. Gadis yang pulang disambut dengan tatapan sendu kedua orang tua, serta melihat beberapa barang yang digotong keluar oleh orang yang tidak ia kenal itu hanya diam dengan tatapan kosongnya. Otaknya masih mencerna tulisan "Telah Disita" itu harus kembali dipaksa untuk berfikir dengan perkataan sang Mama tentang perjodohannya dengan seorang cucu dari keluarga Kawindra. Keluarga super Power yang selama ini hanya ia tahu dari sebuah surat kabar diruang kerja sang Papa.

"Maafin Papa Sha, Papa harap kamu ngerti posisi kita sekarang ," ucapan itu terdengar begitu jelas ditelinga Marsha, akan tetapi ia masih terdiam.>

"Sayang,  mama harap kamu nggak keberatan dengan keputusan ini .Karena ini satu satunya jalan dan untuk kebaikan kamu juga ,"ucapan dengan nada lembut dari sang Mama pun kembali terdengar ditelinga Marsha, akan tetapi gadis itu masih setia dengan diamnya. Tidak tahu harus bagaimana, ia masih muda bahkan terlalu kecil untuk membicarakan perjodohan dengan seorang yang sama sekali tidak ia kenal sebelumnya.

"Pak, Buk...maaf, tapi bagaimana dengan nasib kami selanjutnya. Sudah dua bulan kami tidak menerima hak kami sebagai pekerja ,"ucap Pak. Aran supir yang selalu setia mengantar Marsha kesana kemari, tidak perduli siang malam  bahkan hujan angin sekali pun.

Mendengar suara lirih Pak. Aran yang penuh dengan sedihan itu sedikit membuat Marsha mengangkat kepalanya. Kedua mata indahnya yang biasanya cerah, kini terlihat berkaca kaca ketika melihat satu persatu asisten rumah tangga dan supir keluarganya tertunduk menahan tangis.

"Kasih Marsha waktu untuk ini  Mah Pah ," ucap Marsha kemudian beranjak ke kamarnya.

Tap..tap..tap.. Marsha melangkah dengan cepat menuju kamarnya, tidak perduli dengan tatapan kedua orang tuanya bahkan getaran ponsel di dalam tasnya pun tidak ia perdulikan.

Sementara itu dilain tempat, tepatnya diruang inap Kakek Kawindra perdebatan tengah terjadi setelah beliau mengatakan akan menjodohkan Zee dengan seorang gadis.

Zee tentu saja menolak perjodohan itu, karena ia memiliki kekasih dan usianya belum genap 20 tahun. Ia masih muda, ia masih ingin bebas menentukan pilihan hidupnya.

"Kakek nggak bisa maksa aku buat nurutin apa yang Kakek mau. Aku punya Fiony dan aku cinta sama dia ,"ucap Zee dengan nada tegasnya.

"Cinta yang kamu banggakan saat ini hanya sesaat. Toh gadis yang Kakek pilih untuk kamu bukan gadis sembarangan, dia juga dari keluarga terpandang dan lebih penting mereka juga mengenal mendiang papa kamu, "ucap Kakek Kawindra menatap Zee.

"Aku nggak perduli, bahkan aku nggak butuh maksud Kakek di balik semua ini, "lagi, Zee berucap dengan nada tegasnya.

Shani yang sejak tadi hanya diam, mengusap punggung Zee agar tenang . Namun, Zee justru menepisnya dan beranjak dari duduknya.

"Kakek harap kamu belajar dari masa lalu Papa kamu ,"ucap sang Kakek sedikit menghentikan langkah Zee.

Shani yang mendengar ucapan sang kakek pun terkaget dan menahan tangan Zee, akan tetapi Zee kembali menepisnya dan pergi.

               ≈≈≈≈≈≈≠≠≠≠≠≠≈≈≈≈≈
>>>>>>> Tiga hari berlalu<<<<<<<
             ≈≈≈≈≈≈≈≠≠≠≠≠≠≈≈≈≈≈

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang