dua lima....

3.3K 265 25
                                    

Marsha terbangun dari tidurnya karena kegaduhan dikamarnya. Ia membuka kedua matanya kemudian mengambil duduk. Masih dengan rasa kantuknya, dilihatnya jam diponselnya kemudian melihat Zee yang siap untuk pergi. "Mau kemana ?" tanyanya pada Zee.

Zee menoleh sejenak pada Marsha. "Kamu udah bangun ?" tanyanya sembari memakai jaketnya.

"he,em..," Marsha hanya berdehem sebagai jawabnya tanpa mengalihkan fokusnya pada Zee.

Zee berbalik, menghampiri Marsha.  Diciumnya sejenak kening istrinya itu. "Aku pergi dulu ya, Jhasson dirumah sakit sekarang ,"ucapnya.

"Aku ikut..,"Marsha menahan lengan Zee.

"Nggak usah Sha, kamu dirumah aja. Cuma bentar kok ,"ucap Zee.

"Ada Fiony ?" tanya Marsha.

Zee mengulum senyumnya, ia menggeleng samar. " Enggak ada sayang...,"jawabnya. 

"peluk dulu...,"rengek Marsha yang membuat Zee kembali tersenyum dan memeluknya.

"Dah ya...aku pergi, kasian Jhasson disana sendiri ,"pamit Zee kemudian beranjak setelah melepas pelukanya dengan Marsha dan tidak lupa ia kembali mencium kening Marsha.

Setelah Zee menghilang dibalik pintu, Marsha kembali tidur karena jam masih menunjukan pukul 05.0 pagi.

Sementara Zee,  ia terlihat terburu buru karena khawatir dengan keadaan Jhasson.  Pasalnya tadi Jhasson menghubunginya dengan nada suara panik.

"Zee , mau kemana kamu ?" tanya Chika yang juga terlihat terburu buru.

"kerumah sakit kak ,"jawab Zee sembari mengambil helemtnya.

"Kamu sakit ?" tanya Chika, lagi.

"Jhasson  ,"jawab Zee.

"Bareng kakak aja , sekalian nyetirin kakak ..,"ucap Chika.

Tanpa pikir panjang, Zee kembali meletakan helemtnya dan masuk kedalam mobil Chika.  Sesuai perintah, Zee mengambil duduk dibangku kemudian dan Chika duduk disampingnya.

Dalam perjalanan, Zee mengemudi dengan tidak  tenang. Ia beberapa kali mengumpat ketika kendaraan didepannya berjalan lambat. Sementara Chika disamping hanya diam, memegang erat seatblet nya karena takut. Zee mengemudi mobil seperti kerasukan.

Setibanya dirumah sakit,  Zee mempercepat langkahnya mencari keberadaan Jhasson. Ia bahkan tidak perduli dengan sang Kakak dan mobil yang ia parkir asal.

tap...tap....tap.....Zee terus melangkah, sesekali mengedarkan pandangnya hingga akhirnya ia melihat Jhasson lorong depan ruang operasi  .

"Jhass...,"Zee menghampiri Jhasson.

Brugh... Jhasson berhambur memeluk Zee dengan erat, ia terlihat begitu ketakutan.

"Gue takut Zee, "gumam Jhasson.

"Lo tenang jangan panik,  okey..," ucap Zee kemudian melepas pelukan mereka dan menatap Jhasson.

"Gue...gue nggak tau kalau sampe begini , gue takut ," ucap Jhasson .

Zee menangkup kedua pipi Jhasson, menatapnya dengan lekat. " Nggak akan terjadi apa apa, okey .lo tenang ,"ucapnya lagi, karena hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.

Jhasson perlahan tenang, ia kemudian menceritakan semua yang terjadi yang sukses membuat Zee tidak bisa berkata kata. Pasalnya dimata Zee ,Aldo dan bahkan Fiony, Jhasson adalah sosok yang tenang, sosok yang paling tidak banyak tingkah dan Jhasson adalah sosok yang begitu menghargai wanita.

ceklek...pintu ruang operasi terbuka dan seorang suster menghampiri Jhasson juga Zee.

"keluarga pasien atas nama Jessica Lyn ?" .

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang