delapan belass...

3.7K 270 111
                                    

Sudah sejak pagi buta, Shani berkali  kali mengirim chat pada Zee. Ia menanyakan keberadaan Zee, meski ia tahu Zee tengah berada di kediaman kedua orang tua Marsha. Namum, karena fikiran anehnya semalam jadi ini lah yang ia lakukan. Ia ingin menanyakan langsung tentang kehidupan Zee selama mereka tidak tinggal bersama.

"Huft..,"Shani menghela nafasnya dan kembali menghubungi Zee. Namum lagi lagi, Zee tidak memberi balasan.

"Pagi Ci ....,"sapa Chika yang baru saja turun dan terlihat sudah rapi dengan baju casualnya. Ia menarik kursi meja makan kemudian mengambil selembar roti.

Shani berbalik menatap Chika. "Chik , kamu ada hubungi Zee ?"tanyanya tanpa membelas ucapan selamat pagi dari Chika.

Chika mengangguk, sembari mengoleskan coklat diatas rotinya. "Tapi nggak ada jawaban sih Ci, mungkin belum bangun, "jawabnya.

Shani kembali menghela nafasnya.  "Nggak mungkin Chik, ini udah hampir jam 8 loh," ucapnya.

"Ya nggak tahu Ci , lagi buat dedek bayi kali ...,"ucap Chika, ngasal.

Shani melebarkan kedua matanya, semakin panik dengan apa yang ia dengar dari Chika.  "Aduh kalo sampe beneran gimana coba ?  ...aduh jangan dulu lah, masih kecil dia ," gumamnya dan terlihat panik.

Chika, ia hanya melirik sang Kakak setelah menghela nafas.  Ia tahu, jika sudah menyangkut Zee sang Kakak akan kehilangan akal sehat karena dipenuhi overthinking seperti saat ini. Namun baginya hal itu wajar, Zee satu satunya laki laki di keluarga sekarang. Dan Zee, sering berkeliaran tanpa pengawasanya atau sang Kakak. Berbeda jika sudah menyangkut si bungsu, karena si bungsu hanya sibuk dengan dunia isekai dan sahabat pun hanya Muthe seorang.

Sementara itu Zee, ia justru masih berada dibalik selimutnya meski kembali mendapat gangguan dari sang adik yang terus merengek mengajaknya pergi.

"Apa sih dek, masih pagi ...,"gumam Zee tanpa membuka kedua matanya dan tanpa melepas pelukanya dengan Marsha.

"Ayolah Kak bangun, kita nonton, "rengek Christy entah sudah kali keberapa.

"Nonton apa sih, masih pagi juga ..,"lagi Zee hanya bergumam masih dengan posisinya.

Marsha sedikit merenggangkan pelukanya, menoleh pada kalender.  14 mei ,hari sabtu adalah hari ini dan harusnya ia pergi dengan sahabat sahabatnya untuk sleep over.

"Kak..ayo, Kak Marsha juga pasti mau . Ya kan kak Marsha ?" ucap Christy menatap Marsha, ia mencari sekutu.

Zee menghela nafasnya, membuka kedua matanya. "Ya udah kamu turun, sakit tau badan Kakak kamu dudukin gitu ,"ucapnya.

Christy pun turun dari atas Zee yang ia duduki. Karena tadi Zee sedikit menelungkup dan memeluk Marsha jadi membuatnya  nyaman duduk diatas sang kaka. "Udah nih, ayo buruan bangun ,"ucapnya merengek.

"Iya iya, "Zee dengan malas mengambil duduk dan menatap sang adik. Sementara Marsha, ia sudah meraih ponselnya .

"Ya udah sana kamu siap siap, kakak juga siap siap ..,"ucap Zee pada Christy.

"Beneran ya ? jangan tidur lagi. Awas aja kalao tidur lagi ,"ucap Christy yang hanya diangguki oleh Zee. Ia kemudian beranjak dan meninggalkan kamar sang kakak.

Zee mengusap wajahnya, kemudian menoleh. "Sha, kamu mandi duluan gih ,"ucapnya mengusap lembut kepala Marsha.

"aaa...ngak mau ,"jawab Marsha dengan rengekan, layaknya Christy beberapa menit lalu.

"Sha...kamu dandannya lama ,"ucap Zee sembari menyelipkan rambut Marsha yang sedikit menutupi wajah sang empu. 

Marsha masih diposisinya dan sibuk dengan ponselnya.  Sampai akhirnya kesibukan itu terhenti karena ciuman singkat dipipi.

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang