lima......

3.3K 227 14
                                    

Bertemu Jesslyn as a doctor adalah hal yang sangat Shani tidak suka, tapi mau bagaimana lagi. Teman kecilnya itu sekarang menjadi Dokter keluarga Kawindra dan tengah menjalankan tugasnya sebagai dokter yang menangani sang Kakek.

Dan disinilah Shani sekarang, disebuah ruangan berdinding putih dan banyak pernak penik kedokteran milik Jesslyn. Sungguh perlu diperjelas lagi, Shani tidak suka menemui Jesslyn disini. Ia lebih suka bertemu dengan Jesslyn di sebuah bar kemudian berkelahi.

Dengan ekspresi datar, Shani menunggu Jesslyn yang terlihat sibuk dengan berkas diatas meja dan juga sebuah komputer. "Jess, bisa cepet dikit ? "tanyanya.

"Mau kemana sih?. Buru buru amat ," Jesslyn berucap tanpa menghentikan aktifitasnya.

Shani menghela nafasnya dan kembali duduk dengan tenang, menunggu wanita berjas putih itu selesai.

Krett....Jesslyn sedikit memundurkan kursinya agar bisa duduk berhadapan dengan Shani.

''Banyak hal yang membuat kesehatan Profesor Kawindra menurun akhir akhir ini ,''ucap Jesslyn sejenak menatap Shani dan kembali membuka berkas laporan pemeriksaan Kakek Kawindra.

Shani menghela nafasnya, menguatkan hatinya mendengarkan penjelasan kesehatan sang kakek dari Jesslyn. Meski Shani hanya diam, ia menyimak semua dengan berat hati dan kekhawatiran yang begitu mendalam. Kehilangan sosok Ayah masih menjadi mimpi buruk baginya sampai saat ini dan jika harus kehilangan sang Kakek, Shani tidak tahu harus berbuat apa karena ia masih butuh banyak bimbingan dari sang Kakek.

Sementara di ruang inap sang Kakek, Chika dan Christy menemani sang Kakek. Mereka sesekali saling melempar candaan dihadapan sang Kakek, menutupi kekhawatiran mereka. Hingga pertanyaan sang Kakek tentang Zee membuat kedua anak itu terdiam, bingung harus menjawab seperti apa. Karena hingga detik ini sama sekali belum ada kabar tentang Zee.

Chika menghela nafasnya, mengambil duduk disamping Kakek. '' Nanti, Chika sama Kak Gita yang jemput Zee..,''ucapnya diakhiri senyum tipis, meski nyatanya ia juga tidak tahu harus menjemput Zee dimana.

Kakek Kawindra hanya tersenyum ,mengusap lembut kepala Chika. ''Janji ?'' ucap beliau mengacungkan jari kelingkingnya.

Chika kembali mengulas senyumnya yang sedikit lebih lebar. ''Janji ,''ucapnya menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking sang Kakek. Berbeda dengan Christy, ia hanya diam dan sedikit memalingkan wajahnya, merasa bersalah telah membantu Zee bersembunyi disaat sang kakek membutuhkan kehadiran Zee sekarang.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
>>>>>Sementara itu dilain tempat, tepatnya di sebuah kamar yang gelap gulita <<<
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Marsha, gadis itu meringkuk disudut kamarnya dengan kedua telinga yang ia tutup rapat. Berharap pertengkaran kedua orang tuanya diluar sana tidak terdengar olehnya. Namun sayangnya, itu hanya harapan. Karena nyatanya pertengkaran yang akhir akhir ini sering terjadi tetap saja terdengar olehnya.

''Kita nggak ada pilihan lain, rumah ini harus segera kosong ,''

''Gila kamu Mas, kita mau tinggal dimana ?!''.

Sholeh mengusap kasar wajahnya, sementara Friska menatapnya dengan nafas yang memburu dan wajah memerah karena amarahnya. Mereka kembali bertengkar dan tidak perduli dengan putri mereka yang mendengar semua pertengkaran itu.


>>>>><<<<<<<
>>>>>>>Hari berganti<<<<<<<<<<<
>>>>>>>>>>>>>>><<<<

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang