empat....

3.3K 208 13
                                    

Ponsel yang tergeletak diatas meja itu terus saja bergetar dengan flash yang terus berkedip, menandakan jika ponsel itu tengah kembali mendapat sebuah notif panggilan ataupun chat. Namun sayangnya, Zee, sang empu sama sekali tidak berniat untuk mengambilnya, ia justru beberapa kali hanya melewati dan tidak perduli dengan ponselnya.

"Kemana lagi ya ?" Zee bergumam menatap kearah luar. "Jalan jalan aja deh, jarang jarangkan jalan pagi di puncak gini, "ia kembali bergumam sembari membuka pintu keluar tanpa membawa ponselnya yang saja berkedip.

Sedikit merenggangkan otot ototnya, Zee malangkah meninggalkan teras vilanya. Udara pagi yang segar dan pemandangan hijaunya perkebunan teh yang luas sukses memanjakan aktifitasnya pagi ini.

Tap...tap...tap... Zee melangkah dengan santai dan sesekali melakukan perenggangan kecil. Senyumnya juga sesekali terukir ketika berpapasan dengan petani atau pekerja kebun teh yang berangkat beraktivitas.

>>>>>>>>>>><<<<<<<>>>>><
>>>>>>Sementara itu di sekolah<<<<<<<
>>>>>>>>>>><<<<<<<>>>>><

Fiony yang kehilangan kabar dari Zee mulai menanyakan tentang Zee pada Aldo dan Jhasson. Namun sayangnya kedua sahabat Zee itu juga tidak tahu kemana perginya Zee dan bahkan panggilan telepon atau Chat sama sekali tidak mendapat respon dari Zee.

Raut wajah khawatir semakin tidak bisa Fiony sembunyikan, akan tetapi apa yang bisa ia lakukan ?. Ia bahkan tidak tahu harus kemana lagi mencari Zee, sebab semua tempat yang sering ia dan Zee datangi juga tidak menunjukkan keberadaan Zee disana.

"Gimana kalau kita kerumah Zee aja, mungkin dia sakit dan nggak kasih tau kita ,"ucap Jhasson.

"Nggak mungkin Zee sakit. Sesakit sakitnya Zee pasti kasih kabar ke aku Jhass, "ucap Fiony menatap Jhasson.

"Klau nggak, kita ke kantor Ci Shani aja. Kita tanya Ci Shani ..,"usul Aldo.

Fiony terdiam dengan sedikit mengigit bibir bawahnya. Ia sebenarnya ingin bertanya pada salah satu saudari Zee itu, akan tetapi ia tidak berani meski ia pernah bertemu sebelumnya.

"Emang kamu berani ?" tanya Jhasson menatap Aldo.

Aldo menggaruk kepalanya, bingung. Karena ia juga tidak berani berhadapan dengan saudari tertua Zee itu, akan tetapi disatu sisi ia juga takut jika sesuatu terjadi pada Zee.

Obrolan sahabat sahabat Zee itu dengan tidak sengaja terdengar oleh Ashel dan tentu saja membuat gadis itu tahu alasan ia tidak melihat Zee selama satu minggu ini.

Ashel yang tidak sabar ingin membagikan cerita ini dengan sahabat sahabatnya pun segera mempercepat langkahnya, menuju kelas.

Tap...tap...tap...Ashel melangkah dengan cepat, bahkan hampir beberapa menabrak siswa lainya.

"guys..guys, gue ada berita ,"ucap Ashel sembari melangkah kearah meja Marsha dan Kathrin.

Kathrin menatap Ashel,begitu juga dengan Marsha. "Berita apa ?" tanya Kathrin.

Ashel duduk dimenghadap kedua sahabatnya dan sedikit mencondong. " Ini soal Zee ,"ucapnya lirih.

''Zee ?"Kathrin sedikit menaikan alisnya, penasaran .

"Tadi, gue nggak sengaja denger Fiony dan sahabat sahabatnya Zee lagi nyari Zee ,"ucap Ashel.

"Hah ?..maksud lo ,jadi selama seminggu ini Zee ilang ?" kaget Kathrin.

"Sstttts...,"Ashel berdesisi, agar Kathrin tidak bersuara terlalu keras. "Jangan keras keras, ntar pada tau lagi ,"ucapnya.

Ditengah kehebohan Ashel dan Kathrin yang membicarakan Zee, ternyata ada Marsha yang sibuk mengerjakan tugasnya. Ia seperti tidak tertarik dengan pembicaraan kali ini karena banyak tugas yang belum ia kerjakan.

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang