tujuh belas.......

3.5K 268 62
                                    

Seperti yang Marsha rencanakan, ia dan Zee akhirnya pergi ke dokter mata untuk memeriksakan keluhan yang Zee rasakan. Dan benar saja, Zee diharuskan memakai kacamata karena minust dan silinder yang dialami semakin meningkat. Zee awalnya menolak untuk memakai kacamata, ia  merasa cupu dan tidak keren. Namun, lagi lagi Marsha meyakinkanya jika ia tidak berubah sama sekali dan akhirnya Zee memakai kacamatanya.  Ya~ meski sesekali menggerutu seperti saat ini, ketika mereka dalam perjalanan menuju rumah kedua orang tua Marsha.

"ck...nggak enak banget ,"keluh Zee untuk kesekian kalinya, sembari membenarkan kecamatannya.

Marsha sedikit merubah posisi duduknya, hingga bisa menghadap Zee. "Nggak enak apa nggak pede ?" tanyanya.

"dua duanya Sha, "jawab Zee dengan nada sedikit kesal .

"Ya udah lepas aja, tapi kalau nggak bisa liat jalan bukan aku yang repot ,"ucap Marsha kembali pada posisi duduknya yang semula.
" Kalau Kak Zee jadi duda mah enak ada Fiony,  kalo aku yang menjanda menyedihkan sih pasti, mana masih muda gini ,"lanjutnya.

Zee melebarkan kedua matanya, menoleh pada Marsha.  "Ibu kalau ngomong kok nggak disaring ya ?..ya aku juga nggak mau lah ninggalin kamu, cantik gitu masa ditinggalin, "ucapnya dan kembali fokus dengan kemudiannya meski rasanya ingin sekali membuang kacamata yang ia kenakan saat ini.

Marsha terdiam, memalingkan wajahnya dan memilih melihat jalan dari kaca jendela mobil. Bukan karena ia marah, ia hanya salah tingkah dan tidak tahu harus bagaimana bersikap sebagai respon ucapan Zee beberapa detik lalu.

"Oh' Iya Sha...nanti Christy nyusul, dia mau ikut nginep katanya, "ucap Zee sedikit menoleh pada Marsha.

Marsha kembali menatap Zee. Lagi dan lagi, Zee tidak memberi tahunya diawal dan sedikit membuatnya bingung . Bukan tidak suka Christy ikut dengan mereka, hanya saja ia takut Christy tidak nyaman dirumah kedua orang tuanya nanti.

"Kok nggak bilang ?" tanya Marsha dengan sedikit menaikan alisnya.

Zee menoleh pada Marsha sejenak  . "Ya kamu nggak tanya Sha  ,"jawabnya.

Marsha menghela nafasnya dan mobil pun kembali sunyi.  Namun, tidak lama terdengar dering ponsel milik Zee dan terlihat nama Fiony sang penelpon di mini LCD dashboard tengah .

Zee sedikit melirik Marsha, ia ragu untuk menjawab panggilan itu. Akan tetapi, Marsha justru yang menggeser icon hijau yang membuatnya mau tidak mau menjawab panggilan telepon itu.

Obrolan Zee dan Fiony tentu saja terdengar oleh Marsha, bahkan suara Fiony juga terdengar khawatir ketika menanyakan hasil pemeriksaan mata Zee. Namun Marsha hanya diam, ia seperti tidak memiliki kuasa meminta Zee mengakhiri panggilan telepon itu.

"Eum .... Nanti aku telepon lagi ya, aku lagi dijalan ," ucap Zee sedikit melirik Marsha yang hanya diam terfokus pada jalanan yang mereka lewati.

"Hati hati ya , jangan ngebut . Kasih kabar kalau udah dirumah . See you and love you ,".

"eum...,"Zee hanya berdehem dan segera mematikan panggilan telepon itu. Lagi, Zee kembali menoleh pada Marsha namun sayangnya Marsha tidak memberi respon apapun. Hal itulah yang memunculkan keberanian Zee meraih tangan Marsha dan menggengamnya.

 Hal itulah yang memunculkan keberanian Zee meraih tangan Marsha dan menggengamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang