dua belass...

2.3K 145 2
                                    

Hari ini minggu dan hari masih pagi, akan tetapi siapa yang membuat keribuatan dilantai bawah hingga membuat seorang Zee terbangun dengan ekspresi kesalnya.

''Siapa sih pagi pagi udah ribut aja dibawah,'' Zee mengerutu kesal sembari beranjak dari tempat tidurnya.

Masih dengan mata yang mengangtuk dan rambut berantakan, Zee membuka pintu kamarnya. Namun, baru sedikit membuka pintu Zee dipaksa kembali masuk oleh si Mbok yang entah sejak kapan berada didepan pintu kamarnya.

''Kenapa mbok ?'' bingung Zee, menahan pintunya yang akan kembali ditutup oleh Si Mbok.

''Teman temanya Neng Marsha belum pada pulang ,''jawab Si Mbok dan memakasa menutup pintu kamar Zee, agar Zee tidak keluar sebelum teman teman Marsha pulang.

Zee pun hanya bisa pasrah dan kembali keatas tempat tidurnya. Karena berfikir akan bosan berada dikamar selama menunggu teman teman Marsha pulang, Zee pun memilih untuk sibuk dengan ponselnya, membaca beberapa chat yang semalam belum sempat ia baca, termasuk dari Papa Marsha.

Membaca Chat dari Papa Marsha, membuat Zee mengerang dan mengacak kasar rambutnya hingga membuat rambutnya semakin terlihat mengembang seperti singa.

Sementara di kamar Marsha, keramaian masih terjadi . Para gadis gadis remaja itu seperti tidak merasa lelah, pasalnya mereka baru tidur ketika jam sudah menunjukan pukul 03.45 pagi dan mereka bangun ketika jam masih menunjukan pukul 05.30. Akan tetapi di antara keramaian para gadis itu ada Marsha yang was was Zee akan mendobrak kamarnya dan mengusir teman temanya.

''Sha ,lo kenapa sih kaya nggak tenang gitu ?'' tanya Katrin yang menyadari Marsha beberapa kali menoleh kearah pintu.

Marsha yang sedikit terkaget, menoleh pada Katrin. ''Eh..kenapa Kath ?'' tanyanya.

''Lo kenapa ? ..dari tadi nggak jelas liatin pintu mulu ,'' jawab Katrin.

''Guys, bentar ya..,''Marsha beranjak dari duduknya dan keluar meninggalkan kamar serta sahabat sahabatnya.

Marsha yang sudah berada diluar kamar, segera mencari keberadaan Si mbok setelah menutup pintu kamarnya dengan rapat. Ia sungguh was was, takut Zee tiba tiba akan muncul dengan baju alankadarnya seperti biasanya setiap minggu pagi. Atau Zee tiba tiba muncul bertepatan dengan sahabat sahabatnya yang keluar dari kamar.

Melihat si mbok yang sibuk didapur, Marsha segera menghampiri dan bertanya pada si Mbok tentang Zee.

''Mbok, Kak Zee belum turunkan ?'' tanya Marsha dengan nada berbisiknya.

Si mbok menoleh pada Marsha yang sedikit membuat beliau kaget. ''Tadi hampir turun neng ,''jawab beliau.

Marsha berdecak, kemudian menatap kearah meja makan. Ia benar benar tidak tenang dengan keadaan rumah pagi ini, ia ingin segera menyuruh sahabat sahabatnya pulang, akan tetapi masih terlalu pagi dan ia takut akan menimbulkan banyak pertanyaan yang sulit ia jawab.

''Sudah, Neng Marsha tenang aja. Biar si mbok yang urus, ''ucap Si Mbok.

Marsha pun hanya menurut dan kembali ke kamarnya. Ia berusaha untuk tetap bersikap biasa saja, meski ketika sarapan harus mendapat pertanyaan diluar dugaan tentang sepupunya yang tinggal bersamanya. Hingga hari menjelang siang, sahabat sahabatnya itu pamit pulang dengan ekspresi sendunya karena ia tidak bisa ikut mereka untuk menonton. Ia memang sengaja untuk tidak ikut, karena ia harus menyelesaikan masalah hari ini dengan Zee.

''Bye Sha...,''gadis gadis itu melambaikan tangan mereka pada Marsha ketika mobil online yang mereka sewa mulai melaju meninggalkan kediaman Marsha.

Marsha membalas lambaian tangan sahabat sahabatnya itu dengan senyum tipisnya, hingga mobil online itu semakin jauh dari hadapanya. ''Huft..,''helaan nafas lega akhirnya lolos.

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang