satu....

11.7K 350 17
                                    

Saling tatap dan saling memberi kode, itu yang dilakukan Shani Kawindra dan sang adik Chika Kawindra.  Keduanya sama sama bersiap untuk mengeluarkan kata kata mereka, setelah sang Kakek kembali menyinggung tentang pernikahan mereka.

Berbeda dengan kedua adik mereka, Zee dan Christy yang sibuk dengan ponsel mereka. Seolah tidak perduli dengan nasib Shani dan Chika.

"khem... ,"suara dari Kakek membuat empat bersaudara itu menegapkan duduk mereka. Bahkan Zee dan Christy dengan sigap meletakan ponsel masing masing diatas meja.

"Jadi gimana, Shani dan Chika. Siapa diantara kalian yang akan menikah terlebih dulu ?"tanya sang Kakek.

Shani dan Chika saling melirik, kemudian sama sama mengangkat tangan mereka.

"Barengan ?"tanya Zee, heran.

Sang Kakek menatap Shani dan Chika bergantian. " oke ..Kakek setuju kalau begitu ,"ucap beliau.

"Ta-pi Kek, kita nggak mau nikah sama laki laki ," ucap Chika dengan sedikit rasa takutnya.

"Maksud-nya?"bingung sang Kakek.

"Kita berdua  su-dah punya calon yang sam-a,"ucap Shani,sedikit mengigit bibir bawahnya.

Sang Kakek masih menunjukan kebingunganya dan Shani pun akhirnya memberanikan diri menjelaskan sejelas jelasnya apa yang selama ini ia dan Chika tutupi.

Seorang wanita mencintai dan ingin menikah dengan seorang wanita adalah hal yang salah. Namun, Shani dan Chika tidak bisa melawan itu. Bertahun tahun berjuang untuk menepis rasa itu, akan tetapi tetap saja mereka yang terlalu lemah akhirnya kalah juga. Mereka tidak bisa lagi berpaling dengan pasangan mereka, entah berpaling ke wanita lain ataupun laki laki .

Penjelasan Shani membuat shock  sang Kakek dan kedua adiknya, Zee dan Christy.

"akhhh...,"sang Kakek tiba tiba meremas dadanya, merasakan nyeri yang luar biasa.

Zee sebagai laki laki diruang itu segera beranjak, membantu sang Kakek. "Kek..Kakek kenapa Kek ?" paniknya.  "Christy telepon ambulance buruan ..kenapa kamu diem aja ,"bentaknya.

Sementara Shani dan Chika, mereka bingung harus melakukan apa setelah mendapat tatapan tajam dari Zee. Bahkan status mereka yang sebagai dokter pun seolah tidak bisa mereka gunakan untuk memberi pertolongan pertama pada sang Kakek.

****

Menunggu dengan gelisah didepan pintu IGD.

Zee sudah berkali kali terlihat mondar mandiri disana. Ia begitu khawatir dengan keadaan sang Kakek, terlebih ia dan ketiga saudaranya hanya memiliki sang Kakek setelah kepergian kedua orang tua mereka beberapa tahun lalu.

Tap...tap...tap... suara ketukan langkah Zee sejak tadi memecah keheningan didepan pintu IGD .

"Kak, bisa duduk nggak ?" Christy yang juga khawatir menegur Zee, agar kakak nomor tiganya itu duduk dan menunggu dengan tenang.

Zee mengusap kasar wajahnya, kemudian menatap kedua kakaknya. Masih dengan tatapan tajam yang ia miliki. "Aku nggak tau apa yang akan aku lakuin  ke kalian klao Kakek kenapa kenapa,"ucapnya.

Shani dan Chika  mereka tidak bisa bersuara dan tentu saja mereka merasa bersalah, meski disatu sisi mereka lega bisa mengungkapkan apa yang selama ini mereka rahasiakan.

Christy, ia menarik tangan Zee dan memaksa duduk disampingnya. Sedikit berjarak dengan kedua kakak tertua mereka. " Diem nggak ..!!, "ucapnya dengan nada tegas.

Detik waktu yang terus berputar  membuat Zee dan ketiga saudaranya semakin khawatir dengan keadaan sang Kakek. Pasalnya sudah hampir tiga puluh menit sang Kakek mendapat penanganan, akan tetapi belum ada satu suster atau Dokter yang keluar menemui mereka.

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang