Part 7

587 106 33
                                    

Semakin hari semakin sering Thana mengalami gangguan kehamilan, bahkan ia bisa merasa pusing berlebihan, mual berlebihan, matanya berkabur, kakinya yang semakin membengkak, begitu juga lengannya, dan beberapa bagian tubuh lain hingga membuat Thana harus membeli pakaian baru yang lebih besar agar bisa ia gunakan.

Akhir-akhir ini Thana memang mengalami stress saat ia mendapatkan pesan dari universitas bahwa ia harus menyelesaikan skripsinya atau ia harus mengulang lagi dan menunggu sampai tahun depan, Thana tak masalah soal itu tapi ia pikir jika ia menyelesaikan skripsinya segera, sidang segera kemungkinan dia untuk wisuda dan tamat dengan cepat lebih baik, karna dengan begitu ia bisa mendapatkan pekerjaan yang layak hingga tak perlu melakukan usaha kuenya yang membuatnya lelah dengan keuntungan yang tidak seberapa belum lagi ia harus berhadapan dengan pelanggan-pelanggan reseh.

Maka dari itu Thana sudah sering bolak-balik ke universitas untuk bimbingan, jangan tanya tentang mata dan mulut orang-orang yang melihatnya dalam keadaan hamil setelah hilang tanpa kabar selama hampir 5 bulan. Tapi tentu Thana hanya perlu menutup telinganya sendiri karna ia hanya memiliki 2 tangan, ia enggan mendengar perkataan, pertanyaan, pernyataan, sindiran orang luar terhadapnya, tapi telinganya masih bisa berfungsi dengan baik, tentu saja ia bisa mendengar dengan jelas apa yang orang-orang ucapkan untuknya, memang tak seorang pun mendatanginya untuk bertanya. Untuk pertama kalinya Thana tidak bersyukur dilahirkan dalam keadaan sempurna, ia tiba-tiba ingin tuli saja hingga ia tidak bisa mendengarkan apapun yang dikatakan orang lain untuknya dan sang bayi.

"Thana udah nikah?"
"Thana hamil anak siapa woi?"
"Thana hilang karna lagi hamil?"
"Astaga cewe itu nggak punya rasa malu yah."
"Kira-kira suaminya Thana siapa yah?"
"Jelek pasti suami Thana makanya nggak pernah dipublish."
"Pantes hilang ternyata lagi nutupin aib."
"Yaelah Thana bukannya anak alim yah? Bisa nakal juga, tau gitu aku pake duluan."
"Suaminya om-om kali yah."
"Udah gede bukannya pakek pengaman."
"Astaga malu banget punya anak macem Thana, hamil luar nikah."
"Kasian banget anak Thana mesti lahir diluar nikah."
"Anak haram dong tuh yah."
"Semoga aja entar anaknya lahir nggak kek kelakuan emaknya, bejad."
"Atau jangan-jangan Thana simpanan orang."
"Kasian banget anaknya kalo beneran simpanan orang, udah anak haram, nggak dianggap lagi."

Oh Tuhan, tidakkah mereka bisa berbicara sesuatu yang baik dari mulut utuh mereka itu, tidakkah mereka menggunakan otak mereka saat berbicara, tidakkah mereka mengerti jika perkataan mereka seperti pisau yang melukai hati, perasaan, otak dan mental seseorang? Tidakkah mereka sadar? Thana melakukan kesalahan? Iya benar, ia melakukan kesalahan tapi ia juga bertanggungjawab atas kesalahannya, tidakkah mereka sadari itu. Jika mereka berada diposisi Thana apakah mereka juga bisa bertanggungjawab sepertinya? Bisakah? Sanggupkah? Maukah?

Thana menguatkan hatinya, menyumbat telinganya, menebalkan wajahnya berjalan terus menuju ruangan sang dosen pembimbing, ia harus ingat tujuannya datang ke universitas adalah untuk menyelesaikan skripsinya dengan cepat agar bisa wisuda dan mendapatkan pekerjaan yang layak, jadi perkataan orang lain tidak akan menghentikannya.

Thana melakukan bimbingan selama hampir 2 jam, dan begitu selesai Thana langsung pulang mengerjakan cake pesanan orang, dengan langkah buru-buru ia segera pulang menggunakan motor matic-nya.

Thana bersyukur ia bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu dan bisa mengantarkan pesanannya dengan selamat, bahkan sang customer sempat memberikan beberapa lembar uang 10ribuan untuk tips, sungguh Thana bahagia, hanya hal simple seperti itu bisa membuat Thana merasa lebih baik, belum lagi saat sang customer memuji cake buatan Thana yang enak juga kerja keras Thana disaat ia sedang hamil.

Tapi kebahagiaan Thana tidak berlangsung lama karna yang selanjutnya terjadi motor matic Thana mogok, ditengah jalan yang gelap dan sepi, Thana memang sengaja lewat sana karna ia merasa lebih cepat, dan Thana menyesalinya karna jalanan sepi berarti kemungkinan ada orang yang membantunya pun sangat minim, mau tak mau Thana mendorong motor matic-nya menuju jalanan yang lebih ramai.

Never be mine - Vrene Lokal (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang