Thana pulang dalam keadaan basah saat memasuki rumahnya pun ia buru-buru karna sudah kedinginan tapi juga berusaha untuk hati-hati, ia tak ingin jatuh atau apapun yang bisa membahayakan kandungannya. Thana cepat-cepat masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian dengan pakaian kering dan hangat.
Bibirnya bergemelatuk karna kedinginan, dulu sebelum hamil ia sangat tahan dengan dingin tapi sejak hamil ia berubah, bahkan hanya terkena angin saja ia bisa kedinginan sampai masuk angin, apalagi sekarang, yang sudah terkena hujan dan angin malam, untuk itu Thana cepat-cepat kedapur untuk membuatkan dirinya sendiri air hangat.
Sambil menunggu air panasnya masak Thana memikirkan mengenai kejadian tadi, matanya memandang kearah ponselnya yang menampilkan nomor tak tersimpan dalam kontaknya, nomor yang dihubungi Jenneta tadi. Jika benar itu nomor Reynold berarti pria itu tidak memblokirnya tapi memang mengganti nomornya, Thana jadi merasa bersalah karna sudah menuduh pria itu, tapi, tapi, tapikan jika merubah nomor pun seharusnya ia diberitahu, bukankah begitu? Thana menarik kembali rasa bersalahnya pada pria itu.
Thana memutar bolamatanya heran, sungguh selama ia menjadi istri Reynold, jarang sekali pikirannya tertuju pada suaminya itu, tapi jika sedang tertuju maka pria itu akan tiba-tiba hadir dihadapannya, seperti sekarang ini, Thana baru memikirkannya dan Reynold sudah memasuki rumah yang sudah tak didatangi pria itu entah berapa lama. Thana mulai berpikir mungkin Reynold bukanlah manusia.
Thana diam saja memandang Reynold yang berjalan menghampirinya dengan langkah tegas dan wajah dinginnya.
"Apa yang kau bicarakan pada Jenneta?" Tanya Reynold to the point begitu ia sudah berdiri dihadapan Thana yang sedang menghembus uap panas dari cangkirnya.
"Tidak ada." Sahut Thana tenang, yah karna memang tidak ada yang mereka bicarakan.
"Lalu kenapa kau ada disana bersama Jenneta? Kau sengaja mengikutinya?"
Thana memandang pria tinggi dihadapannya dengan tatapan dinginnya, sungguh ia tak habis pikir dengan pria ini, bisa-bisanya yang ada dalam pikirannya hanya Jenneta, Jenneta, dan Jenneta. Thana tak berharap untuk di utamakan tapi bisakah untuk tidak memulai percakapan yang hanya tertuju pada Jenneta? Tak sadarkah suaminya ini jika semua yang dilakukan pria ini menyakitinya?
"Untuk apa pula aku mengikutinya? Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu? Aku sedang dibengkel, dan tiba-tiba wanita itu muncul, bukankah lebih tepat jika ia yang mengikutiku?"
"Karna pembicaraan kita terakhir adalah mengenai kau yang bisa saja memberitahu Jenneta mengenai pernikahan kita, kau berniat menghancurkan pernikahanku dengan Jenneta."
"Kau pikir aku mau melakukannya? Dengar yah Rey, aku bukan wanita yang suka menghancurkan milik orang lain, kau, kau yang suka menghancurkan milik orang lain, aku contohnya, hidupku, masa depanku, reputasiky, hancur karna ulahmu, dan lagi untuk apa aku capek-capek memberitahu wanitamu itu tentang pernikahan ini? Untuk menghancurkan pernikahan kalian? Aku sedang sibuk menata kehidupanku, menata setiap serpihan yang kau hancurkan, waktuku tak mungkin ku sia-siakan hanya untuk hal bodoh seperti itu." Thana tak tahan lagi, ia mengeluarkan keluh-kesahnya, ia sudah lelah selalu menjadi tertuduh dimata Reynold.
"Dan lagi kau bertanya padaku kenapa aku bisa berada disana? Motorku mogok setelah aku mengantar pesanan pelangganku, dan terpaksa aku mendorong motor matic-ku sampai ke bengkel agar bisa diperbaiki karna suamiku sedang sibuk memanjakan tunangannya dan membiarkan istrinya yang sedang hamil darah dagingnya berjuang sendirian, kau tau itu?" Thana kembali berujar sebelum Reynold sempat merespon.
Setelah mengatakan semuanya Thana berjalan masuk meninggalkan Reynold yang terdiam mematung setelah mendengarkan perkataan Thana. Mata Thana berair serasa ingin menangis, tubuh yang tadinya dingin sudah memanas karna amarah dan emosi, rasanya ia ingin meledak tapi secepat mungkin Thana menenangkan dirinya sendiri.
Baru saja merasa sedikit tenang kamar Thana langsung digedor secara paksa dari luar, mau tak mau Thana pun membukakan pintunya dan terlihat Reynold yang berdiri dihadapannya.
"Kau berani-beraninya meninggalkanku disaat aku masih berbicara padamu." Reynold menekankan kalimatnya dan memandang Thana dengan tajam.
"Apalagi yang ingin kau bicarakan? Jika ini mengenai Jenneta yang ada disana, aku tak tau." Thana sudah malas.
"Kau pasti mengatakan sesuatu padanya, ia berbeda sejak ia bertemu denganmu. Katakan apa yang kau bicarakan padanya? Kau mengancamnya?" Reynold semakin mendeketi Thana, mengikis jarak keduanya hingga tanpa sadar perut buncit Thana menyentuh tubuhnya, ia merasakan sensasi yang berbeda untuk itu ia enggan menjauh meskipun Thana mendorongnya.
"Tidak ada, tidak ada pembicaraan apapun diantara kami, menjauhlah." Thana menciba mendorong Reynold karna mereka terlalu dekat, ayolah Thana sudah memasuki minggu ke 27 kehamilannya, sudah cukup buncit dan sering merasa gerah jika berdekatan dengan siapa saja.
"Tidak mungkin ia berubah tiba-tiba, katakan yang sejujurnya atau aku akan membuatmu menyesal Thana." Reynold kembali mengancam istrinya yang tidak ia anggap itu.
"Aku sudah mengatakan tak ada, kenapa juga bukan Jenneta yang kau tanya? Menjauh Reynold, kau terlalu dekat dan aku gerah."
Dug
Baik Thana maupun Reynold merasa kaget dengan tendangan dari perut Thana. Tangan Thana langsung mengelus pelan perutnya karna ini pertama kalinya sang bayi menendang lumayan keras biasanya hanya tendangan kecil atau pergerakan kecil yang ia rasakan, sedangkan Reynold terdiam, ada perasaan aneh yang tumbuh dihatinya, perasaan yang tenang juga sedikit bahagia juga rasa penasaran, ia ingin merasakan tendangan lagi tapi ia terlalu gengsi untuk melakukannya.
"Kau suka yah papa ada disini." Ujar Thana pelan tanpa sadar, Reynold memandang kaget Thana, ia merasa disiram air dingin mendengar perkataan Thana yang menyebutnya papa, Reynold seakan lupa jika ia memang seorang calon ayah dari bayi yang Thana kandung.
"Kau mau menyentuhnya lagi? Sepertinya ia ingin kau mengelusnya." Thana menurunkan ego dan harga dirinya demi sang bayi, yah tiba-tiba ia merasa ingin disentuh perutnya oleh Reynold, semua kemarahan, rasa sakit hatinya hilang begitu saja, apalagi melihat tangan Reynold yang terangkat hendak menyentuh perutnya tapi berhenti diudara.
"Ha?" Reynold seakan bodoh, tapi dia benar-benar bodoh bukan?
Thana tak mengatakan apapun tapi langsung membawa tangan Reynold menyentuh perut buncitnya, begitu tangan besar Reynold berada diatad perutnya sang bayi didalam sana seperti sedang melakukan selebrasi karna baik Thana maupun Reynold bisa merasakan pergerakan aktif dari dalam sana.
"Ia bergerak." Bisik Reynold tak percaya, matanya terbuka lebar juga hatinya menghangat merasakan pergerakan diperut Thana.
"Hmm, ini pertama kalinya ia bergerak sangat aktif biasa jika aku yang menyentuhnya ia hanya bergerak pelan." Thana juga tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
Mereka berada dalam posisi itu selama beberapa menit sampai akhirnya Reynold tersadar dan langsung menarik tangannya dari perut Thana.
Thana merasa ada yang hilang saat Reynold mengangkat tangannya dari atas perutnya, ia merasa kosong, ia ingin membawa tangan Reynold untuk mengelus perutnya lagi tapi ia urungkan saat melihat wajah Reynold yang megeras, seolah ini hal yang salah.
Dan tanpa mengatakan apapun pria itu pergi meninggalkan Thana sendirian, lagi, untuk kesekian kalinya.
TBC
Hehehe, besok lagi yah.
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be mine - Vrene Lokal (END)
أدب الهواةI saw happiness in your eyes but it's not for me or because of me and never be me, never. Not even in the past, now or in the future, it never will cause you aren't mine, and I lost something that I never had.