Tak terasa kehamilan Thana sudah menginjak minggu ke 20 dan selama itu juga pria yang menjadi suaminya itu tidak terlihat sama sekali, tidak memberi kabar, tidak pulang kerumah, tidak ada, tidak juga keluarganya atau keluarga Reynold, ia benar-benar hanya sendirian.
Apakah Thana merasa kesepian? Tentu saja. Menyedihkan? apalagi itu, ia sangat merasa begitu menyedihkan sampai rasanya ia ingin menangis setiap kali merasakan pusing, mual, badan lemas karna kehamilannya, tapi tidak, Thana berusaha untuk tidak menangis, ia terlalu mementingkan tekanan darahnya sehingga memutuskan untuk menahan semuanya agar kandungannya baik-baik saja.
Thana yang sudah tidak bekerja belajar untuk membuat cake dan bolu untuk dijual, untungnya ia bisa, meskipun harus terus-menerus bereksperimen dengan adonan tapi akhirnya ia bisa menemukan kompisisi yang pas. Thana harus mencari sumber rezeki entah darimana saja itu, tapi ia sudah keluar karna tidak memungkinkan untuk bekerja disaat ia sedang hamil, apalagi kehamilannya ini sungguh mempersulit hidupnya, ia tau diri sehingga memutuskan untuk resign. Maka dari itu Thana mencoba peruntungan lain dalam baking-per-baking-an, dan beruntung ia bisa menjual beberapa cake dan bolu.
Thana harus membeli semua bahan baku, lalu membuat adonannya, mencetak dan memanggangnya, menghias sebelum akhirnya mengantarnya sendiri kepada pelanggan menggunakan motor matic-nya, tak peduli seberapa panas jalanan, seberapa padat jalanan, seberapa jauh yang harus diantar Thana selalu berusaha untuk melakukannya sendiri, bukan karna ia segan meminta bantuan tapi karna tidak ada seorang pun yang bisa ia mintai bantuan, Thana harus berjuang sendirian untuk hidupnya dan sang buah hati, maka untuk itu Thana mau dan sanggup melakukan semuanya sendiri.
Thana sedang berbelanja bahan baku kue yang akan ia buat saat tiba-tiba tangannya ditahan oleh tangan mungil orang lain.
"Thana." Ucap wanita itu memastikan.
"Felicia." Cicit Thana setelah mengetahui siapa yang menahannya.
"Astaga Thana! Kau kemana saja? Aku mencarimu kemana-mana, bahkan orangtuamu juga enggan memberitahu padaku. Oh Tuhan, kau hamil?" Felicia memandang perut Thana yang sudah membuncit dan sangat terlihat bahwa wanita cantik itu sedang hamil.
Thana menggigit bibirnya pelan, merasa bersalah dan seolah sedang tertangkap basah melakukan sesuatu yang illegal.
"Oh Tuhan kau berhutang banyak cerita padaku. Aku butuh penjelasan."
Dan disinilah Thana dan Felicia, didalam sebuah cafe yang tidak terlalu ramai, duduk berdua berhadapan dengan Felicia yang menatap tajam Thana.
"Kau menikah dan tidak memberitahuku?" Felicia memulai pembicaraan mereka.
"Terpaksa. Maafkan aku Fel tapi aku mohon kau merahasiakan soal ini."
"Aku bahkan tak tau bahwa kau memiliki kekasih dan kau tiba-tiba sudah menikah, sekarang hamil, dan kau menghilang tanpa kabar, lalu kau menyuruhku untuk merahasiakan soal ini?"
"Ceritanya panjang Fel."
"Aku bisa dan butuh banyak waktu untuk itu, jadi ceritakan."
Thana menghela napas panjang, ia tau ia tak mungkin bisa mengelak lagi dari Felicia, "Aku menjalin hubungan dengan seorang pria selama 6 bulan dan kami melakukan sesuatu yang kelewatan hingga aku hamil, jadi kami terpaksa menikah dan sekarang aku menjadi istri sah orang. Begitulah."
"Kapan kau memiliki kekasih? Kenapa kau tak memberitahuku? Dan siapa suamimu?"
"Ehm, entahlah, aku tidak kepikiran untuk menceritakannya pada siapapun."
"Bahkan tidak padaku?"
"Maafkan aku."
"Hentikan, lalu siapa suamimu?"
"Reynold. Atalaric."
Felicia menatap Thana dengan tatapan tak percaya, "Maksudmu Reynold Atalaric, tunangan Jenneta Jane? Kau serius?"
Thana menganggukkan kepala sebagai respon atas pertanyaan Felicia.
"Kau serius Thana? Pria itu tunangan orang lain, bagaimana mungkin ia menjadi suamimu? Ia bahkan hendak melakukan pernikahannya tahun depan." Felicia memastikan bahwa Thana tidak salah orang dan tidak mengarang cerita.
"Aku serius Fel, pria itu suamiku, kami beerhubungan saat ia masih menjadi tunangan Jenneta dan aku sama sekali tidak tau akan hal itu, aku baru mengetahuinya saat aku mendatangi orangtuanya."
"Oh Tuhan Thana! Bagaimana mungkin kau tidak mengetahui perihal pria itu, kau tau seberapa terkenalnya dia."
"Kau sendiri tau seberapa aku tak mengikuti perihal yang seperti itu, jika aku tau pun tak mungkin aku mau berhubungan dengan pria milik wanita lain."
"Lalu kau akan membiarkan suamimu itu menikah dengan wanita lain?"
"Lalu kau pikir jika aku tak mengijinkannya ia akan mendengarkanku? ia hanya menikahiku karna aku hamil, itupun terpaksa, hubungan kami dimulai karna ia merasa bosan dengan tunangannya, ia tak pernah mencintaiku."
"Astaga Thana! Dan kau menyembunyikannya dariku, jika saja kau mengatakannya kau pasti tidak berada dalam posisi seperti ini."
Thana tidak terima ddengan perkataan Felicia, ia tau ia salah sudah hamil diluar nikah, tidak memberitahu Felicia mengenai semua ini, tapi memberitahu Felicia pun tidak mengubah apapun sekarang dan Thana tak butuh untuk disalahkan oleh orang lain disaat ia sendiri sudah menyalahkan dirinya sendiri, ayolah siapa yang ingin disalahkan sih? Tak ada, tak seorang pun yang ingin disalahkan, bahkan ketika kita melakukan sesuatu yang salah pun, kita ingin dibenarkan, dibela, bukankah begitu?
"Stop nyalahin aku Fel, toh semua sudah terjadi dan tak ada untungnya menyalahkan masalalu." Thana berusaha bijak disini.
"Yah, tapi kau tidak akan mengalami hal seperti ini kalau saja kau menceritakannya padaku." Felicia tidak mau mengalah dan masih menyalahkan Thana.
"Kau pikir setelah apa yang kau lakukan padaku kau masih berpikir aku akan menceritakan perihal hubungan asmaraku padamu? Kau sendiri tau Chelsea mengambil Rafael dariku, aku menceritakannya padamu, semuanya. Lalu saat aku menyukai kakak kelas kita, Edward, aku menceritakan segala sesuatu yang aku rasakan padamu, hanya padamu, kau menyuruhku melakukan segala hal yang membuat Edward tertarik disaat kau sedang menjalin hubungan dengan Edward, dibelakangku. Kau menyuruhku melakukan hal yang Edward sukai padahal Edward benar-benar membenci itu, kau membuatku dibenci Edward. Kau tau seberapa aku mempercayaimu untuk semua hal tapi kau malah menusukku? Kau menjalin hubungan dengan pria yang aku sukai, dan tak memberitahuku. Sekarang kau menyalahkanku saat aku tak memberitahu kisah cintaku padamu? Kau membuatku tertutup Fel, tidakkah kau mengerti? Chelsea dan kau adalah alasan kenapa aku selalu tertutup atas hubungan asmaraku karna kalian mengambil semua yang aku sukai, aku inginkan." Thana meledak, matanya memerah, wajah dan lehernya memerah, detak jantungnya tak karuan.
Felicia memandang Thana dengan tatapan bersalah, ia hendak menyentuh tangan Thana yang diatas meja namun Thana menghindar.
"Bisakah kau berhenti menyalahkan aku atas segala sesuatu hal yang sudah terjadi di masalalu, karna dengan atau tanpa peerkataanmu yang menyalahkanku pun aku sudah merasa bersalah pada diriku sendiri. Aku tak sedang dalam perasaan yang baik, jadi mari kita bertemu saat aku sudah merasa lebih baik, aku tak mau perkataanku nanti malah menyakitimu, aku permisi." Thana bangkit dan pergi begitu saja meninggalkan Felicia yang terdiam ddengan rasa bersalah dihatinya.
Thana mengendarai motornya dengan pelan, sesakit apapun hatinya, sekacau apapun isi kepalanya, sekencang apapun jantungnya memompa tak membuat Thana berugal-ugalan dalam berkendara, ia tak ingin mati konyol hanya karna mengendarai motor dengan perasaan tak bagus, apalagi ia sedang hamil, bahkan jika ia tidak hamil pun ia tak mungkin mau berkendara ugal-ugalan.
TBC
Belom ada moments sama Reynold nih.
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be mine - Vrene Lokal (END)
FanfikceI saw happiness in your eyes but it's not for me or because of me and never be me, never. Not even in the past, now or in the future, it never will cause you aren't mine, and I lost something that I never had.