Sudah sejak 3 hari Thana berada dirumah sakit dan selama itu juga Reynold menemaninya, bahkan pria itu pulang sama sekali, benar-benar menemani Thana bahkan sampai membuatnya merasa kepala Reynold terbentur sesuatu, apalagi ketika pria itu tiba-tiba berubah baik padanya.
Seperti saat ini, sesang makan siang dan Reynold dengan mudahnya memesankan makanan paling bergizi untuknya, bukan hanya itu tapi ia juga menyuapi Thana makan.
"Apa terjadi sesuatu padaku? Apa dokter Elora mengatakan aku akan mati?" Tanya Thana dengan mulut yang penuh akan makanan sementara Reynold duduk diatas ranjangnya sambil menyuapinya.
"Apa maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu? Tidak ada yang akan meninggal." Reynold berkata dengan tegas, pria itu tak suka dengan pemikiran Thana soal meninggal.
"Kau tiba-tiba baik padaku, kau membuat semua hal terasa aneh sampai aku berpikir aku akan segera mati."
Reynold memandang Thana dengan tatapan tak terbaca, tapi sepertinya Thana salah mengambil kesimpulan atas tatapan Reynold, ia mengira pria itu memandangnya tak suka dan membencinya, sepertinya ia sudah salah bicara, untuk itu Thana menipiskan bibirnya dan menundukkan kepala menghindari tatapan Reynold.
Padahal yang sebenarnya dipikirkan Reynold adalah rasa bersalahnya pada Thana hingga membuat Thana bisa berpikiran seperti itu, perubahan yang terjadi padanya, yang tiba-tiba menjadi baik dan mau merawat Thana adalah untuk menebus rasa bersalahnya, lagipula ia suka menemani Thana karna ia bisa melihat pergerakan yang dilakukan bayi mereka didalam perut Thana, juga mendengarkan detak jantung bayinya saat dokter Elora melakukan pemeriksaan, sesuatu yang asing bagi Reynold tapi ia menyukainya.
"Kakak sepupumu masih disini? Aku heran, kemana suamimu disaat seperti ini kenapa pula kakak sepupumu yang terus berada disampingmu?" Dokter Elora bertanya to the point saat memasuki ruangan VIP milik Thana, ia sengaja melakukannya sampai Reynold mengaku bahwa ia adalah suami Thana.
Tapi sepertinya Reynold masih enggan mengaku terbukti dari bibirnya yang tertutup rapat tapi siapapun bisa melihat dengan jelas bagaimana eratnya pria itu memegang sendok yang berarti ia sedang kesal dan menahan diri.
"Bagaimana keadaanku hari ini dok?" Thana mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ehm, sudah lebih baik dan jika sampai malam ini semuanya baik-baik saja besok pagi kau sudah boleh pulang." Ujar Dokter Elora sembari menyentuh perut buncit Thana dengan penuh kasih.
"Benarkah dok?"
"Ehem, jadi tetap jaga tensimu agar tetap stabil okay. Jadi apa yang kau rasakan hari ini? Apa baby ingin sesuatu?"
"Ehm, aku sudah merasa sehat dok, sangat sehat malah. Emm, tidak ada dok, sepertinya sang baby mengerti keadaan mamanya, dia pengertian." Ujar Thana ikutan mengelus perutnya.
"Baguslah tapi jika kau ingin sesuatu katakan saja yah, baiklah jika begitu aku kembali dulu."
"Terima kasih dok."
"Sama-sama Thana."
Lalu kamar Thana pun kembali hening, sampai suara ponsel Thana berdering, ada pesan masuk, dengan perlahan Thana mengambil ponselnya dan membuka pesan yang dikirimkan oleh dosen pembimbingnya.
Thana menghela napas panjang, dosen pembimbingnya akan keluar kota selama 2 minggu yang berarti Thana sudah tak bisa melanjutkan skripsinya dan harus mengulang 1 semester lagi, Thana sudah diberikan waktu 3 hari untuk memperbaiki skripsinya tapi karna ia sedang berada dirumah sakit maka tidak bisa, juga ia sudah tak ingin melanjutkan skripsinya lagi, perkara skripsi malah berakhir membahayakan kandungannya, tapi tetap saja pemberitahuan dari sang dosen pembimbing tetap membuat Thana merasa sedih, tak berdaya lebih tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be mine - Vrene Lokal (END)
FanfictionI saw happiness in your eyes but it's not for me or because of me and never be me, never. Not even in the past, now or in the future, it never will cause you aren't mine, and I lost something that I never had.