Thana terbangun saat mendengar suara ribut dibawah, ia menajamkan indra pendengarannya dan ia bisa mendengar dengan jelas bahwa ada seseorang yang tengah marah-marah dibawah sana, ia merasa heran, siapa yang sedang marah, tidak,tidak, tidak, maksudnya siapa yang sedang berada dibawah? Thana ingat perkataan Reynold kemarin yang ingin memakai jasa maids untuk rumah ini, apakah mereka sudah datang?
Reynold tidak memberitahu kapan mereka akan tiba karna kemarin begitu ia selesai menjemur pakaian pria itu pergi karna ada urusan perusahaan yang harus ia selesaikan ditempat.
Thana hendak bangkit dari kasurnya namun ia belum siap, ia butuh beberapa menit untuk bisa bangkit karna kehamilannya yang cukup mempersulit dirinya.
Detik berikutnya Thana tersentak saat pintu kamarnya dibuka secara kasar.
"Bagus, hebat sekali, kau meminta Reynold untuk memperkerjakan maids agar kau bisa tidur dengan santai." Suara ibu mertuanya, Shirleen memenuhi kamar Thana.
Thana melihat Shirleen yang menatapnya dengan berapi-api, tatapan menusuk dan siap mengulitinya hidup-hidup, dengan perlahan Thana bangkit dari kasurnya menyibak selimutnya dengan perlahan.
"Ma." Panggil Thana pelan, enggan merespon kemarahan sang mertua tadi.
"Kau, kau, kau wanita sialan, bisa-bisanya kau membuat Reynold tak pulang dan memintanya untuk memperkerjakan pelayan dirumahmu? Dan setelah kau mendapatkan pelayan kau bisa dengan mudah tidur-tiduran? Kau pikir kau nyonya?" Suara Shirleen menggelegar membuktikan bahwa nyonya besar itu sedang marah tingkat dewa.
"Maaf ma, tapi bukan aku yang menyuruh Reynold mendatangkan maids." Ujar Thana pelan tak mau terbawa emosi.
"Lalu kau pikir Reynold dengan baik mau memperkerjakan maids untuk membantumu? Jangan beromongkosong wanita jalang, kau sudah mendapatkan pertanggungjawaban dari Reynold jadi jangan besar kepala."
Thana hanya diam tak mau membalas karna pada akhirnya toh tak peduli seberapa banyak ia mengatakan apapun tidak akan didengarkan oleh sang mertua.
"Entah apa yang dilihat Reynold darimu, kaya tidak, penampilanmu juga pas-pasan, tak berprestasi, huh Jenneta bahkan jauh lebih baik daripadamu."
"Alu tak mau tau, tak ada seorang maids pun yang akan kuijinkan untuk bekerja disini, membantumu? Yang benar saja, wanita perusak hubungan sepertimu tidak pantas untuk dibantu, kau hanya mempersulit semuanya, bukankah sudah kuanjurkan untuk aborsi? Kenapa kau suka sekali mempersulit semuanya? Ya Tuhan entah apa kesalahan yang dibuat Reynold sehingga harus terjebak dengan wanita sialan sepertimu. Aku harap anakmu mati saja agar kalian tak perlu berhubungan sama sekali."
Thana mendengar perkataan ibu mertuanya tak percaya, siapapun boleh menghinanya tapi tidak anaknya, anaknya tak bersalah disini.
"Nyonya Atalaric, jaga ucapanmu. Injak-injak aku sesuka hatimu, tapi jangan sekalipun anda membawa anakku kedalamnya karna aku tak akan tinggal diam." Thana menatap Shirleen dengan tatapan dingin juga mata yang memerah karna emosi.
"Kau berani melawanku? Kau sungguh tidak tau diri dan tak ada sopan santun, wanita sialan."
"Anda duluan yang datang kerumahku untuk membuat keributan dan membawa anakku." Ujar Thana tanpa ragu.
"Rumahmu? Ini rumah anakku, kau dan uangmu bahkan tak sanggup untuk membeli pintu rumah ini."
"Mau apapun yang anda bicarakan, rumah ini tetap milikku, mau Reynold anakmu yang membelinya pun tetap ini rumahku, jadi jangan membuat keributan dan silahkan keluar dari rumah ini." Thana berujar tanpa kenal sopan santun dan rasa takut lagi.
"Kau! Bajingan, kau dan anakmu sama saja. Sama-sama membawa sial bagi keluargaku. Bisa-bisanya manusia tidak tau diri sepertimu mengusirku. Sialan!"
Plak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be mine - Vrene Lokal (END)
FanfictionI saw happiness in your eyes but it's not for me or because of me and never be me, never. Not even in the past, now or in the future, it never will cause you aren't mine, and I lost something that I never had.