Tak terasa sudah 5 tahun waktu berlalu, Eci bahkan sudah menikah dengan Rafael tahun lalu, yang membuat Thana dan Eva hanya tinggal berdua.
"Mama." Cicit Eva pelan saat memasuki kamar, Thana sedang mengerjakan skripsinya, yah setelah sekian lama Thana baru bisa melanjutkan skripsinya, karna Eva baru masuk TK yang menandakan Thana mempunyai waktu lebih banyak untuk mengerjakan skripsinya yang sempat tertunda, selama 5 tahun terakhir Thana benar-benar hanya berfokus pada Eva dan juga usaha baking-nya yang kembali ia rintis lagi.
"Ya sayang?" Thana langsung menghentikan aktivitasnya begitu melihat putrinya memasuki kamar, ia merentangkan tangannya dan dengan segera Eva masuk kedalam dekapannya.
"Eva sakit?" Thana langsung memeriksa suhu tubuh putrinya begitu merasakan hangat yang keluar dari tubuh Eva saat ia peluk.
"Eva kangen papa." Cicit Eva pelan, "Kenapa papa nggak tinggal barengan sama kita?"
Thana menatap putri kecilnya, Thana memang tak pernah menjelaskan secara jelas alasan kenapa papanya tidak tinggal bersama mereka, baginya Eva masih terlalu kecil dan pasti belum begitu mengerti, tapi sedikit banyak sudah Thana katakan pada Eva bahwa ia dan papanya sedang memperbaiki diri masing-masing.
"Papa sedang berada dalam pesawat, besok pagi Eva sudah bisa bertemu dengan papa." Jelas Thana sambil mengendong tubuh Eva, membawa putri kecilnya kedapur untuk mengambil bye-bye fever yang memang ia letakkan didalam kulkas.
"Tapi Eva mau papa tinggal bersama kita, seperti papanya temen-temen Eva." Rengek Eva dalam gendongan sang mama.
Thana hanya menganggukkan kepala memahami anaknya, ia membawa Eva kembali ke kamar dan menidurkan Eva diatas kasur sebelum menempelkan bye-bye fever di kening Eva, "Nanti kita bicarakan dengan papa setelah papa kembali yah." Ujar Thana penuh pengertian, ia tentu paham bahwa Eva juga menginginkan keluarga yang utuh, apalagi ia melihat bagaimana orangtua teman-temannya selalu hadir dan mengantar mereka berbarengan, belum lagi setiap kali Eva rindu dengan sang papa ia akan jatuh sakit seperti sekarang.
"Eva sudah pernah mengatakannya pada papa, papa bilang tanya mama." Jawab Eva dengan wajah memelas.
Thana tersenyum kecil mendengar jawaban Eva, tentu saja, pasti putri kecilnya sudah mengatakannya pada Reynold dan pastinya Reynold menyuruh Eva untuk mengatakannya padanya.
"Tunggu papa pulang, kita bicarakan bersama okay. Sekarang ayo Eva tidur, biar sakitnya berkurang." Eva ikut naik ke atas kasur, memeluk tubuh Eva sambil menepuk-nepuk paha Eva pelan agar putri kecilnya cepat tertidur.
--------
Pukul 5 pagi Thana terbangun setelah mendengar suara pintu rumahnya terbuka, ia lantas mengambil jubah tidurnya dan memakainya sebelum keluar dari kamar untuk memastikan siapa yang masuk ke rumahnya tapi ia tak menemukan siapapun, lantas dengan cepat ia mengambil pentungan yang memang ia letakkan di setiap sudut ruangan, lalu berjalan menuju kamar Eva.
Napasnya tak teratur saat melihat kamar Eva terbuka, ia berjalan tanpa suara dan masuk ke kamar Eva yang gelap, ia bisa melihat siluet seorang pria yang berdiri didekat Eva yang sedang tertidur, insting seorang ibunya langsung bangkit dan hendak melayangkan pentungan kearah pria itu.
"Aw." Pekik pria itu secara tertahan dan Thana langsung menyadari siapa pria itu, dengan cepat ia berjalan kearah saklar lampu dan menyalakannya.
"Reynold? I'm sorry, aku nggak tau kalau itu kau." Thana berujar dengan penuh rasa bersalah, apalagi setelah melihat Reynold yang kesakitan sambil mengelus betisnya yang dipukul Thana tadi.
"Aku jamin, jika tadi yang masuk adalah orang jahat beneran ia pasti sudah tidak bisa berjalan." Sahut Reynold sambil menatap Thana dengan smirk diwajahnya. "Kau benar-benar mama yang siaga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be mine - Vrene Lokal (END)
FanficI saw happiness in your eyes but it's not for me or because of me and never be me, never. Not even in the past, now or in the future, it never will cause you aren't mine, and I lost something that I never had.