Thana sedang berada di taman belakang sambil membaca novel dan menikmati minuman hangatnya sembari membekap Eva didadanya sampai suara-suara didalam rumahnya menarik atensinya. Namun belum sempat ia melihat dan mendengar dengan jelas sebuah tarikan pada rambutnya ia rasakan dengan begitu kasar dan brutal, spontan Thana mengaduh namun tangannya dengan cepat membekap Eva, memastikan bahwa bayinya baik-baik saja dalam gendongannya.
"Kau! Kau! Semua gara-gara kau wanita sialan!" Suara wanita yang begitu familiar ditelinga Thana.
"Mama, hentikan!" Tangan kekar seseorang mencengkram tangan wanita itu lalu melepaskannya dengan cepat dari rambut Thana.
Jujur kepala Thana sakit dan dunianya serasa berputar, beruntung ia masih duduk jadi ia tak perlu takut akan jatuh ke lantai, ia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum dengan perlahan mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang terjadi, kedua tangannya sama sekali tak lepas dari Eva yang beruntungnya masih tertidur.
"Kau masih membelanya, kau memang anak tidak tau diri, aku sudah membesarkanmu dengan baik tapi kau malah dengan mudahnya mempermalukan orangtuamu dihadapan Jenneta dan keluarganya hanya karna istri sialanmu ini." Ujar Shirleen dengan mata berapi-api.
"Bicarakan baik-baik ma, tak perlu bermain tangan dan emosi, mama seharusnya ingat dengan usia mama." Suara Reynold yang berat dan tegas sampai ditelinga Thana.
Ah, jadi mereka sudah kembali dari Paris yah, hmm, sepertinya hiup tenang Thana akan kembali kacau, lagi.
"Berani-beraninya kau berkata seperti itu pada mamamu, kau memang anak sialan setelah bersama dengan wanita sialan ini." Shirleen hendak kembali menyerang Thana namun beruntung Reynold langsung menghalangi ibunya.
"Kau benar-benar melindungi wanita sialan ini sampai mempermalukan keluargamu yah? Kau jelaskan pada mama bagaimana mungkin kami sanggup mengangkat kepal kami untuk menghadapi keluarga Jenneta, Reynold?!" Masih terdengar dan terlihat jelas kemarahan yang Shirleen keluarkan.
"Ma, mereka bahkan mengerti apa yang terjadi, jadi apa lagi yang perlu di ributkan? Aku mohon, kita bisa membicarakannya baik-baik, tak perlu sampai emosi." Reynold terdengar sangat frustasi tapi masih berusaha untuk mengontrol emosinya.
"Sssttt, tenang sayang, tak apa, ada mama disini." Ujar Thana perlahan sambil mengelus Eva saat merasakan bayi mungilnya bergerak terganggu dengan keributan yang terjadi.
Sontak hal itu membuat ketiga pasang mata yang ada disana langsung memandang Thana, mereka terlalu sibuk dengan pertengkaran sampai tak menyadari jika perut Thana buncit Thana sudah hilang, tubuh kurus Thana sudah kembali, lalu mata mereka berfokus pada bayi dalam baju kebesaran Thana yang diikat dengan ikatan penyangga khusus hingga hanya menampilkan kepala bayi.
Keheningan menerpa mereka semua, diam untuk memproses dan mencerna apa yang terjadi selama hampir 1 bulan lebih ini.
"Kau sudah melahirkan Thana?" Pertanyaan pertama yang keluar dari bibir Reynold.
"Seperti yang kau lihat." Jawab Thana dengan tenang.
Reynold diam dan matanya berair, tak percaya jika istrinya telah melahirkan anak mereka dengan selamat, hatinya remuk saat mengetahui bahwa Thana melahirkan tanpa ada dirnya disisi wanita itu.
Thana mencoba mengeluarkan Eva dari ikatan gendongannya dengan perlahan, bayi mungil itu menggeliat pelan namun masih tetap tertidur. Reynold secara otomatis melangkahkan kakinya mendekati Thana, melihat bayi mungil yang merupakan anaknya itu.
"Mau menggendongnya?" Tanya Thana saat menyadari Reynold hendak menyentuh Eva tapi terlihat ragu-ragu.
"Aku.. aku tak tau cara menggendongnya." Jujur Reynold dengan ragu-ragu, mata pria itu tidak lepas dari bayi mungil dalam gendongan Thana.
"Aku ajari, kemarilah." Ujar Thana dengan penuh kelembutan dan pengertian.
Reynold pun melangkahkan kakinya semakin dekat pada Thana, wanita cantik itu mengajari posisi tangan Reynold sebelum menyerahkan Eva pada Reynold dan tada Reynold sekarang sudah menggendong buah hati mereka.
"Ia sangat cantik, sepertimu." Ujar Reynold pelan, matanya berair dan tak lepas dari bayi mungil yang sekarang berada dalam gendongannya.
"Eva mirip denganmu." Jawab Thana yang berdiri di dekat Reynold.
"Eva?"
"Ehem, aku menamainya Eva."
"Nama yang cantik." Jujur Reynold, ia tak peduli dengan apa nama yang diberikan Thana pada anak mereka karna ai pasti tetap akan menyukainya, juga bagaimana pun juga Thana lebih berhak memilih nama untuk anak mereka dibandingkan dengannya.
Thana bergeser sedikit menjauh saat Shirleen dan Nicholas mendekati Reynold yang tengah menggendong Eva, mata kedua orang baya itu berbinar, tak percaya jika mereka sudah menjadi kakek dan nenek dengan lahirnya Eva.
"Ia benar-benar mirip denganmu Rey, mirip sekali. Matanya, hidungnya, semuanya benar-benar mirip dengamu waktiu kecil." Ujar Shirleen dengan mata berbinar, "Iyakan pa?" Lanjutnya lagi yang ditujukan pada Nicholas.
"Benar, seperti pinang yang dibelah dua." Ujar Nicholas, kemarahan kedua orang baya itu menguap entah kemana sesaat setelah melihat cucu mereka ditangan Reynold.
Ketiga orang itu sedang menikmati waktu mereka mengagumi Eva yang sedang asik tertidur dalam gendongan papanya, tangan Shirleen dan Nicholas bahkan sudah menyentuh kulit lembut milik Eva dengan perlahan. Mereka terlalu mengagumi Eva sampai mereka lupa masih ada Thana disana yang memandang mereka dalam diam.
"Mama mau menggendongnya." Shirleen berujar dengan penuh semangat dan langsung diijinkan oleh Reynold, sekarang Eva sudah berada digendongan neneknya.
"Kapan kau melahirkan Thana? Kenapa tidak memberitahuku?" Reynold kini menaruh atensinya pada Thana yang berdiri tak jauh darinya.
"Hari dimana kalian pergi ke Paris untuk menjenguk Jenneta." Jawab Thana dengan tenang tanpa emosi sama sekali, bahkan dari nada bicaranya pun tak ada yang tau apa yang sebenarnya tengah dirasakan oleh Thana.
Terjadi keheningan seketika begitu mendengar jawaban Thana, Reynold merasakan tubuhnya begitu dingin, ada rasa takut yang bersarang dihatinya, juga rasa bersalah, tapi sepertinya bukan hanya pada Reynold karna Nicholas dan Shirleen pun merasakan hal yang sama.
"Bukankah kau masih terlalu awal untuk melahirkan?" Reynold kembali membuka suara setelah berdiam beberapa saat, ia ragu-ragu untuk bertanya, lebih tepatnya takut tapi ia harus.
"Ya, tekanan darahku semakin tinggi dan Dokter Elora tak bisa menunggu lebih lama karna bisa membahayakan aku dan Eva, jadi aku harus segera dioperasi untuk mengeluarkan Eva disaat baru 32 minggu, Eva sempat masuk incubator beberapa hari."
Suasana semakin hening dan canggung saat mendengar jawaban Thana, perasaan bersalah semakin menggerogoti hati mereka bertiga.
'Thana.. aku.. aku minta maaf." Reynold melangkah mendekati Thana yang hanya diam menatap Reynold.
Melihat Thana tak menjawabnya membuat Reynold kembali bersuara, "Maaf tak ada disampingmu saat kau sedang membutuhkanku, maafkan aku, aku seharusnya tetap berada disisimu, maafkan aku, maafkan aku."
Thana menganggukkan kepalanya sebagai respon, "Tak masalah, lagipula itu sudah berlalu, aku mau marah pun tidak bisa mengubah apapun, semua sudah terjadi." Jawab Thana dengan tenang hingga membuat Reynold merasa lega sedikit, setidaknya Thana tidak marah dan sudah memaafkannya, sekarang Reynold benar-benar harus berfokus pada istri dan anaknya.
"Maaf, aku akan selalu berada disisimu dan Eva mulai sekarang, aku janji kejadian seperti ini tak akan terjadi lagi." Reynold menggenggam tangan Thana dengan erat.
Thana tersenyum hangat dan membalas genggaman tangan Reynold.
TBC
Akur dong ini.
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be mine - Vrene Lokal (END)
FanficI saw happiness in your eyes but it's not for me or because of me and never be me, never. Not even in the past, now or in the future, it never will cause you aren't mine, and I lost something that I never had.