Sepertinya keadaan Thana setelah kejadian Shirleen datang kerumahnya begitu berpengaruh pada kesehatannya karna Thana sampai harus dirawat dirumah sakit hampir 5 minggu, tekanan darahnya benar-benar tak stabil, baru beberapa hari belakangan ini tensinya bisa lumayan stabil itulun masih harus dipantau.
Selama itu juga pria yang menjadi suami sahnya, Reynold menemaninya, bahkan pria itu meminta kasur lebih juga meja tambahan agar bisa mengerjakan pekerjaannya di rumah sakit sembari menemani Thana. Thana tentu saja merasa risih, ia sedang ingin menjauh dari sumber masalahnya tapi sang sumber masalah malah enggan menjauh.
Terakhir kali Reynold menyarankan memakai maids dan ia sudah berhadapan dengan sang mama mertua, apalagi sekarang, hampir 5 minggu Reynold tidak pulang ke mansion, Thana bahkan sudah takut-takut dan sering merasa was-was sambil menatap pintu, berpikir bahwa sang mama mertua mungkin akan datang lagi untuk melabraknya, jangan, jangan sampai, Thana tak ingin lebih lama berada dirumah sakit juga ia ingin anaknya baik-baik saja.
Ngomong-ngomong soal Reynold, pria itu tidak pulang Thana bahkan merasa curiga, apa tunangan Reynold, Jenneta tidak mencari pria itu? Apa wanita itu tak merasa janggal dengan sang tunangan yang hilang tanpa kabar, karna selama Reynold menemaninya, ia tak pernah melihat pria itu menghubungi Jenneta, bukan karna Thana kepo tapi memang tak ada pembicaraan yang memakai sayang, babe, honey atau apapun itu, semua hanya soal pekerjaan, bukankah aneh?
Tapi Thana merasa masa bodoh dan selalu menganggap pria itu tak ada bahkan jika harus berkomunikasi pun ia berusaha seminim mungkin, ia enggan membuka pembicaraan dengan pria itu, bisa-bisa ia kembali naik tensi, tentu saja ia tak mau hal itu terjadi, sudah cukup lama ia berada di rumah sakit, bahkan dokter Elora berulang kali membawa suaminya Alvarountuk datang menjenguknya, tentu saja hal itu membuat Thana merasa tak enak, untuk itu ia harus berusaha mengontrol tensinya agar bisa kembali normal dan ia bisa kembali ke rumahnya dengan cepat.
Kehamilan Thana bahkan sudah memasuki 32 minggu membuat Dokter Elora lebih sering lagi untuk mengeceknya, memastikan bahwa Thana baik-baik saja dan tidak terkena komplikasi, Thana beruntung mendapatkan dokter seperti Elora, yang baik, teliti dan pastinya memahami Thana.
"Thana, nih Alvaro menitipkan ini untukmu, ia bilang kau ingin memakan Rujak bikinannya." Ujar Dokter Elora yang baru memasuki ruang VIP inap milik Thana, oh tentu saja VIP, ada Reynold yang mengatur semuanya.
"Wah, benarkah dok? Mas Alvaro yang bikinin?" Mata Thana berbinar mendengarnya.
"Iya, dia bilang kau ingin dibuatkan rujak olehnya, jadi yah, nih, rujaknya, ayo makan." Dokter Elora membukakan tupperware dan menyodorkannya pada Thana, mengabaikan Reynold yangs edang berada diruangan itu memeriksa beberapa dokumen.
Yah, memang selalu seperti itu, jika Thana ingin mengidam sesuatu, ia selalu memberitahu Elora dan Alvaro, dihadapan Reynold. Benar, dihadapan Reynold, Thana membuat pria itu merasa tak dibutuhkan dan hanya bersandar pada Elora dan Alvaro, sakit hati Reynold? Siapa tau, pria itu bahkan sepertinya taj memiliki hati jadi Thana tidak tau dan tidak mau peduli.
1 jam dokter Elora menemani Thana sampai wanita hamil itu menghabisi rujaknya baru ia permisi keluar untuk melanjutkan prakteknya, ada kabar baik yang diberikan dokter Elora pada Thana, ia bisa pulang dalam waktu 2 hari karna beberapa hari terakhir tensi Thana semakin baik dan kembali normal.
"Kau tau, kau bisa meminta rujak itu padaku." Ujar Reynold yang sedari diam begitu pintu ruangan inap Thana tertutup yang memastikan bahwa Dokter Elora sudah keluar.
"Hmm, aku tau, tapi baby ingin dibikinin oleh mas Alvaro." Sahut Thana tak mau memperpanjang masalah.
Reynold menghela napas berat, ia merasa bergitu tak berguna berada disitu karna Thana sama sekali tak pernah menganggapnya ada, semua hanya pada Dokter Elora dan suaminya, "Jika ingin sesuatu katakan padaku, jangan pada mereka." Reynold berusaha bersabar pada Thana.
Thana hanya menganggukkan kepalanya enggan merespon lebih, 5 minggu bersama Reynold diruangan yang sama membuat Thana merasa aneh, canggung, tapi juga ia tidak merasa sendirian, bukankah aneh? tapi memang begitu adanya, Thana merasa tak mau berdekatan dengan Reynold tapi ia juga tak keberatan jika Reynold menemaninya, seolah Reynold memang harus berada disana, ia bahkan sempat menunggu pria itu selesai teleponan diluar saat dokter Elora hendak mendengarkan detak jantung bayi mereka.
Jika ditanya apakah Thana masih mencintai Reynold, jawabannya masih, sangat, Reynold begitu berarti bagi Thana, apalagi ia tengah hamil anak mereka, tapi Thana enggan emnunjukkannya pada pria itu karna Thana sadar diri, seberapapun ia mencintai pria itu, hubungan mereka tidak akan berhasil karna Reynold tak pernah mencintainya, apalagi ia snediri tau mereka harus berpisah setelah Thana melahirkan nanti, bukankah sungguh menyedihkan?
------
Mlaam itu Thana merasa aneh pada dirnya, ia ingin dipeluk oleh Reynold, tidak aneh dong, kan itu hal yang wajar, Reynold suamimu Thana, tidak aneh jika seandainya ingin dipeluk oleh suami sendiri, tapi Thana tak tau bagaimana mengatakannya pada Reynold, hingga membuat Thana gelisah sendiri padahal sekarang sudah pukul 10 malam, Reynold bahkan sudah berbaring diatas ranjangnya sendiri dengan iPad ditangannya.
Thana membolak-balikkan badannya dengan gelisah, ia sudah mengantuk tapi matanya enggan terpejam karna ingin tidur dalam pelukan Reynold, oh Tuhan kenapa susah sekali mengatakannya pada pria itu.
"Ada apa?" Suara Reynold yang berat mengagetkan Thana.
"Aku... ehmmm.. aku.. tak bisa tidur." Cicit Thana, padahal maksudnya adalah aku ingin tidur dipelukkanmu, tapi lidah wanita hamil itu malah mengatakan hal yang lain.
"Kenapa? Kau lapar? Inggin sesuatu? Susu?" Reynold memandang istrinya yang berada di brankar yang berbeda dengan iPad masih berada ditangannya.
Thana menggigit bibirnya tapi tak kunjung mengatakan apa yang ia inginkan.
Reynold menatap wanita hamil itu dengan tatapan sabar, menunggu Thana untuk berbicara tapi tetap diam dan hanya menggigit bibirnya, "Katakanlah."
Thana memainkan jarinya yang menandakan bahwa wanita itu sedang gugup, "Bolehkah malam ini kau memelukku sampai tidur?" Kata-kata itu mengalir dengan cepat dari bibir Thana hingga membuat suasana diruangan VIP itu menjadi hening dan canggung.
"Tak apa, anggap aku tak mengatakan apapun. Good night." Thana langsung merasa malu karna Reynold tak kunjung menjawab bahkan setelah terdiam hampir 1 menit, Thana merasa malu karna Reynold menolak untuk memeluknya, Thana kau bodoh. Dengan cepat Thana membalikkan tubuhnya membelekangi Reynold dan memejamkan matanya, oh Tuhan ia malu sekali.
Bukankah pria itu yang menyuruhnya untuk mengatakan apapun yang ia mau, tapi begitu ia mengatakannya pria itu malah hanya diam dan menolaknya, ah, malunya.
TBC
Hehehehe, apa komentar untuk part ini?
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be mine - Vrene Lokal (END)
FanfictionI saw happiness in your eyes but it's not for me or because of me and never be me, never. Not even in the past, now or in the future, it never will cause you aren't mine, and I lost something that I never had.