28

9K 640 25
                                    

Pagi hari Caca tampak lebih sibuk dari sebelumnya. Menyiapkan pakaian kerja Melviano, memasak sarapan untuknya dan Cio, membangunkan Melviano, dan memandikan Cio. Abercio sengaja dimandikan pagi karena hari ini akan ikut daddy-nya bekerja di kantor. Hari ini Caca akan hang out bersama Jevina dan Reina. Free day untuk para ibu muda dari tugas sehari-hari. Artinya Melviano, Luki, dan Reno akan lebih sibuk dari biasanya.

"Yang aku bawa mainannya Cio yang mana?" Caca memutar bola matanya jengah mendengar teriakan Melviano dari kamar anaknya.

"Tanya anaknya mau bawa yang mana!" Jawabnya sambil memasukkan bekal untuk suami dan anaknya.

"Dia mau bawa semua loh!" Caca meletakkan pekerjaannya lalu berjalan menuju tempat Melviano berada.

Ia memijit kepalanya, saat melihat box mainan Cio terbalik dengan berbagai macam mainan yang tersebar di setiap sudut kamar. Rasanya ia mau menangis, dihadapkan Melviano yang tengah menggendong Cio yang hanya mengenakan diaper saja. Tadi memang ia meminta Melviano untuk membantu Cio memakai baju dan mengemas mainan yang mau dibawa.

"Mi! Cio main!" Pekik anaknya girang. Melviano meringis melihat wajah tertekan istrinya.

"Kok belum pakai baju?" Tanya Caca dengan nada lembut.

"Main mi main!" Caca mencebikkan bibirnya membuat Melviano makin bersalah. Marahnya Caca kalau sudah mentok itu bukan ngomel-ngomel, tapi diam. Kadang Melviano bersyukur karena istrinya tidak akan kelepasan membentak anaknya atau kasar. Tapi kadang juga dia pusing membujuknya kalau sudah diam saja. Itu berlaku sama kalau marah dengan Melviano juga.

"Sayang jangan marah, anaknya lari-larian dari tadi. Ini pakai baju habis ini." Caca menghela nafasnya.

"Ya udah Cio nurut ya sama daddy? Abis itu mam pakai bakso." Cio memekik girang. Selain susu, bayi itu juga kuat soal makan. Makanya pipinya gembul sekali.

"Basyo?" Melviano terkekeh mendengar suara halus anaknya.

"Iya bakso. Sekarang pakai baju ya?" Cio mengangguk. Caca tersenyum lalu memasukkan boneka jerapah dan beberapa mainan anaknya ke dalam tas yang akan dibawa Melviano.

"Sepedanya Cio masih ada di bagasi kan?"

"Bawa itu juga?"

"Iya nanti turunin kalo udah di kantor, dia gak bakal rewel kalo main sepeda." Melviano mengangguk.

Setelah selesai memberi makan anaknya, Caca langsung bersiap. Tadi pagi bangun tidur dia langsung mandi agar tidak terburu-buru saat mau berangkat. Cio bersama daddy-nya di ruang keluarga untuk meminum susu paginya. Tak lama kemudian Caca muncul dengan penampilan yang lebih rapi dari sebelumnya.

"Yang ayo berangkat." Melviano mendongakkan kepalanya menatap istrinya dari atas kepala hingga ujung kaki.

"Ayo berangkat, kamu keburu kerja kan?"

"Jangan pakai baju itu kenapa sih yang." Protes Melviano dengan nada memelas.

"Loh kenapa? Kan gak terbuka, lagian aku pake jaket juga kok." Cio mengangkat tangannya minta digendong mommynya.

"Ganti baju lah yang, please. Ganti ya?"

"Emang kenapa sih? Gak sopan ya? Apa jelek? Tapi kan aku sama Jevina Reina paling ngemall gak perlu rapi-rapi banget." Melviano menghembuskan nafasnya pasrah. Masalahnya istrinya tampak sangat cantik dengan penampilan seperti itu, dia jadi gak rela memperbolehkan Caca pergi tanpa dirinya dengan tampilan secantik itu. Orang kalo jalan bertiga saja Caca dikira adiknya, gimana ini. Bisa dikira masih single dia.

"Udah ah ayo keburu telat kamu, masa bos gak kasih contoh." Akhirnya Melviano menyerah dia mengambil tas berisi perlengkapan anaknya. Sepanjang jalan dia cemberut, membuat Caca jadi bingung sendiri. Caca jadi berat pergi kalau Melviano seperti itu.

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang