21

9.6K 700 43
                                    

Lama tak terdengar kabar soal Kinan sejak pertemuan singkatnya dengan Caca di toilet kantor. Usut punya usut wanita itu mengundurkan diri dari perusahaan Jayden. Sebenarnya Caca kasihan dengan wanita beranak satu itu. Kinan harus mencari uang sendiri untuk anaknya, namun ia malah harus kehilangan pekerjaan seperti itu. Yang membuatnya makin iba karena saat mengundurkan diri Kinan mengiriminya buket bunga beserta surat di dalamnya. Isinya soal permintaan maaf.  Wanita itu mengaku bahwa dirinya sangat gembira saat bertemu Melviano lagi. Mereka pernah bersama cukup lama, dan bertemu dengan orang yang pernah memahaminya setelah mengalami begitu banyak cobaan tentu seolah menemukan angin segar.

Tanpa ia sadari, dirinya malah bertingkah menyebalkan dengan mengenang masa-masa lalunya. Kinan hanya butuh seseorang untuk berada di pihaknya, setidaknya sebentar. Keluarganya meninggalkannya karena ia berpindah keyakinan, lalu mantan suaminya terus bertingkah brengsek dengan meminta untuk kembali padahal pernikahannya tinggal menghitung hari. Tak ada satupun yang berada di sisinya karena ia tak pernah benar-benar memiliki seseorang yang bisa disebut sebagai sahabat. Semua itu ia tuangkan dalam selembar kertas yang ia berikan pada Caca. Dalam dirinya, Caca sangat berharap akan bertemu Kinan lagi. Ia akan mencoba untuk menjadi teman cerita wanita itu. Sesama wanita harus saling menguatkan bukan?
Tinggalkan soal Kinan, sampai Caca kembali bertemu dengannya.

Janji Melviano di hari minggu untuk yoga ternyata tidak dapat berjalan mulus. Mereka bisa, tetapi Jevina dan Reno berhalangan hadir. Ide couple yoga kan dari Jevina, jadi tak mungkin melakukannya tanpa melibatkan wanita itu. Akhirnya Reina dan Caca harus rela untuk menundanya lagi. Dan hari ini adalah saatnya mereka merealisasikan rencana itu.

Di hari minggu pagi yang cerah, Melviano yang sudah siap dengan pakaian workoutnya tengah merajuk di ruang tengah rumahnya. Ia duduk dengan hembusan nafas kasar yang tak kunjung usai. Alasannya karena istrinya hanya memakai celana legging dan sporty bra. Sudah beberapa kali ia meminta Caca memakai kaos saja agar dadanya tak terlihat, namun sepertinya Caca tak memedulikan kekesalan Melviano. Sebab hingga mereka berangkat, Caca tetap mengenakkan sporty bra-nya. Sepanjang perjalanan pria itu hanya diam, fokus menyetir.

"Udah dong ini juga kan masih ditutupi pakai jaket." Bibir Melviano mencebik.

"Halah, nanti juga dilepas." Senyuman Caca mengembang menampilkan deretan gigi ratanya.

"Kalo gerah jelas dilepas dong, emang kamu mau aku pingsan karena kepanasan?"

"Ya nggak, tapi bajumu itu lo yangg. Di sana pasti banyak orang, cowoknya juga bukan cuma aku loh. Kamu gak malu apa pakai baju kaya gitu di depan Luki sama Reno?" Alisnya terangkat sebelah.

"Kamu lupa apa gimana sih? Dulu aku kan juga sering pakai baju minim bahan. Mereka juga lihat, kamu gak pernah sebel tuh dulu." Helaan nafas panjang lolos dari mulut Melviano.

"Kata siapa? Aku tuh sebel banget kalo kamu pakai baju kurang bahan begini. Duh yang kamu itu sadar gak sih kalo badanmu ini tuh bisa dikategorikan idaman para pria? Kamu tahu gak sih gimana deg-degannya aku setiap kita jalan kamu pakai pakaian minim? Mana kamu hamil makin berisi di tempat yang tepat lagi." Keluh Melviano sambil sesekali melirik istrinya.

"Ya gimana sayang tahu punya banyak baju lucu tapi gak dipake. Kan ada kamu juga yang jagain, kamu jago berantem kan?"

"Ya jago berantem sih jago, tapi aku gak rela tahu mereka dapat pemandangan indah begini. Pokoknya cuma aku yang boleh lihat kamu pakai baju begini!" Caca terkekeh pelan.

"Iya terakhir deh pakai yang kaya gini. Lagian ini tuh samaan kaya punya Reina dan Jevina. Kita janjian pakai ini. Jadi kamu tenang aja, nanti gak akan deg-degan sendiri. Ada Reno sama Luki juga yang takut istrinya dilirik orang lain."

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang