24

9.3K 659 7
                                    

38 weeks of pregnancy

Jonas melipat kedua tangannya di dada saat mengawasi Melviano yang tengah memandikan boneka bayi di atas bath tub yang ia beli. Untungnya semalam ia sudah tanya-tanya pada Caca cara memandikan bayi, jadi saat diuji oleh Jonas ia tak begitu kaku.

"Mel dipanggil Caca," ucap Jonas sambil menepuk pundaknya. Panggilan dari Caca itu sekarang seperti panggilan 911 baginya, artinya urgent. Harus segera didatangi. Pria itu berdiri meninggalkan boneka bayinya dalam bak mandi yang diletakkan di halaman rumahnya. Dengan keadaan tangan penuh sabun, ia mendekati Caca yang sedang memasak bersama Citra.

"Kenapa yang?" Caca membalikkan badannya lalu menatap Melviano kebingungan.

"Lah kenapa apanya?" Tanya Caca balik.

"Kata Papi kamu panggil aku." Dengan wajah kebingungan Caca menjawab Melviano.

"Siapa yang panggil sih? Orang aku anteng-anteng aja dari tadi masak." Suara kekehan Citra membuat keduanya melihat ke arah Maminya.

"Dikerjain itu kamu, balik lagi sana. Keburu gagal di ujian Papi." Melviano mendelik, ia langsung lari ke depan. Sesampainya di depan ia melihat Jonas yang tampak membersihkan boneka bayi itu dengan air. Gerakannya begitu lembut, seolah memandikan bayi betulan. Jonas berdecih saat mendengar langkah kaki Melviano. Dengan keras ia berkata.

"Kasihan banget sih kamu, besok Opa aja ya yang mandiin. Masa cucu opa ditinggal di luar sendiri begini ya, mana belum selesai mandinya, masih telanjang, kalo ilang sedih opa." Ucap Jonas bermonolog sendiri. Di belakangnya, Melviano yang mendengar dengan jelas ucapan Jonas jadi takut mendekati pria itu.

Ia menghembuskan nafasnya, bagaimanapun ia tetap harus menghadapi Jonas. Dia juga lalai meninggalkan anaknya sendiri di luar.

"Pi." Panggil Melviano.

"Tuh daddymu baru datang. Untung opa disini ya, jadi kamu gak ilang."

"Papi." Panggilnya lagi lirih.

"Apa!" Ia tersentak, lalu menutup mulutnya rapat-rapat.

"Gagal kamu Mel. Itu tadi adalah salah satu gangguan yang mungkin kamu hadapi pas mandiin anak. Harusnya kamu bisa lebih jernih mikirnya, masa anak lagi mandi ditinggal gitu aja? Kalo dia makan sabun, kepeleset, atau paling amit-amitnya jatuh terus kepentok gimana?" Ia meringis.

"Iya Pi, kan Melviano mikirnya ini masih simulasi." Jonas menutup mulutnya yang terbuka, menatap menantunya tak percaya.

"Kan tadi diawal papi bilang apa? Coba ulang apa yang papi bilang!" Melviano tergagap, ia berpikir keras mencoba mengingat-ingat apa yang Jonas katakan tadi.

"Kamu ingat gak?" Todong Jonas lagi.

"Pakai sabun 3in1 aja biar hemat?" Jawab Melviano tergagap.

"Bukan yang itu!" Jantung Melviano berdetak cepat mendengar bentakan Jonas.

'Mampus! Apaan anjir gue lupa.' batinnya.

"Lupa Pi." Cicit Melviano.

"Nih papi ulang, habis itu kamu ingat-ingat terus! Jangan pernah ninggalin anak sendirian. Apalagi di tempat-tempat yang berpotensi bahaya, salah satunya kamar mandi. Ulangi!" Melviano tersentak lalu mengikuti ucapan mertuanya.

"Jangan ninggalin anak sendiri di kamar mandi!"

"Kurang lengkap!"

"Jangan ninggalin anak sendirian apalagi di tempat yang berpotensi bahaya, salah satunya kamar mandi!" Ucapnya lebih tegas.

"Nah itu! Ingat-ingat terus!"

Dari sebelah muncul Reina dan Luki, yang berjalan hendak ke rumah Melviano.

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang