29

8.9K 623 14
                                    

Suara nyaring Cio menyanyikan lagu burung kakak tua terdengar sampai teras rumah Jonas. Citra sampai bingung mau merekam darimana karena Cio yang terus berlari-larian saat bernyanyi. Punya cucu laki-laki ternyata rasanya tak jauh berbeda dengan Abel. Malahan anak dari putri bungsunya ini jauh lebih aktif daripada Abel. Sulit disuruh tidur, baik siang maupun malam. Dia sampai dapat julukan balita yang hobinya begadang dari Jayden, kakeknya sendiri.

Harapan Jonas agar cucunya dari Melviano dan Caca bisa cs dengan Jonas ternyata pupus. Sebab Cio malah sangat anti dengan Opanya itu. Paling akur kalau lagi ada maunya. Melviano beberapa kali kena semprot Jonas, dikira dia yang mengajarkan anaknya bersikap begitu.

"Opa basketball!" Cio melempar bola karet ke arah televisi Jonas. Pria itu hampir jantungan saat benda itu nyaris terjatuh. Masalahnya itu TV baru dibeli seminggu, buat menggantikan TV yang jadi korban Cio juga.

"Cio mainnya di luar dong jangan di dalam." Ucap Caca. Balita itu malah berlarian lalu kembali melempar bola karetnya ke arah Jonas.

"Opa basketball! Matiin! Matiin! TVnya matiin!" Jonas menghela nafasnya saat layar televisinya berubah menjadi gelap karena dimatikan cucunya sendiri. Cio berlari menarik tangan Jonas.

"Iya ayo kita basketball. Cio berdiri di sana, Opa disini. Lempar ke keranjangnya." Bukannya dilempar, Cio malah berlari membawa bola itu lalu memasukkannya ke ring yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Yeaaay masyukkk! Good job!" Citra tertawa melihat tingkah cucunya, Jonas bertepuk tangan mengapresiasi Cio. Jadi hari itu ceritanya Cio tidak memusuhi Jonas, karena dia butuh teman main bola. Cio itu kalau suka dengan satu mainan, pasti berhari-hari akan dimainkan terus. Begitu juga dengan selera makan, dan tontonan.

Sudah 2 jam Cio berlarian sampai ia minta dilepas pakaiannya karena gerah. Jadilah dia bermain basket hanya menggunakan diaper. Iya, Cio masih pakai diaper karena anak itu malas ke toilet. Padahal Caca dan Melviano sudah berusaha membiasakannya untuk potty training. Alasannya takut ada monster yang keluar dari lubang closet, padahal ya dia saja yang malas.

Jonas sudah kehabisan nafas mengikuti kelincahan cucunya. Mau sekekar apapun, usianya kan sudah tidak muda. Merasa sudah tidak kuat, Jonas menepi untuk duduk sebentar mengistirahatkan jantungnya yang berdetak cepat karena dipakai lari-larian. Cio merengek tak suka, lalu berlari menarik tangan Opanya lagi.

"Jangan duduk Opa! Main lagi! Cio mau main lagi!" Caca dan Citra tertawa keras melihat Jonas tampak tersiksa. Dia itu sayang sekali dengan Cio, makanya mau Cio minta apapun pasti dikasih. Sialnya dibanding materi, Cio lebih sering minta waktu dan tenaganya. Ya seperti yang baru saja terjadi.

"Ini bapaknya kemana sih Ca! Papi mau pingsan nih ngikutin anakmu dari tadi!" Protes Jonas.

"Masih jemput Papa sama Mama di bandara Pi, sebentar lagi juga kesini."

"Jayden suruh bawa kesini sekalian lah, biar gantian dia yang disiksa Cio." Mereka tertawa, apalagi sekarang Cio sudah mencebikkan bibirnya karena Opanya tak kunjung berdiri.

"Opa main! Ayok!" Jonas menghela nafasnya.

"Time out dulu Cio, time out. Istirahat, minum dulu. Sini minum." Caca akhirnya menolong Jonas dengan mengalihkan perhatian anaknya. Balita itu berlari lucu dengan diaper yang tampak begitu penuh. Selesai minum, Cio kembali berlari menuju Jonas.

"Ayo Opa!"

"Iya iya ayok. Eh apa kita nonton youtube aja yuk?" Cio berhenti berlari, lalu berpikir sebentar. Kapan lagi kan dia dapat screen time tanpa batas, kalau di rumah kan Melviano dan Caca selalu membatasinya. Balita itu berlari dan melompat ke gendongan Opanya.

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang