12'

19.6K 909 26
                                        

Warning!!!
Untuk yang dibawah usia 18 tahun dan bagi yang tidak nyaman untuk membaca adegan seksual boleh skip baca bagian itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kandungan Caca berusia 2 bulan mau jalan ke 3. Artinya sudah sebulan sejak Jevina meninggalkan perumahan. Komunikasi mereka berjalan lancar, tak banyak yang harus Reina dan Caca laporkan soal tingkah ibu-ibu komplek. Sepertinya rencana Jevina benar-benar berjalan baik. Ibu-ibu di sana bersikap jauh lebih baik pada mereka. Bahkan sesekali Caca dan Reina diberi saran-saran agar janinnya tetap sehat.

Topik pembahasan yang sering mereka bicarakan hanya seputar kegiatan sehari-hari, lalu keinginan dadakan mereka saat hamil. Namun beberapa hari ini topik pembicaraan mereka bertambah. Soal Jevina yang was-was pada staff baru Reno yang ternyata menyukainya.

Untung saja Jevina punya daya juang tinggi, jadi hal itu berhasil ia atasi dengan mudah. Ratunya kan dia, sulit untuk menggulingkan takhta itu. Kecuali lawannya juga keturunan bangsawan. Namun dengan latarbelakangnya, staff baru Reno itu tentu bukan tandingan Jevina. Lagipula siapa yang bisa mengalahkan kebucinan Reno pada Jevina.

"Dia tadi pagi godain Reno pake baju kurang bahan," ucap Jevina

"Terus lo gimana?"

"Gue ya diam aja di ruangan Reno. Pengen gue jambak tahu pas dia sengaja bungkuk biar belahan dada yang gak seberapa itu kelihatan. Gak tahu aja dia kalo Reno lebih suka pir daripada melon." Caca dan Reina mengernyitkan keningnya.

"Jevina kenapa sih kamu ngomongnya masih aja begini?"

Jevina tertawa keras. Lucu rasanya menggoda dua ibu hamil yang sedang menjaga sikap, pikiran, dan ucapan agar bayinya teredukasi sejak dalam kandungan. Walaupun rasanya sulit setiap mereka mengobrol dengan Jevina. Setannya kan dia.

"Iya maaf-maaf, habisnya gue kesel Na. Capek ya punya suami cakep."

"Lo gak kerja Jev malah telpon-telponan begini? Nanti dipecat Reno loh." Reina menganggukkan kepalanya setuju.

"Walaupun Reno yang punya perusahaan, bosnya tetep gue tahu."

Obrolan mereka berlanjut. Sesekali Reina mengomel karena Jevina kelepasan berbicara kasar. Sampai tiba-tiba bel rumah Caca berbunyi.

"Gue bukain pintu dulu ya." Mereka mengangguk.

Wanita itu berjalan membuka pintu rumahnya. Satpam komplek sedang berdiri di sana dengan membawa kotak berisi donat dari toko kue ternama.

"Mbak Caca ada titipan untuk Mbak," ucap pria itu sambil menyerahkan kotak itu ke dalam tangannya. Dahinya mengernyit.

"Dari siapa ya pak?"

"Wah kurang tahu saya mbak mungkin di dalam ada catatannya. Tadi yang antar kurir soalnya."

"Oh ya sudah makasih ya pak." Pria itu mengangguk lalu pamit untuk kembali ke posnya.

Caca memandangi kotak di tangannya, matanya mencari-cari kertas catatan yang siapa tahu diselipkan di sana. Matanya berbinar saat ada kertas kecil.

'Dimakan ya Caca ♡'

Bibir Caca tersenyum lebar, sepertinya itu dari Melviano. Dia kan semalam bilang kalau ingin makan donat dari toko kue itu.

"Dari siapa Ca?" Tanya Reina.

"Kayanya dari Melviano deh. Jev gue matiin dulu ya mau telepon Melviano."

"Ok deh gue harus ngawasin Reno lagi."

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang