6

16.5K 1.4K 87
                                    

Pagi-pagi buta Caca terbangun saat alarm di ponselnya berdering keras. Ia meraba ponsel yang berada di atas nakas, mengangkatnya lalu menekan tombol di salah satu sisinya untuk melihat pukul berapa saat itu. Matanya mengerjap saat jam digital di ponselnya menunjukkan pukul setengah 5 pagi. Ia meregangkan tubuhnya, melepas pelukan Melviano yang masih tertidur pulas.

Gadis itu mencuci wajah dan sikat gigi terlebih dahulu. Mau mandi masih terlalu dingin. Setelah selesai dengan urusannya, ia berniat menyiapkan pakaian Melviano lalu memasak sarapan. Saat melewati suaminya yang masih tertidur pulas, ia mendekati ranjangnya lalu membenarkan selimut yang hampir jatuh ke lantai.

"Banguninnya setengah jam lagi deh." Gumamnya.

Marisca mulai sibuk di dapur. Rencananya ia akan menghabiskan sisa sayuran yang ada di lemari pendingin. Menunya masih sama, cap cay lagi. Ia terlalu malas memikirkan menu masakan lain, masih pagi otaknya belum panas buat mikir.
Selesai menumis sayur-sayuran, ia menggoreng beberapa buah karage beku yang kemarin dibelinya.

Setelahnya, ia masuk ke kamar mandi terlebih dahulu untuk menyalakan air panas, agar saat pria itu siap untuk mandi air panasnya juga sudah siap. Lalu dia bertolak ke ranjang di kamarnya, untuk membangunkan Melviano. Pria itu masih tidur.

"Mel bangun udah jam 5, mandi dulu sana air panasnya udah gue siapin." Ucap Caca sambil menarik lembut selimut yang membungkus pria itu. Melviano masih belum membuka matanya, tangannya malah dengan sengaja menahan selimut yang hendak ditarik dari atas tubuhnya.

"Mel bangun, katanya masuk kerja." Kini tepukan-tepukan kecil ia daratkan di pipi suaminya, membuat Melviano sedikit menggeliat lalu tak lama matanya terbuka.

"Jam berapa?"

"Jam 6." Melviano mendelik, pria itu langsung melompat dari ranjangnya berlari masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Ca ambilin handuk sama bajunya dong, gue lupa bawa!" Caca meringis, ia jadi merasa bersalah telah membohongi lelaki itu.

✿✿✿

Melviano sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Lelaki itu hanya mandi kurang dari 10 menit, sangat kilat. Jika tidak dicegah Caca mungkin pria itu sudah kewalahan untuk langsung berangkat tanpa sarapan terlebih dahulu. Namun dengan sigap gadis itu langsung menarik suaminya untuk duduk di ruang makan.

"Makan dulu masih jam 5 lebih dikit." Melviano melayangkan tatapan kesal pada Caca. Dia sudah kalang kabut begini ternyata masih kepagian.

Caca menyodorkan nasi yang sudah ia dinginkan terlebih dahulu, lalu diletakkannya di depan Melviano.

"Cap cay lagi?"

"Gak usah banyak protes yang ada di kulkas tinggal itu, nanti baru belanja di tukang sayur." Pria itu mengangguk lalu berdoa terlebih dahulu sebelum memakan sarapannya.

Tadinya dia mau makan sereal, tapi mengingat dia hari ini bekerja maka ia memerlukan karbohidrat lebih. Sebagai orang lokal tentu akan aneh rasanya jika belum kena nasi.

"Mau dibawain bekal?" Tawar Caca, Melviano mendongak lalu menganggukkan kepalanya.

"Pakai nugget sama cap cay aja ya?" Ia mengangguk lagi.

"Nuggetnya gak usah banyak-banyak."

"Kenapa?"

"Gak apa-apa." Caca mengedikkan bahunya.

Alasannya sebenarnya karena Melviano malas diledek oleh Luki jika membawa makanan beku itu. Bisa makin dibilang selera bocah SD. Luki kan masalah sepele begitu selalu diungkit-ungkit untuk bahan candaan.

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang