30'

15.2K 589 0
                                    

Warning!!!
Chapter ini mengandung adegan dewasa, bagi yang berusia dibawah 18 tahun dan tidak nyaman dengan adegan seksual bisa melewati bagian itu.

Terimakasih^^
.
.
.
.
.
.
.
.
Jayden tampak sibuk menghitung jumlah anggota keluarga yang akan masuk ke dalam pesawat  pribadi barunya. Sebenarnya pesawat itu cukup menimbulkan konflik dengan Tya, istrinya. Pria itu membelinya tanpa memberitahu Tya. Jadi lebih mending siapa? Jonas beli mobil gak bilang-bilang, atau Jayden beli pesawat gak bilang-bilang? Ya, sama saja. Ia kebingungan saat si kecil Cio belum masuk dalam hitungannya. Bocah cilik itu tadi asik menaiki mobil Lamborghini mini miliknya menyusuri lintasan pesawat. Kok bisa? Jelas karena power dari sang kakek. Kadang Melviano jadi takut kalau anaknya nanti tumbuh jadi anak yang tidak mandiri dan tidak sederhana. Semua karena fasilitas mewah yang kakek-neneknya berikan. Yang kerja ekstra untuk memantau Cio agar tetap menjadi anak baik siapa? Jelas kedua orangtuanya.

"Cio dimana?"

"Di dalam Opa!" Pekik bocah itu yang kini sudah berdiri di dalam pesawat.

"Ya udah ayo mulai masuk!" Keluarga dan sahabat Junggardi, Soehendra pun masuk ke dalam.

Dua jam perjalanan menuju pulau tempat mereka akan berlibur cukup membuat kebanyakan dari mereka kelelahan. Mungkin karena faktor semalam sebagian dari mereka juga baru saja off kerja. Yang paling tampak segar ya jelas Cio, Cal, dan Cila. Ketiga bocah itu terus mengoceh sepanjang perjalanan. Kedua orangtuanya sampai bingung untuk meminta mereka tetap tenang di bangkunya. Namun untuk Cio sendiri, Melviano adalah jawaban dari tidak nurutnya dia. Kalau Daddy Melviano sudah menatapnya datar, artinya Cio harus menurut. Dan bocah itu sangat mematuhinya.

"Istirahat di kamar masing-masing dulu ya, nanti makan siang baru kumpul lagi." Ucap Jonas memimpin mereka untuk bubar. Cio dan Cal tampak merengek tidak ingin dipisahkan, akhirnya berakhir kedua bocah itu ikut Jason dan Celine untuk jalan-jalan di sekitar villa. Jelas kedua orangtuanya senang, kapan lagi jauh-jauh ke pulau cantik tanpa diganggu anak. Selama pernikahannya kan Caca dan Melviano kemana-mana bawa Cio, jarang-jarang mereka berlibur tanpa membawa bocah itu.

Melviano menyeret koper besar berisi pakaiannya, Caca, dan Cio. Keduanya merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan sprei putih. Sebelum rebahan tadi, Melviano sempat mengunci pintunya terlebih dahulu. Jaga-jaga kalau dia mau khilaf.

Caca memejamkan matanya, rasanya tenang bisa tertidur dengan suara deburan ombak, lalu udara bersih, dan tanpa kebisingan yang membuat kepalanya pening. Melviano menumpu kepalanya menggunakan tangan kirinya, sedangkan yang kanan memeluk erat pinggang ramping Caca.

"Tenang banget ya yang gak ada ocehan Cio." Caca membuka matanya lalu tersenyum menatap wajah suaminya yang tepat berada di atasnya.

"Iya, tapi kalo lama gak dengar ocehannya suka bikin kangen." Melviano terkekeh, ia memajukan wajahnya lalu mengecup pelan bibir istrinya.

"Yang, itu yuk?" Goda Melviano sambil mengelus pipi Caca. Caca yang paham maksud suaminya, malu-malu menutupi wajahnya dengan berguling ke sisi ranjang yang lain. Suaminya terkekeh lalu bergeser mendekati Caca lagi. Pokoknya pepet terus sampai dapat!

"Ih jangan geser-geser, kamu mau main kucing-kucingan ini ceritanya?" Ucapnya sambil merengkuh pinggang istrinya.

"Ayok yang. Bawa kan salah satu baju haramnya?" Wajah Caca memerah, membuat Melviano makin gemas pada istri satu-satunya itu. Kalau nambah takut sama Jonas.

"Ya soalnya kamu paksa aku bawa, kenapa sih nyuruh aku bawa begituan? Nanti kalo Cio tahu gimana coba? Gak kapok ketahuan sama anak?"

Pria itu meringis, ia jadi ingat beberapa malam lalu keduanya kepergok Cio hampir berhubungan badan. Untungnya Cio tidak melihat hal yang lebih jauh, karena bocah itu langsung menangis keras dikira mommy daddynya akan berenang tanpanya. Waktu itu Caca memakai salah satu koleksi gaun malam favorit Melviano dan Melviano tinggal memakai celana kolor, Cio yang terbiasa melihat penampilan orangtuanya begitu saat mau menemaninya berenang jadi mengira keduanya akan berenang.

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang