10

20.5K 1.1K 34
                                        

Wajah tampan Melviano terlihat begitu panik saat Luki mendapat kabar dari Reina, bahwa istrinya pingsan saat sedang mengobrol. Masalahnya dia telat mengetahui kabar itu karena tadi dirinya sedang berada di tempat proyek. Luki kan di dalam kantor, ponsel Melviano juga ditinggal di kantor. Bak kesetanan Melviano membawa motornya dengan ugal-ugalan. Luki sampai memukul helmnya beberapa kali karena hampir menabrak pemotor lain.

Sampai di rumah Melviano langsung turun dari motornya, saking paniknya sampai lupa menurunkan standar motor. Untung kaki Luki panjang jadi motornya tidak jatuh. Hanya saja Luki ngomel-ngomel sih.

"Caca mana?" Tanya pria itu pada Jevina dan Reina yang berada di ruang tamu rumahnya.

"Udah sadar kok. Lo kelamaan! Pingsannya udah sejam yang lalu." Melviano melewati Jevina yang masih kesal padanya.

Dimana-mana tuh kalau istrinya sakit pasti suami langsung nyamperin, ini sampai sejam baru muncul batang hidungnya. Bahkan Caca sampai ketiduran lagi.

Melviano membanting pintu kamarnya, bibirnya bergetar hampir menangis saat melihat wajah pucat istrinya.

"Kamu sakit kok gak bilang-bilang sih Ca. Bangun dong, tadi katanya udah sadar ini kok masih merem aja." Ucap Melviano sambil menggoyang-goyangkan tubuh Caca dengan keras. Wanita itu langsung membuka matanya, lalu menatap tajam pada wajah Melviano yang berada di depan wajahnya persis.

"Telat!" Melviano terbelalak bibirnya tak henti mengucap syukur dan menciumi wajah istrinya.

"Ih lepas, kotor belum mandi. Bau banget jauh-jauh kamu!" Tubuh Melviano terdorong sedikit, namun lelaki itu memaksa untuk memeluk tubuh istrinya. Mendekap tubuh kecil itu hingga Caca kesesakan.

"Lepas lepas aku mau mun—" Caca membekap mulutnya tak jadi meneruskan ucapannya. Buru-buru Caca berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua isi perutnya. Melviano mengikutinya dari belakang lalu membantu memijit tengkuk istrinya.

"Kamu nih kalo tidur gak suka pake baju kena AC terus, sakit kan sekarang." Omel Melviano. Padahal yang minta Caca tidur tanpa mengenakan baju ya dirinya sendiri. Ya mau bagaimana lagi, Melviano suka geregetan sama istrinya. Daripada pakai baju kurang bahan mending sekalian gak pakai saja.

Caca tersandar lemas di dada Melviano. Matanya terpejam, tidak pusing tapi kalau matanya dibuka rasa mual itu datang lagi.

"Ke dokter ya? Beli obat sekalian." Bujuk Melviano, namun Caca menggeleng pelan.

"Gak usah, aku gak sakit kok."

"Gak sakit darimana sih orang sampai pingsan gitu. Kamu jangan ngeyel gini dong. Ayo nurut sama suami."

"Ih berisik banget sih tuh liat di wastafel ada apa." Pria itu menurut lalu matanya terbelalak saat melihat tiga alat tes kehamilan yang hasilnya positif semua. Buru-buru dia menarik Caca ke dalam pelukannya.

"Sayang! Ini beneran kamu hamil anak aku?! Ya Tuhan kok aku jago banget? Gimana nih!" Caca membekap mulut Melviano yang terus mengoceh soal keperkasaannya.

"Ih berisik! Aku jadi mual lagi." Pria itu langsung merapatkan bibirnya. Demi calon anak dia akan rela menahan kesenangan ini. Padahal dalam hatinya sudah muncul kembang api.

"Ya udah kamu tiduran aja ya, mau makan apa? Ayo makan apapun yang kamu mau."

"Pertama aku mau digendong ke ruang tamu sekarang."

"Siap ayo naik." Melviano jongkok di depan istrinya. Bukannya naik Caca malah mendorong tubuh Melviano hingga dia tersungkur.

"Aku maunya gendong depan kaya koala." Pria itu berdiri terkekeh geli mendengar Caca yang bertingkah imut seperti ini.

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang