7

16.8K 1.2K 35
                                    

"Yang kamu kan udah selesai haidnya." Caca menoleh saat Melviano ikut membaringkan tubuh di sampingnya.

Ngomong-ngomong mereka akhirnya mulai terbiasa memanggil 'sayang' satu sama lain. Ya soalnya mulai tumbuh benih-benih, tapi masih gengsi.

"Udah, tahu darimana?" Tanya gadis itu menelisik.

"Ya kan emang udah seminggu lebih." Dengan curiga Caca mengamati wajah Melviano yang tampak menyembunyikan sesuatu.

"Kenapa emangnya?"

"Gak mau coba itu?" Cicit Melviano.

"Apa?" Helaan nafas kasar keluar dari bibirnya.

"Nih" Caca mengernyit saat Melviano menyatukan dua tangannya yang membentuk kuncup. (Seperti membuat gesture orang berciuman).

"Ice breaking Ca." Gadis itu makin mengerutkan keningnya tak paham.

"Emangnya makrab pakai ice breaking!" Protes Caca.

"Ya masa aku ngomongnya harus diperjelas sih!"

"Ya kamu itu mau ngomong apa emangnya?"

"Ca kamu ini emang gak tahu atau cuma pura-pura sih?"

"Ya beneran gak tahu lah!" Melviano mendesah kecewa. Dia langsung membalikkan tubuhnya dan pura-pura tidur. Marisca mengedikkan bahunya, dan malah ikut tidur.

Niat hati cuma mau pura-pura agar dibujuk oleh Caca, tapi Melviano malah kebablasan tidur sampai pagi. Matanya mengerjap saat Caca membangunkannya dengan senyuman manis. Biasanya sih dia akan ikut tersenyum lalu meminta morning kiss pada istrinya. Namun tidak dengan pagi itu, dia lebih memilih menyingkir dari istrinya karena masih kesal. Hubungan mereka memang sudah tampak progresnya. Melviano sudah berani cium-cium Caca. Hal ini bermula gara-gara 3 hari yang lalu, saat Bu Ana dan anaknya kembali berulah.

Wanita tua itu meminta Melviano yang baru pulang kerja untuk menggendong Melan yang terjatuh di kamar mandi. Caca yang berada disana bersama Reina dan Luki tentu ikutan panik. Walaupun tidak suka pada ibu dan anak itu, Caca masih punya rasa kemanusiaan. Dia malah yang memaksa Melviano untuk segera menolong gadis yang pingsan di kamar mandi itu. Karena terlalu lama pingsan tak bangun-bangun Bu Ana memaksa Melviano untuk melakukan nafas buatan. Padahal ya Caca yakin gadis itu sudah sadar dari tadi, soalnya mata gadis itu tampak berkedut seolah sengaja menutup matanya.

Melviano yang dipaksa sampai menatap melas pada Caca minta pertolongan. Tapi ya karena rasa simpatinya lebih tinggi dia ikuti permainan ibu dan anak itu. Ketika suaminya hampir mendekati wajah gadis itu, buru-buru Caca menekan jempol kaki Melan. Gadis itu menjerit kesakitan, untungnya bibir Melviano tidak jadi mendarat di bibir Melan. Namun bibir si Melan dengan kurang ajarnya menyerempet sedikit pada sudut bibir Melviano. Caca yang salah perhitungan mendelik tajam, langsung ia seret suaminya pulang. Marah-marah ke Melannya besok saja.

Sampai di rumah Melviano yang masih shock memasang wajah melas pada Caca. Gadis itu tampak sangat marah, kedua tangannya berkacak pinggang dengan mata mendelik.

"Kamu nih kenapa kurang sigap sih!"

"Aku aja kaget loh yang. Kamu juga kenapa paksa-paksa aku. Kan ada Luki tuh."

"Ya kasihan Reina dong, dia kan lagi hamil. Masa liat suaminya pegang-pegang cewek lain!"

"Terus kamu gak kasihan istriku apa?"

"Ya aku kan gak sempet cemburu kalo tahu ada orang di ambang kematian begitu!" Melviano berdecih.

"Bohong banget, kamu pasti udah tahu kan kalo Melan cuma pura-pura?" Caca tergagap. Ya memang dia tahu, kan dia cuma mau lihat seberapa kurang ajarnya Melan dan ibunya. Eh ternyata beneran kurang ajar.

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang