22'

13.8K 642 29
                                    

Warning!!!
Bagi yang tidak nyaman dengan adegan dewasa dan berusia di bawah 18 tahun bisa melewatkan bagian tersebut. Selamat membaca, semoga kalian cukup bijak dalam menyikapi tulisan ini^^

-Eve
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Halaman rumah Caca ramai dengan lalu lalang pekerja catering dan event organizer dibawah kendali Citra dan Tya. Malam ini akan diadakan acara baby shower untuk Caca dan Melviano. Dari rencana satu setengah bulan yang lalu, karena satu dan lain hal dengan sangat terpaksa baru bisa terealisasikan malam itu. Artinya kehamilan Caca sudah berusia 34 minggu. Ia jadi makin sulit bergerak, makanya Citra dan Tya hanya menyuruh Caca untuk duduk mengawasi kesibukan di rumahnya. Melviano masih di kantor, dia berjanji akan pulang lebih awal untuk menemani Caca.

Kini Caca sedang asik memakan cheesecake buatan maminya di ruang tengah bersama Reina, Jevina, dan Celine. Soal Celine, gadis itu baru datang semalam hanya untuk menghadiri acara baby shower keponakannya.

"Kak Reina, itu udah berapa minggu sih kak?" Tanya Celine sambil menatap Reina yang tampak masih bugar tak seperti ibu hamil yang mendekati hari-hari kelahiran.

"38 minggu Cel."

"Loh bukannya harusnya cuma 9 bulan ya? Kok sampai 38 minggu?" Tanya gadis itu lagi heran.

"Ya kan biasanya emang waktu perkiraan lahir itu 38-40 minggu Cel. Jadi ya kalo aku belum ada kontraksi begini ya gak masalah. HPL ku juga sekitar minggu depan kok." Celine melongo, ia jadi kagum pada kedua kakak perempuannya ini soal kehamilan. Keduanya tampak begitu memahami soal kehamilan.

"Luki ngajuin cuti kapan Na?" Tanya Jevina.

"Katanya sih h-3 sebelum HPL. Tapi kemarin kata Luki, Melviano suruh dia cuti seminggu sebelum HPL aja."

"Lah sekarang cuti dong harusnya, dia kemana Na?" Tanya Caca.

"Ada tuh di rumah lagi nonton TV."

"Udah siapin tas keperluan buat jaga-jaga kalau tiba-tiba harus ke rumah sakit Na?"

"Udah kok Ca, semalam aku rapiin dibantu Luki. Aku sedih banget dih mau melahirkan gini tapi jauh dari orangtua." Caca mengusap pelan pundak Reina. Kalau dipikir-pikir ia beruntung selama kehamilannya, tak hanya Melviano yang berada di sampingnya. Ada Mami dan Mamanya yang selalu siaga menjaganya, ia juga punya Jevina dan Reina. Sedangkan Reina, orangtuanya harus melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri setelah menghadiri acara baby showernya.

"Besok kalau mau masuk ruang operasi, telepon dulu aja Na minta doa."

"Iya Jev, mama papanya Luki juga pasti ada kok. Jadi ya gak hampa-hampa banget lah ya."

"Takut gak sih Kak?"

"Jujur beberapa hari ini aku sulit tidur. Takut kalau kontraksi dadakan, soalnya ada beberapa kasus yang lahiran 2 minggu lebih sebelum HPL. Mana Luki kadang suka nongkrong sama Melviano dan Reno kalo malam. Aku jadi suka parno."

"Bener tuh Na, aku juga suka sebel kenapa pulang kerja malamnya bukannya istirahat malah keluyuran mulu. Padahal aku tuh ngerasa jadi makin gak bisa kalo ditinggal Melviano lama-lama. Kayanya anaknya ini bakal bucin banget sama Melviano deh nanti." Celine mendelik.

"Aduh jangan ya dek, Daddymu itu ngeselin loh. Kamu bucin ke Mommymu aja ya." Bisik Celine sambil mengusap lembut perut kakak iparnya.

"Kalian tenang aja, masih ada gue yang lebih sigap dari laki lo semua. Tinggal telepon aja." Mereka terkekeh geli.

A Blessing In DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang