BAGIAN EMPAT

4.3K 282 24
                                    

Alice baru saja keluar dari kamar mandinya, dia baru saja membersihkan diri sebelum tidur. Alice mulai menaiki ranjang, namun baru terduduk sebuah flash memantul dari jendela gorden kamarnya.

Alice menelah salivahnya melihat itu. Dengan memberanikan diri Alice berdiri untuk memastikan asal flash itu.

Ketika sudah sampai di dekat jendela Alice langsung membuka gorden. Dan dia tidak menemukan siapa-siapa. Alice memperhatikan sekitarnya namun tidak ada yang terlihat aneh. Karena, tidak ada yang aneh Alice kembali menutup gorden jendela kamarnya. Di balik itu Ace mengusap dadanya lega. Dia bersyukur karena Alice tidak melihatnya yang bersembunyi di pohon kayu.

"Hp sialan untung gue nggak ketahuan," umpat Ace kesal melihat handphonenya.

Kemudian, Ace tersenyum manis sambil mengusap gambar yang baru saja dia ambil di handphonenya.

"Kenapa bisa secantik ini, baby? Hm, aku menyukaimu," Ace langsung mencium gambar itu. Gambar Alice yang baru saja dia ambil ketika wanita itu keluar dari kamar mandi.

~~~

Di kamarnya, Ace kini tengah menatapi foto-foto Alice yang ia tempeli di dinding kamarnya bagian meja belajarnya. Di situ banyak sekali foto Alice yang ia ambil secara diam-diam lalu mencucinya berbentuk polaroid.

Ace mengambil salah satu foto di sana, lalu mengusapnya, "Kapan lo jadi milik gue, Al?" gumam Ace menatap sendu foto tersebut.

Di tempat lain Alice sedang merasa ketakutan di dalam kamarnya setelah perihal kejadian tadi. Alice yakin pasti ada yang mengintipnya. Apalagi ada memancarkan flash apa tidak mungkin orang itu mengambil gambar dirinya?

Alice merasa tidak tenang, apalagi dia sendiri di rumah. Orang tuanya sudah meninggal, dia hanya tinggal sama neneknya dan bibinya, dan sekarang neneknya pergi bersama bibinya dan belum
pulang juga sampai sekarang. Hal itu semakin membuat Alice merasa takut dan tidak tenang.

Ntah, apa yang ada di dalam pikiran Alice, gadis itu memilih menelpon Ace. Alice pikir mungkin Ace bisa menenangkannya.

"Halo, Al?" ucap Ace di sebrang sana saat telepon telah tersambung.

"Ace aku takut," Mendengar aduhan dari mulut Alice, Ace tersenyum senang. Pasti gadis ini ingin minta ditenangin oleh dirinya.

"Takut kenapa?"

"Dia berulah lagi,"

"Dia siapa?" Ace pura-pura tidak tahu.

"Sosok yang aku ceritain di sekolah sama
kamu tadi. Dia kembali ganggu aku. Aku takut Ce, nenek sama bibi aku tidak ada di rumah," Alice menjelaskan.

"Gimana kalau gue ke rumah lo untuk temanin lo biar nggak takut?"

"Ha? Kamu serius?"

"Iya, Al gue serius,"

"Tapi..." Terdengar keraguan di dalam hati Alice ketika Ace yang meminta ke rumahnya.

"Lo tenang aja niat gue baik," Seperti tahu apa yang ada di pikiran Alice, Ace mencoba menjelaskan maksudnya.

Alice menghirupkan nafasnya pelan. Lagian sekarang dia memang sedang tidak tenang. Dia butuh seseorang untuk menemaninya saat ini.

"Yaudah, Ace makasih, ya,"

"Sama-sama Al. Bentar lagi gue otw. Gue tutupin dulu teleponnya, gue mau siap-siap,"

"Iya, Ce,"

Tut!

Ace mematika teleponnya. Dia memandangi ponselnya yang baru saja selesai teleponan sama Alice.

Secret Aceel [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang