Bruk!
Ace menjatuhkan Alice ke lantai kamar. Ya, Ace membawa Alice pulang ke rumah tak peduli meski sekarang masih jam sekolah.
Alice mencoba memandangi Ace. Pandangan cowok itu begitu tajam. Rahangnya terlihat mengeras, Ace kelihatan sangat marah padanya.
"Ace..." Alice mencoba memanggil Ace meski hanya dengan lirihan.
Ace melipat kedua lututnya, bertumpuh pada telapak kakinya di hadapan Alice. Kemudian, Ace mencengkram dagu Alice kuat. Membuat cewek itu meringis kesakitan.
"Gue udah bilang patuhi ucapan gue," ucap Ace dengan nada biasa.
"Kenapa lo selalu membantah hah?!" bentak Ace sambil mendorong kepala Alice kuat sehingga terbentur lantai.
Kening Alice mengeluarkan darah akibat benturan keras tersebut.
"Maaf," lirih Alice sudah menangis, menatap Ace sendu.
"Maaf lo nggak guna! Maaf lo gak merubah kenyataan kalau lo di sentuh sama dia!"
"Meskipun cuma seujung jari gue tetap nggak suka Al! Seharusnya lo ngerti!"
Plak!
Ace reflek menampar Alice, karena emosinya sudah tidak bisa dikendalikan.
"Lo megang tubuh dia dihadapan gue, lo sadar nggak dengan apa yang lo lakuin hah?!" Ace kembali membentak Alice. Dia bahkan menjambak rambut Alice setelah menamparnya.
"Ma...aff.. Ace, aku cuma khawatir sama dia," jawab Alice susah payah karena jambakan Ace begitu menarik kulit rambutnya.
"Lo khawatir sama dia? Lo khawatir nggak sama gue?!" Ace langsung melepaskan jambakannya secara kasar setelah mengatakan itu.
Alice tak menjawab, dia hanya menangis dalam tundukkan.
Ace memejamkan matanya, dia harus pergi dari hadapan Alice sebelum benar-benar melukai gadis ini.
"Bersihin tubuh lo sebersih mungkin! Gue nggak mau bekasan tubuh dia melekat di tubuh lo!" Ace meninggalkan Alice selepas itu. Dia tidak mempedulikan keadaan Alice yang mengenaskan.
Setelah kepergian Ace, Alice menduduki dirinya tegap, dia menekuk lututnya dengan merapatkan kedua kakinya, Alice memeluk kakinya erat seraya bergetar, dia sangat ketakutan.
Di dalam kamarnya Ace sangat frustasi. Dia mengusap wajahnya kasar, lalu melempar vas bunga ke cermin besar di kamarnya. Cemin itu pecah berkecai-kecai setelah menimbulkan bunyi yang kuat.
Ace menggenggam pecahan cermin tersebut dengan kuat sehingga kedua tangannya mulai meneteskan darah ke lantai. Bayangan kejadian di sekolah tadi terus terlintas di benaknya. Hal itu membuat Ace kembali melempar vas bunga ke dinding kamar.
Prangg!!!
"Arghh!! Berhenti melintas dipikiran gue, sialan!!" Ace menarik rambutnya kuat berusaha menghilangkan pikiran tersebut.
Merasa lelah Ace terduduk di pecahan kaca tersebut. Pandangannya kosong ke depan, namun tangan Ace mengambil satu serpihan kaca, tangan itu mulai menusuk-nusuk tangannya yang satu lagi. Tak ada ringisan sedikitpun yang keluar dari mulut Ace. Bahkan wajah cowok itu tetap diam tanpa ekspresi apapun.
"Sakit Al..."
"Sakitt..."
Ace membuka suaranya setelah banyak diam. Setiap tusukan dia menyebut nama Alice tanpa menghentikan gerakan. Pandangannya masih sama, yaitu kosong.
~~~
Alice baru saja membersihkan dirinya sebersih mungkin sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Ace.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Aceel [Hiatus]
RandomPermainan yang sangat rapi sehingga membuatnya tidak sadar bahwa dia pelaku sesungguhnya. Untuk mendapatkannya tidak perlu menggunakan cara kasar. Cara halus lebih baik. Obsesi ini sangat menggila, sungguh sangat-sangat gila. Melakukan apapun untuk...