DUA PULUH SATU

909 64 6
                                    

Seorang gadis berjalan menuju kursi yang di duduki oleh pria jangkung, pria itu adalah Ace.

Senyuman gadis itu terukir melihat Ace yang menatapnya kesal.

"Sorry, gue telat," ucap gadis itu masih tersenyum sambil menarik kursi yang berhadapan dengan Ace.

Jika ada bertanya di mana mereka, jawabannya di sebuah Cafe yang sepi pengunjungnya.

"Berani banget lo buat gue nunggu," ucap Ace jengkel.

"Yaelah, biasanya juga gue yang nungguin lo," Ace hanya memutar bola matanya malas mendengar jawaban cewek itu.

"Gimana lo udah ketemu siapa pelakunya?" tanya Ace terlihat lebih serius.

"Kalau udah ketemu pasti gue kasih tau, kan?" enteng cewek itu menjawab.

"Udah hampir satu bulan lo juga belum tau? Lo serius selediki apa cuma main-main aja hah?!" nada Ace mengeras di akhir ucapannya. Dia benar-benar kesal sama gadis di hadapannya ini.

"Yaudah lo aja yang selediki! Lo pikir mudah hah?!" nada cewek itu tak kalas keras.

"Jangan buat gue untuk potong mulut sialan lo itu!" geram Ace mendengar lontaran kata dari cewek tersebut.

Mendengar lontaran kata Ace, cewek itu hanya tersenyum miring. Kemudian, dia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Tenang, kasih gue waktu sebentar lagi,"

"Pentunjuk apa aja yang udah lo dapat?"

"Belum ada, sih,"

Mendengar kata itu Ace tersenyum smirk sambil menganggukan kepalanya, "Belum ada?"

"Lo beneran minta dibunuh, ya?" lanjut Ace sambil menempelkan ujung pisau yang runcing ke dagu cewek itu.

Cewek itu tidak merasa takut saat benda runcing itu menyentuh dagunya, "Lo nggak perlu ancam gue. Gue pastikan akan menemukan siapa pelakunya," kali ini cewek itu terlihat lebih serius.

Ace menjauhkan pisaunya dari dagu cewek itu, " Jika dalam sebulan ini lo belum juga ketemu gue beneran akan bunuh lo, Sasha!" ancam Ace tak main-main.

"Ya, btw, jadi itu cewek yang buat lo gila?" tanya cewek itu tidak lain adalah Sasha.

"Nggak usah sok nanya, ya lo, lo juga udah tau, kan dari sebelumnya?!" ucap Ace kesal sama Shasa, padahal dia memang sudah tahu dari lama bentuk Alice. Tapi, sok bertanya seperti itu seakan meledekinya

"Gue ingatin sama lo jangan pernah dekat sama Alice!" lanjut Ace penuh peringatan.

"Kalau gue nggak mau?" ujar Sasha. Melihat Ace emosi seperti ini adalah suatu hiburan menurutnya.

"Jangan main-main sama gue Sha," tatapan Ace berubah menjadi mengintimidasi.

Sasha tidak menjawab, dia kepikiran sesuatu, lalu memastikannya pada Ace, "Ace, lo yakin Alice adalah reinkarnasi dari Glora?"

"Kalau nggak yakin nggak mungkin gue segitunya sama dia!" bentak Ace.

"Kalau ternyata bukan?" Sasha tersenyum jahil.

"Gue nggak mungkin salah. Gue yakin itu dia, gue udah perhatikan dia satu tahun lebih, dari berbagai hal Alice sangat mirip dengan Glora," ujar Ace sambil tersenyum kecil.

"Glora gue kembali, Sha," ujar cowok itu. Dari nadanya dia terlihat begitu bahagia.

"Kata-kata lo seperti saat pertama kali lo kasih tau gue tentang Alice," Ace terdiam, dia ingat ketika itu dia datang tengah malam rumah Sasha hanya memberitahu bahwa Glora kembali datang.

Secret Aceel [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang