"Jangan...Jangan! Tolong! Tolong! Tidak...Jangan!" suara bisik nan tubuh gematar, seorang bocah laki-laki tengah bersembunyi di balik balok kayu besar yang menumpuk. Dia menggigit kuku jarinya dengan peluh yang terus bercucuran di dahinya. Air matanya sudah sederas air hujan tak bisa diberhentikan melihat pandangan di hadapannya, yaitu pembunuhan secara brutal yang begitu mengerikan. Siapapun yang melihat pasti tidak akan tahan melihatnya, mungkin mimpi buruk paling mengerikan jika melihat pandangan tersebut.
Bocah itu ingin menolongnya, ingin menghentikan penyiksaan itu. Tapi, dia tidak bisa. Dia masih kecil tak mampu mengalahkan orang itu. Sehingga dia hanya melihat orang terkasihnya disiksa sampai mati dibawah naungan yang menyakitkan.
Di bawah kesadaran dia melihat bocah kecil itu yang tengah bersembunyi di tumpukan balok kayu. Memberi senyuman pada bocah itu bahwa senyuman itu mengartikan 'aku tidak apa-apa. Jangan menangis' Sebelum mata kecil itu tertutup sempurna.
Ace membuka matanya. Dia mengalami mimpi buruk itu lagi. Nafas Ace merasa sesak, peluh membasahi wajahnya.
Mencoba melihat sekitar akhirnya Ace menyadari bahwa dia sedang di kamarnya. Kenapa dia ada di sini? Bukannya tadi??? Alice! Mana gadis itu?! Itulah pikiran Ace saat ini.
"Ace sudah bangun, Nak?" suara lembut memasuki pendengarannya. Melihat ke depan, menemukan ibunya.
"Mana Alice?" tanya Ace the poin.
Kinan diam sejenak sebelum mengeluarkan suara, "Dia di rumah sakit,"
Mendengar hal itu sontak Ace bangkit dari tempat tidur. Dia semakin mendekati ibunya.
"Kenapa rumah sakit?" tanya Ace.
"Setelah apa yang kamu lakukan sama dia, dia harus dirawat, Ace," jawab Kinan.
"Aku bisa ngobati dia! Dia nggak perlu ke rumah sakit!" jawab Ace sedikit membentak ibunya.
"Ibu nggak perlu ikut campur! Urus urusanmu, bukan urusanku!" setelah melanjuti ucapannya, Ace bergegas pergi dari kamar. Dia segera menyusul Alice, tidak dia biarkan Alice di rumah sakit.
Sedangkan Kinan dia hanya terdiam di tempat membiarkan Ace pergi.
~~~
Ace membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Dia harus segera menuju rumah sakit Alice ditangani. Tidak perlu betanya pada ibunya di rumah sakit mana Alice berada sebab dia tau sendirinya melewati kalung Alice yang di mana ada pelacak di sana.
Setiba di rumah sakit Ace bergegas menuju resepsionis menanyai ruangan berapa Alice dirawat. Setelah mengetahuinya, Ace segera pergi ke ruangan tersebut.
Ace membuka pintu ruangan itu secara kasar. Tubuhnya seketika berhenti bergerak melihat tubuh Alice terbaring lemah di atas brankar. Ini yang membuat Ace tidak mau Alice ditangani oleh pihak rumah sakit jika dia yang melukainya. Itu membuatnya seakan-akan ditusuk oleh ribuan pisau karena perasaan bersalah. Jika dia yang mengobati dia tidak akan merasakan hal itu sebab luka yang dialami Alice sebagai hukuman karena kesalahan gadis itu. Lalu harus diberi rasa sakit, lalu sembuhi dengan dirinya. Terdengar gila dan tak masuk akal, tapi memang itu yang dialami Ace.
Ace menjangkau tubuh Alice, dia mengusap wajah tertidur itu dengan tangan gemetar. Tak selang beberapa detik, Ace membuang alat-alat yang ada di atas meja samping brankar.
"Argh!!" Ace terduduk di dinding rumah sakit. Dia mengusap wajahnya kasar.
"Seharusnya gue menjaga bukan menyakiti! Gue benci diri gue!" Ace berucap sambil memukul dinding. Tak peduli dengan rasa sakit, sebab dia sudah kebal dengan hal itu.
"Ace..." suara lirih memanggil namanya, membuat Ace menghentikan pukulannya pada dinding.
Ace melihat ke samping tempat Alice berbaring. Cewek itu memandanginya. Mereka berdua saling tatapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Aceel [Hiatus]
RandomPermainan yang sangat rapi sehingga membuatnya tidak sadar bahwa dia pelaku sesungguhnya. Untuk mendapatkannya tidak perlu menggunakan cara kasar. Cara halus lebih baik. Obsesi ini sangat menggila, sungguh sangat-sangat gila. Melakukan apapun untuk...