Alice membuka matanya secara perlahan. Pertama yang Alice lihat adalah kamar yang bernuasa abu-abu. Alice mulai melihat sekitarnya, kosong tidak ada siapa-siapa. Alice juga baru sadar bahwa dia sedang di atas tempat tidur, dan ini bukanlah tempat tidurnya. Ini bukan kamarnya, lalu ini kamar siapa?
Cklek!
"Sudah bangun, ya?" ujar seseorang yang tak lain adalah Ace.
Alice seketika meneguk ludahnya kasar melihat Ace yang sudah rapi dengan pakain sekolahnya. Ia seketika mengingat kejadian tadi malam. Alice mulai menduduki dirinya, namun tak jadi sebab merasa sakit di bagian punggungnya. Alice baru ingat bahwa tadi malam Ace melukai punggungnya.
Melihat Alice seperti menahan sakit Ace mendekati gadisnya.
"Jangan banyak gerak! Lukamu masih basah," ucap Ace sambil mengusap surai Alice.
Alice ketakutan, sungguh. Ia ingin segera melepaskan tangan Ace dari rambutnya. Tanpa Alice sadari air matanya jatuh.
"Lepasin aku..." lirih Alice. Mendengar hal tersebut Ace seketika menghentikan usapannya. Ia memandangi Alice tajam.
"Jangan pernah katakan hal itu gue nggak suka!" ucap Ace sedikit membentak.
"Aku mau sekolah," ucap Alice mengalihkan topik.
"Sekolah dengan kondisi seperti ini? Lo pikir gue bakalan kasih?" ujar Ace.
"Aku tetap mau sekolah!" keukeh Alice sambil menduduki dirinya dengan paksa.
"Shtt..." desis Alice kesakitan saat ia sudah terduduk di sandaran ranjang.
Ace memegang bahu Alice kuat, "Jangan keras kepala! Turuti kata gue!"
Alice hanya diam menatap Ace. Jarak mereka sangat dekat. Ace tersenyum smirk melihat wajah ketakutan gadisnya.
"Bersikaplah dengan baik jika tidak ingin di kasarin," Selepas itu, Ace menjauhi wajahnya dan melepaskan pegangan tagannya pada bahu Alice.
"Baik-baiklah di rumah dan jangan coba-coba untuk kabur!"
Alice hanya diam dan tidak memandangi Ace. Hingga satu kecupan di dahinya membuat gadis itu menoleh. Jantung Alice berdebar melihat senyuman manis yang di berikan Ace. Namun, dia segera menepis debaran jantungnya itu.
"Gadisku yang manis." gumam Ace.
~~~
Setelah kepergian Ace, Alice baru menyadari bahwa dia belum memberi kabar pada neneknya dan bibinya. Alice yakin pasti kini neneknya khawatir sama dirinya karena tidak pulang tadi malam.
"Aku harus segera menelpon nenek," Alice melihat di nakas meja tidak ada tasnya. Alice tak tau di mana kini letak tasnya, yang pasti di tas itu ada ponsel serta dompetnya.
"Apa mungkin Ace menyimpan tasku? Jika, benar bagaiamana aku menghubungi nenek dan bibi?" Alice manjadi bigung sendiri. Otaknya benar-benar tidak bisa berpikir.
Pada akhirnya Alice memilih untuk menunggu Ace pulang sekolah saja agar bisa menanyai apakah dia menyimpan tas miliknya.
Sudah memasuki jam 2 siang, namun Ace belum pulang. Alice yang awalnya hanya diam menunggu Ace pulang akhirnya memilih untuk pulang ke rumah. Ia tahu risiko yang dia pilih ini sangat berat. Tapi, ia harus menemui nenek serta bibinya di rumah.
"Aku harus segera pulang," ucap Alice. Setelah itu, dia segera bangkit dari tempat tidur.
Alice berusaha menahan rasa sakit di punggungnya. Lukanya ini masih sangat basah sehingga Alice tidak berani untuk mandi karena itu akan membasahi punggungnya yang terluka. Alice hanya sekedar membersihkan wajahnya dan menggosok gigi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Aceel [Hiatus]
RandomPermainan yang sangat rapi sehingga membuatnya tidak sadar bahwa dia pelaku sesungguhnya. Untuk mendapatkannya tidak perlu menggunakan cara kasar. Cara halus lebih baik. Obsesi ini sangat menggila, sungguh sangat-sangat gila. Melakukan apapun untuk...