DUA PULUH TUJUH

663 48 5
                                    

Ace pulang ke rumah dengan keadaan berantakkan. Karena, dia memakai baju berwarna putih sehingga terlihat jelas darah hampir memenuhi baju tersebut. Tak hanya baju, tapi pergelangan tangannya juga. Sedangkan rasa sakit akibat tusukan pisau itu tidak seberapa bagi Ace itu hanya luka kecil baginya.

Ace menuju tangga untuk naik ke atas. Sebelum pergi ke kamarnya dia ingin lebih dahulu menemui Alice. Bertemu Alice ini semua akan terobati.

Cklek.

Ace membuka pintu kamar terlihat Alice yang sedang tidur dengan nyenyak. Alice mendekati tempat tidur, dia tidak ada niat mau membangunkan gadisnya, ia hanya ingin melihat wajah cantik itu.

Selesai puas memandangi wajah Alice, Ace pergi. Namun, tangannya tak sengaja menjatuhkan vas bunga di atas meja lampu. Hal tersebut, membuat bunyi yang cukup kuat.

"Sial!" umpat Ace sembari menjongkok untuk merbersihkan vas bunga yang pecah itu.

"Ace!" panggil Alice terkejut.

Ace menoleh ke belakang mendapati Alice yang sudah duduk memandanginya.

"Al, ak—"

"Kamu kenapa? Kenapa bisa berdarah gini?" tanya Alice khawatir. Gadis itu turun dari ranjang untuk bisa lebih dekat berhadapan dengan Ace.

Alice memegang kedua bahu Ace, hal itu membuatnya sedikit meringis.

"Shit..."

Alice sontak melepaskan tangannya dari bahu Ace. Lalu, membuka kancing baju kemeja Ace. Ace hanya diam membiarkan Alice melakukannya. Setelah, semua kancing terbuka, Alice sedikit menurunkan lengannya. Alice terkejut melihat tusukan di kedua bahu Ace. Tangannya melemas melihat luka itu.

"Ka_kamu kenapa bi_bisa begini?" tanya Alice kesusahan.

Ace memilih memeluk gadis itu, "Nggak usah khawatir aku baik-baik aja."

"Kamu bohong! Luka di bahu kamu itu pasti dalam,"jawab Alice. Lalu, dia melepaskan pelukan Ace, "Sini aku obatin." lanjutnya.

"Nggak usah aku bisa obatin sendiri," tolak Ace dengan halus.

"Biar aku aja!" paksa Alice. Mau tak mau terpaksa Ace mengiyakannya.

Dia telah menganggu tidur gadisnya. Jika tau begini lebih baik dia langsung pergi ke kamarnya tanpa menemui Alice terlebih dahulu.

~~~

Ace saat ini, tidak memakai baju agar Alice mudah untuk mengobati lukanya. Posisinya saat ini, Ace dan Alice duduk berhadapan di tepi kasur.

Sedari tadi sejak Alice mulai mengobati lukanya Ace tidak ada berbicara bahkan meringis. Dia hanya memandangi wajah Alice yang terlihat serius.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Alice tanpa mengalihkan pandangannya dalam mengobati.

"Ada orang yang menggagalkan rencanaku makanya terjadi seperti ini," jawab Ace santai.

"Rencana apa? Rencana dalam membunuh orang?" Alice memandangi Ace. Namun, dengan sinis.

"Haha...jangan pandang aku seperti itu," Alice hanya memutar bola matanya malas.

"Aku tidak mau melihat kamu seperti ini lagi, Ace..." lirihnya sedih.

Ace tersenyum tipis, kemudian membawa tubuh Alice ke dalam dekapannya, "Iya, maafkan aku."

Selesai mengobati luka Ace waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi lewat. Ace dan Alice memilih untuk tidur saja karena masih ada waktu sebelum pergi sekolah. Mereka tidur bersama karena Ace yang memintanya. Bicara tentang tidur bersama mereka sudah lumayan sering melakukannya.

Secret Aceel [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang