TIGA PULUH

777 37 2
                                    

"Alice!!!"

Ace terbangun dari pingsannya, nafasnya terasa tercekat di tenggorokan, ia mendapati mimpi yang sangat buruk membuatnya menjadi takut. Ace bangkit dari tidurnya tanpa memedulikan kondisinya saat ini. Ia harus kembali mencari gadisnya lagi, ia tidak boleh tidur-tiduran seperti ini.

Tidak memedulikan sekitarnya, Ace pergi begitu saja. Shasa yang tertidur di sofa masih terlelap pulas. Ntah umpatan apa yang dikeluarkan gadis itu ketika bangun tidak menemukan Ace.

~~~

Tidak menggunakan mobil ataupun kendaraan lainnya Ace memilih untuk berjalan kaki mencari Alice, "Al, kamu di mana?" Ace terus berjalan dengan lesu, tatapannya kosong, bibirnya begitu pucat. Benar-benar kondisi yang buruk.

"Aku mohon pulanglah, aku bisa jelaskan semuanya. Kamu nggak boleh pergi dari aku sampai kapan pun," desisnya seraya menundukan kepala.

Hari masih gelap meski sudah pukul 5 pagi, namun fajar masih belum memunculkan diri. Ace juga belum ada niat mau kembali ke rumah, ia bahkan tidak peduli bahwa hari ini sekolah. Tujuannya kini hanya satu, yaitu mencari Alice sampai ketemu selebihnya ia tidak peduli.

Sedangkan, di sisi lain Shasa terbangun ia melihat sekitar rumah hingga matanya jatuh di sofa. Shasa terduduk sembari membelalakan matanya yang sayu tadi.

Shasa segera berdiri dan meneriaki nama Ace, "Ace!! Ace, lo di atas?!"

Tentu saja Ace tidak menjawab, karena cowok itu memang tidak ada di rumah.

Shasa berhenti meneriaki nama Ace, ia segera pergi dari rumah untuk mencari Ace. Shasa tidak habis fikir sama pikiran anak itu. Ia tau bahwa Alice adalah segalanya bagi dia. Tapi, untuk kondisinya yang sekarang tidak memungkinkan untuk mencari gadis itu. Setidaknya ia beristirahat sebentar.

~~~

Ace akhirnya memilih untuk sekolah meski keadaannya tidak memungkinkan. Ia hanya ingin memastikan apakah Alice masuk atau tidak, ia juga ingin bertemu seseorang.

"Gue pikir lo nggak sekolah," ucap Shasa ketika melihat Ace masuk ke kelasnya.

Ketika mencari Ace tadi, Shasa bertemu dengannya, ia memaksa cowok itu untuk pulang sekedar mengistirahatkan pikiran serta fisiknya. Untungnya saja   Ace menurut.

Tatapan Ace mengintimidasi semua orang di kelas membuat suasana kelas menjadi mencengkam. Murid di kelas merasa risih dengan kehadiran Ace sehingga mereka segera keluar hanya tertinggal satu, dua sampai tiga muridnya yang masih ada di kelas itupun, karena mereka tidak menyadari kehadiran cowok itu.

"Denis mana?" tanya cowok itu, kini sudah berdiri di samping Shasa duduk.

"Di kantin."

Tanpa menjawab Ace pergi begitu saja dari hadapan Shasa. Shasa mengerutkan dahinya melihat kepergian Ace. Shasa berpikir Ace curiga pada cowok itu.

Ketika Ace sedang menuju kantin langkahnya berhenti melihat sosok yang ia cari sudah berjalan ke arahnya.

Ace terus diam di tempat sampai Denis terus berjalan ke arahnya. Pandangan Ace begitu nyalang memandangi Denis. Sedangkan Denis dari kejauhan sudah menyadarinya, ia memberi senyuman tipis.

Tepat di depan Ace, Denis mengeluarkan suara, "Gue rasa lo mau bicara sama gue?" ujar Denis menaikan satu alisnya.

Tanpa aba-aba Ace menarik kerah baju sekolah Denis, lalu menyandarkannya ke dinding, "Semua ini perbuatan lo, kan?"

Denis mendengus kasar, "Maksud lo apa?"

"Nggak usah pura-pura nggak tau, Berengsek!"

Ace semakin kuat menarik kerah baju Denis. Sedangkan Denis terlihat sangat santai. Meski ia belum memberitahu indentitas yang sebenarnya, tapi Denis yakin Ace sudah tau siapa dia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Aceel [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang