DUA PULUH LIMA

639 50 1
                                    

Sebulan telah berlalu hubungan Ace dan Alice semakin dekat. Mereka selalu bersama tidak ada perkelahian di antara mereka selama sebulan ini. Selalu dihiasi dengan senyuman dan kebahagiaan.

Pesan yang tidak diketahui yang selalu Ace terima juga berhenti menerornya semenjak pesan terakhir yang ia dapatkan ketika pulang dari danau bersama Alice.

Meski begitu Ace tidak berhenti untuk mencari dalang dibalik ini semua. Pelaku tersebut sangat pandai bersembunyi.

Saat ini, Ace sedang bersama Sasha. Dia membahas tentang siapa dalang dibalik ini semua. Karena, sudah sebulan sesuai perjanjian bahwa Sasha akan menemukan pelakunya.

Ace menyandarkan Sasha di dinding sembari mencengkeram leher gadis itu kuat. Tatapan sangat tajam tertuju pada Sasha.

Sasha menahan tangan Ace yang mencengkeram lehernya. Terasa sangat sakit di lehernya membuat kesulitan bernafas sehingga rasanya mau mati saja.

"Udah sebulan lo belum temukan siapa pelakunya lo main-main sama gue, hah?! Atau lo beneran mau mati?!" bentakan dari Ace membuat Sasha menutup matanya. Dia berusaha untuk melepaskan tangan cowok ini dari lehernya.

"Le_lepasin dulu ta_tangan lo," ujar Sahsa kesusahan.

"Jangan harap gue benar-benar akan bunuh lo!" Ace semakin mencengkeram leher Sasha.

"Manusia nggak guna kayak lo lebih baik mati!" sambung Ace dengan tajamnya.

"Tu_tunggu gue menemukan pe_petunjuk," Ace berdecih mendengar perkataan barusan. Dia menekan cengkeramannya, lalu melepaskannya secara kasar seraya mendorong tubuh Sasha ke samping sehingga terjatuh di lantai.

Sasha meringis kesakitan. Tanpa belas kasihan Ace menginjak punggung tangan Sasha kuat membuat gadis itu menjerit kesakitan.

"Petunjuk apa yang lo dapat?" Sasha mendongak menatap Ace. Dia berusaha menahan tangisan karena rasa sakit ini.

"Lepasin dulu kaki lo dari tangan gue." pinta Sasha.

Ace melepaskan pijakannya pada punggung tangan Sasha. Sasha berusaha untuk berdiri. Lalu, duduk di kursi tua tepat di belakangnya.

"Waktu itu gue mau ke toilet. Karena, toilet cewek penuh gue diam-diam lari ke toilet cowok karena udah kebelet banget. Saat, masuk gue nggak sengaja dengar percakapan Denis lewat telepon. Gue ada rekamannya," Sasha mengeluarkan handphonenya, dan membuka vidio rekaman suara.

"Jangan buru-buru. Biar aja Alice senang dulu sama si sialan itu."

"Lo terus aja pantau dia dari jauh ingat jangan sampai ketahuan sama Ace."

"Ya."

Rekaman berhenti sampai di sana. Ace mendengarkan menahan segala emosinya. Dia memang sudah curiga sama cowok berkaca mata itu.

"Habis itu teleponnya mati gue segara masuk ke dalam bilik toilet agar nggak ketahuan. Semenjak itu gue mulai perhatikan dia. Waktu gue mau ke rumah lo gue nggak sengaja lihat dia di depan pagar rumah lo. Gue nggak jadi ke rumah lo karena mau ikutin dia, tapi gue kehilangan jejak dia. Sepertinya dia tau gue ikutin dia soalnya, dia tiba-tiba hilang saat gue lengah. Itu terjadi seminggu yang lalu. Dan percakapan dia sama orang ditelepon itu sekitar dua minggu ini." jelas Sasha menceritakan semuanya.

"Argh! Sialan!" umpat Ace emosi mendengar cerita Sasha. Kali ini dia tidak boleh lengah sama cowok culun, sialan itu.

"Sebelum lo gue bunuh pantau terus kacamata sialan itu dari jauh. Kalau ada hal mencurigakan segera kasih tau gue!" Sasha mengangguk cepat, "Pasti."

"Gue pergi," Ace berjalan keluar dari gedung tua sambil melambaikan tangannya dari belakang pada Sasha.

Setelah kepergian Ace, Sasha mengusap wajahnya kasar, "Arghh!!!" teriaknya frustasi.

Secret Aceel [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang