Bab 1

2.1K 292 42
                                    

"Kita-harus-nonton-film-ini," kata Jinna begitu memasuki kelas lalu meletakkan tas selempangnya di tatakan bawah yang memang menempel pada setiap bangku single di ruangan ini.

"Apa kita harus ke bioskop tiap minggu?" Hanna –temanku yang manis dan berambut panjang lurus itu menggeleng setelah melihat reaksi kami semua. Kami; aku, Jinna, Karin dan Tira mengangguk serentak setelah mendengar pertanyaannya. "Lupakan saja kalau aku pernah bertanya." Ia menatap Jinna. "Jadi film apa sekarang?"

"Horor, tentu saja," sahut Jinna antusias. "Aw, seru sekali!" tambahnya.

"Maksudmu yang baru rilis hari ini?" tanyaku, agak sedikit keberatan. Hari ini hari nonton hemat, hari sasaran para pelajar untuk pergi ke bioskop. Tiket bioskop sangat murah. "Pasti ramai sekali."

"Yup." Jinna mengangguk. "Pasti seru sekali."

"Banyak cowok ganteng dari sekolah lain," sambung Karin.

"Kita harus beli camilan sebanyak mungkin dan menyimpannya di dalam tas." Tira ikut-ikutan.

"Dan harus cepat sampai di sana sebelum kehabisan tiket." Aku menambahkan. Akan buruk sekali kehabisan tiket disaat kami benar-benar ingin menonton.

Percakapan terus berlanjut sampai bel berbunyi dan guru masuk ke kelas.

00000

"Jangan bilang kau sudah tahu dia akan di sini juga hari ini?" Bisikku pada Jinna yang terus memperhatikan Kaiser yang tampaknya tak balas memperhatikan.

"Aku tak tahu, sumpah!" Jinna balas berbisik sambil menyengir lebar. "Ah tapi ini bagus sekali. Luar biasa. Bisa kau bayangkan apa yang akan terjadi kalau aku duduk bersebelahan dengannya?" Mata Jinna berbinar. "Wah, aku bisa sangat ketakutan dan.. dan.."

".. dan menjerit seperti orang kerasukan," sambung Karin. Kami semua tertawa. Kecuali Jinna yang mendengkus dan memilih untuk kembali memperhatikan Kaiser yang sedang mengobrol kalem dengan teman di sebelahnya.

Kelompok Kaiser terlihat lebih tenang daripada kami. Mereka berjumlah tujuh orang. Salah satunya adalah perempuan yang satu angkatan dengan kami. Aku tak terlalu mengenalnya karena aku memang tak begitu memperhatikan anak-anak dari kelas yang berlainan. Aku cukup terkejut ketika perempuan itu mendekati kami dan menawarkan untuk membeli tiket secara berbarengan. Yah, kami tentu saja dengan senang hati menerimanya. Antrean terlalu panjang. Aku nyaris memutuskan untuk pulang saja jika kami tak kebagian tiket untuk jam ini.

Satu anak laki-laki menemani perempuan yang memperkenalkan diri sebagai Natsu itu untuk mengantre. Sisanya mendekati kami, berusaha membaur. Aku memperhatikan Jinna terlihat salah tingkah saat Kaiser ikut mendekat. Hanna dan Tira, anehnya, mudah akrab dengan para adik kelas ini. Sedangkan Karin, tak usah ditanyakan lagi. Dia memang selalu ramah.

Naoki, Kiho, Izumiya dan Daizo. Para adik kelas memperkenalkan diri mereka dengan cepat. Sedangkan yang menemani Nami bernama Jun. Kaiser sendiri tak terlihat ingin memperkenalkan diri lagi dan itu bukan masalah mengingat kami semua sudah tahu siapa dia. Katakan terima kasih untuk Jinna.

Hampir keseluruhan dari mereka memang sangat kalem. Kecuali Naoki yang ceria juga sehangat mentari pagi.

Natsu berhasil mendapatkan tiket, lalu membagikannya secara acak pada kami semua. Aku memasukkan tiket itu ke dalam saku jaketku, tak banyak mengatakan apapun sembari menunggu waktu masuk kami. Aku tak bisa lebih terkejut lagi ketika Kaiser menempati bangku paling pinggir, bersebelahan dengan bangku yang aku tempati.

"Tukar tempat duduk?" tawarku pada Jinna yang sudah menempati bangkunya sendiri. Berjarak dua bangku dari tempatku sekarang.

"Oke." Jinna baru akan berdiri ketika seseorang menarik lenganku, memaksaku untuk duduk di tempat semula.

Yet to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang