Bab 17

571 112 31
                                    

Aku merasa tak seharusnya merasa malu setelah apa yang terjadi kemarin. Keinginanku untuk membuat Kaiser jatuh cinta lagi padaku sudah menjadi kenyataan. Meski pria itu tak mengatakannya secara langsung, dan meski jika aku terlalu percaya diri dengan beranggapan seperti itu, kenyataan kalau ia mengatakan akan bersikap dominan dan sesuka hatinya justru membuatku berdebar-debar.

Aku ingin menyentuhnya, dan aku ingin disentuh olehnya. Penguasaan yang ia inginkan, aku akan dengan senang hati menantinya. Mungkin aku akan merasakan suasana hati yang naik dan turun secara drastis karena perbuatannya. Tapi kurasa itu juga tidak apa-apa.

Isi pikiranku ini akan mempermalukan diriku sendiri jika ada yang bisa membacanya. Untungnya di dunia ini tak ada orang yang memiliki kemampuan semacam vampire di salah satu serial populer di awal tahun dua ribuan yang bisa membaca pikiran. Jika sampai ada, aku tak tahu mau ditaruh dimana mukaku ini saking malunya.

Dua hari sudah lewat setelah aku dan Kaiser menikmati pemandangan matahari terbenam di tempat terpencil waktu itu. Rutinitas kami berjalan seperti biasanya. Panggilan kerja datang silih berganti dan membuat kami semua sibuk seperti biasa.

Tak ada yang mencolok dari tingkah laku yang ditunjukkan Kaiser. Pria itu masih sesantun dan sesopan biasanya, dengan nada suara rendah yang jarang sekali dinaikkan. Aku terus-menerus menyadari keberadaannya di sekitarku dan mencuri pandang ke arahnya, melihat satu hal yang tak kusadari sejak lama; Kaiser bersikap dingin pada para wanita di sekitarnya, dan hanya sedikit ramah terhadap Mitsuru. Sedikit sekali sampai-sampai nyaris tidak terlihat.

Aku bisa melihat kalau tak banyak yang menyadari tatapan dingin itu karena Kaiser selalu menanggapi dengan sopan setiap kali diajak berbicara. Pria itu menyembunyikan sifat aslinya dengan sangat baik dan mungkin membuat banyak wanita menjadi salah paham.

Sikap yang baik memang sering disalahpahami, apalagi jika berasal dari pria dengan penampilan seperti Kaiser.

Aku sendiri tak memiliki dorongan untuk membatasi ruang gerak Kaiser. Jika hanya berteman biasa dengan lawan jenis, kurasa itu bukan masalah besar. Kecuali jika wanita-wanita itu datang ke rumah Kaiser sendirian, atau menggangguku karena aku terlihat dekat dengan Kaiser. Jika sampai seperti itu, aku mungkin akan sedikit marah dan membuat masalah.

Baiklah, mungkin Irina akan menjadi pengecualian mengingat bagaimana Kaiser menjelaskan hubungannya dengan wanita itu. Ya, kurasa Irina mungkin tidak apa-apa. Aku menggelengkan kepala sembari berjalan masuk ke ruang serbaguna.

Tadi Mitsuru meneleponku, menyarankanku untuk berganti pakaian dengan yang lebih santai dan cocok untuk berolahraga. Aku mengambil pakaian ganti dari mobilku; memutuskan untuk mengenakan kaus lengan pendek berwarna hitam dan celana olahraga senada. Aku tak perlu berganti sepatu karena aku sudah mengenakan sepatu olahraga sejak tadi.

Rambutku yang akhirnya belum sempat dipangkas—belum boleh dipangkas—oleh tukang cukur lain karena Kaiser benar-benar berniat membantuku dalam hal ini, akhirnya kusatukan dan kuikat menjadi kunciran tinggi. Kurasa ini adalah waktu olahraga yang sering orang-orang katakan. Aku belum pernah mengikutinya karena aku selalu merasa lelah lebih dulu dengan jadwal kami yang cukup padat. Sedikit banyak aku merasa kagum dengan para petugas pemadam kebakaran yang selalu menyempatkan diri untuk berolahraga walaupun mereka pasti lebih lelah dibanding aku.

Ketika aku masuk ke ruangan, aku bisa melihat Naoki yang sedang memegangi kaki Mitsuru sementara rekanku itu berusaha bangun dari posisi sit upnya dengan susah payah. Aku tertawa melihat wajah merah Mitsuru yang sepertinya tak hanya sedang kesulitan tapi juga menahan marah. Naoki pasti sudah mendorongnya untuk melakukan lebih dari yang sanggup ia atasi.

Kaiser yang sedang berdiri memperhatikan dari sudut lain, memanggilku dengan dua jari yang digerakkan. Aku mengalihkan pandangan pada Mitsuru dan Naoki, lalu kembali menatap Kaiser, dan menggeleng. Latihan yang terlalu berat akan benar-benar membunuhku. Melihat bagaimana cara Kaiser menatapku dengan satu ujung bibir yang terangkat sedikit, kupikir latihan bersama Kaiser tak akan lebih baik dari Naoki.

Yet to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang