Bab 35

490 74 16
                                    

Ada panggilan tugas yang membuat para petugas pemadam kebakaran sangat tak habis pikir hari ini. Itu adalah panggilan tugas yang pernah dibicarakan oleh petugas dari unit lain dulu sekali. Kami waktu itu hanya menertawakannya, merasa itu adalah sesuatu yang memang harus ditertawakan walau bukan sesuatu yang benar-benar konyol. Panggilan tugas itu adalah tentang seseorang yang kerasukan.

Bagi para petugas pemadam kebakaran yang sudah mendapat panggilan tugas dengan bermacam-macam kasus, ini adalah sesuatu yang paling membingungkan. Sebagian besar petugas adalah orang-orang yang tak lagi mempercayai hal-hal gaib semacam itu. Jadi sulit bagi kami untuk mengendalikan raut wajah kami begitu sampai di tempat kejadian.

Seorang wanita muda masih mengenakan pakaian tidur, terlihat seperti kehilangan kesadaran tapi bukan tidur. Ia berdiri menatap semua orang di sekitarnya sembari memperhatikan mereka—sekarang kami juga—satu per satu.

Masalahnya bukan karena perilakunya yang seperti sudah kehilangan kewarasan itu, tapi karena ia sedang memegangi sebilah pisau dapur yang ia ayunkan secara memutar hingga terasa sulit bagi kami untuk mendekatinya. Sulit, tapi bukannya tidak bisa sama sekali. Aku maju untuk merebut pisau yang sedang ia pegangi, sementara rekan lain memeganginya, menjatuhkan wanita muda itu ke tanah agar tak bisa memberontak dengan leluasa.

Tugas kami selesai sampai di situ. Sampai setelah kami mengerjakan kasus lain setelah itu, lalu mendapat kabar dari rumah sakit, dari dokter yang sudah kami kenal, kalau wanita muda itu bukannya kerasukan apalagi kehilangan kewarasan.

Aku sebenarnya tak mau mendengar yang lebih dari itu. Tugas pemadam kebakaran selesai begitu kami memberikan pertolongan pertama, lalu menyerahkan tugas selanjutnya kepada para petugas yang berwenang; seperti rumah sakit, kepolisian, dan lainnya, jika kasus dianggap cukup serius. Namun sebagian besar kasus kecil selesai setelah kami datang.

"Pemeriksaan menunjukkan kalau wanita muda itu mengalami tindak pelecehan seksual dan sekarang sedang hamil. Ayah dan kakak lelakinya sekarang sedang menjalani pemeriksaan terkait tentang masalah ini."

Itu yang aku dengar di setiap pembicaraan di sisa hari ini sebelum pergantian shift dimulai. Aku sendiri mendapat jadwal piket penuh yang mengharuskanku untuk menginap di kantor pemadam kebakaran hari ini.

Namun setelah mendengar kasus wanita muda tadi, aku meminta izin untuk pulang sebentar sekadar untuk bertemu dengan Leora karena merasa sedikit khawatir. Kupikir lebih baik bertemu dengannya langsung daripada menelepon atau memberitahu melalui pesan singkat. Dan aku bisa melihat kalau keputusanku memang benar.

Sebelum pulang, aku membeli beberapa camilan yang akan kuberikan pada Leora. Aku berjalan dengan kecepatan biasa pada awalnya, sampai aku mendengar keributan yang teredam di balik pintu flat Leora yang tertutup.

Flat di gedung ini hanya kedap suara di bagian pribadi seperti kamar dan kamar mandi. Selebihnya, orang-orang yang berada di luar akan bisa mendengar suara keras dari dalam meski agak teredam. Karena aku bisa mendengar suara itu sekarang, artinya orang-orang yang ada di dalam pasti sedang bersuara dengan cukup keras.

Aku mendengar suara Leora, aku yakin sekali. Lalu selain itu, aku mendengar suara pria yang sedang berdebat dengan Leora. Aku mendengar tawa untuk sejenak, bermaksud untuk membunyikan bel atau mendobrak pintu jika memungkinkan. Sampai pintu flat Leora dibuka dari dalam.

Sesuatu yang tak pernah kubayangkan berada di depan mataku. Aku melihat Rai sedang menjambak rambut Leora. Aku menatap tangannya yang secara lancang memegangi beberapa helai rambut Leora yang selalu kuelus dengan hati-hati itu. Kemudian aku menatapnya, tak bisa mengendalikan ekspresi yang muncul secara alami.

Apa kupatahkan saja tangannya? Pikirku di dalam hati.

Rai adalah seorang dokter bedah. Bagi orang dengan profesi seperti itu, tangannya sama berharganya dengan nyawanya sendiri. Aku terus menatapnya tajam, tak mendengar apa yang sedang ia ucapkan sampai aku mendengar suara Leora yang menyebut namaku.

Yet to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang