Bab 8

1K 220 32
                                    

Biasanya butuh lebih dari tiga puluh menit untuk mengurus tiga korban kecelakaan, menunggu hasil pemeriksaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada dokter spesialis ketika ditemukan komplikasi dari penyakit yang diderita oleh pasien gawat darurat saat pemeriksaan akibat dari kecelakaan yang baru terjadi.

Aku mengurus salah satu pasien yang ternyata memiliki riwayat penyakit jantung dan harus dirujuk secepatnya kepada dokter spesialis penyakit jantung. Luka fisik wanita yang berusia di awal tiga puluhan itu sebenarnya tidak terlalu parah dibanding dua orang lain. Tapi benturan dan kejutan akibat kecelakaan membuat pasien itu dijadikan prJinnatas karena dikategorikan sebagai pasien dengan kondisi kritis yang mengancam nyawa.

Aku keluar dari ruangan setelah menemui dokter spesialis yang kini sudah berada di ruang operasi bersama pasien. Di ruang penerima, Jinna dan Hugo yang sudah lebih dulu selesai dengan dua pasien lain menatapku dengan penuh tanya, menghela napas lega begitu aku menganggukkan kepala.

"Bagaimana dengan ayah dan anak?" Aku bertanya sambil melipat kedua lenganku di atas meja tinggi. Perawat piket yang berada di balik meja tinggi itu menyapaku, yang kubalas dengan senyuman kasual seperti biasa.

Aku tahu kalau aku sudah dikenal sebagai dokter yang selalu kurang tidur. Kantung mataku selalu gelap dan wajahku pucat sepanjang waktu. Aku baru mengenakan lipgloss dengan warna setingkat lebih cerah dari warna bibirku setelah Jinna terus mengomel agar aku lebih memperhatikan penampilan.

Itu tak mengubah kebiasaanku sebenarnya, sebelum Jinna mengatakan kalau wajahku yang muram dan pucat bisa saja membuat para pasien dan keluarga mereka tak akan mempercayaiku saat memberi pertolongan. Seseorang dengan aura yang negatif hanya akan membuat pasien dan keluarganya semakin panik.

"Si Ayah mengalami patah tulang ringan di bagian lengan, sementara Sang Anak mendapat beberapa luka gores di bagian tubuhnya. Untungnya setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, tak ditemukan luka dalam yang awalnya menjadi hal paling dikhawatirkan." Hugo menjelaskan secara lengkap setelah itu, yang aku dengarkan dengan sangat serius.

Hugo adalah senior yang satu tahun lebih lama bekerja di UGD dibandingkan aku dan Jinna. Pria itu sudah mengajari kami banyak hal dengan cara yang sama sekali tidak arogan. Memiliki orang seperti itu di dekat kami ternyata sangat membantu, terutama ketika situasi di UGD menjadi sangat hectic sewaktu-waktu.

Barangkali kami mendapat keberuntungan, karena senior sebelum hugo yang sudah mengundurkan diri dan pindah ke rumah sakit lain dikabarkan memiliki temperamen yang sulit untuk dihadapi. Membayangkan harus bekerja di ruang UGD yang serba cepat dengan didampingi oleh orang mudah naik darah, kurasa aku bisa saja menjadi gila.

"Kenapa ekspresimu seperti itu?" Aku bertanya pada Jinna yang sejak tadi menatapku dengan tatapan yang terasa begitu familiar. Menolak untuk terlihat begitu terbiasa ditatap seperti itu, aku menaikkan satu alis sebelum mengerucutkan bibir sambil mengeluh kepada para perawat yang sejak tadi memperhatikan dan mendengarkan percakapan kami.

"Bukankah ia sangat aneh?" Aku bertanya kepada para perawat sambil menunjuk Jinna dengan lidah yang kutekan ke bagian dalam pipi kiriku hingga memberi bentuk seperti aku sedang mengulum permen. "Ia semakin sering mengomel seperti sedang mengalami monopause."

Jinna mendengkus, merangkul bahuku agar bisa menarikku menjauh dari banyak orang. Aku mengayun-ayunkan lenganku di depan muka sambil menatap ke belakang, pada para perawat yang menertawakanku, lalu pada Hugo yang tersenyum sembari membalas anggukan kepalaku.

Kami tak memiliki banyak waktu untuk bersantai seperti ini karena UGD selalu menjadi salah satu bagian paling sibuk di rumah sakit. Meski UGD sudah memiliki lebih banyak dokter dibanding saat aku dan Jinna menjadi residen, kesibukkan itu tak terlalu banyak berkurang mengingat rumah sakit tempat kami bekerja adalah rumah sakit terdekat dari jalan tol terbesar di kota ini.

Yet to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang